Sekolah Kompak Lanjutkan Kurtilas

Rabu 17-12-2014,07:57 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KESAMBI- Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 179342/MPK/KR/2014 tentang Penghentian Kurikulum 2013 (Kurtilas) telah dibahas bersama antara Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon bersama seluruh sekolah berbagai tingkatan. Silang pendapat terjadi. Keputusan akhirnya, seluruh sekolah tetap melanjutkan kurtilas. Hal ini disampaikan Sekretaris Disdik Kota Cirebon Drs Tata Kurniasasmita MM kepada Radar, Selasa (16/12). Sekolah-sekolah telah dikumpulkan untuk membahas persoalan itu. Silang pendapat terjadi diantara mereka. Namun, kata Tata Kurniasasmita, Disdik memadukan masukan dan membuat satu keputusan bersama. “Keputusan berdasarkan keinginan sekolah-sekolah. Mereka wajib menerapkan kebijakan Kepmendikbud,” ujarnya. Sesuai Kepmendikbud Nomor 179342/MPK/KR/2014, bagi sekolah yang menerapkan kurtilas baru satu semester, harus beralih ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006. Selama ini, baru 15 SD, 5 SMP, 5 SMA dan 3 SMK yang dijadikan percontohan kurtilas. Sementara bagi sekolah yang sudah tiga semester menerapkan kurtilas, diberikan dua pilihan. Pertama, kata Tata, diperbolehkan melanjutkan kurtilas atau kembali pada KTSP dengan catatan alasan berikut argumentasinya. “Alasan harus dirumuskan dengan musyawarah bersama Komite Sekolah dan orangtua murid. Karena kurikulum pendidikan menentukan bentuk terbaik pembelajaran kepada siswa didik,” terangnya didampingi Kepala Bidang Pendidikan Dasar Drs Agus Setiadiningrat MPd. Dari seluruh sekolah yang telah menggunakan kurtilas hingga tiga semester, hanya satu sekolah yang mengusulkan kembali ke KTSP. Yakni SD Geeta School. “Tidak ada masalah, itu hak mereka. Semuanya masukan beserta alasannya akan kami kumpulkan dan dikirim ke Kemendikbud,” ucap Tata. Terlebih, dalam Kepmendikbud 179342/MPK/KR/2014 diberikan alternatif pilihan bagi sekolah yang telah tiga semester menjalani kurtilas. Selain SD Geeta School, SD, SMP, SMA dan SMK lainnya melanjutkan ke kurtilas untuk bahan ajar kepada siswa. Berdasarkan data dari Disdik Kota Cirebon, sekolah yang tetap melanjutkan ke kurtilas untuk tingkat SD meliputi SDN Rinjani, SDN Kalijaga Permai, SDN Pekalangan, SDN Kramat, SDN Kebon Baru 4, SDN Pamitran, SDN Pengampon, SDN Karya Mulya 1, SDN Sadagori 1, SDN Karang Mulya, SDN Sunyaragi 1, SD Santa Maria, SD Al-Irsyad,  dan SDIT Sabilul Huda. “Dari 15 SD yang menerapkan kurtilas, 14 diantaranya tetap memakai kurtilas. Satu lainnya kembali ke KTSP, yakni SD Geeta School,” terang Agus Setiadiningrat. Bagi tingkat SMP, seluruhnya tetap memakai kurtilas. Yaitu SMPN 1, SMPN 2, SMPN 7, SMP Sekar Kemuning dan SMP Nurusshidiq. Sementara lanjut Tata Kurniasasmita, untuk SMK meliputi SMKN 1, SMKN 2, dan SMK Wahidin. Sedangkan SMA yang memakai kurtilas adalah SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, dan SMA Kristen BPK Penabur. “Semuanya tetap melanjutkan ke kurtilas. Itu keputusan masing-masing sekolah berdasarkan musyawarah mufakat dengan komite sekolah dan orangtua siswa,” ucap Tata. Untuk diketahui, persoalan kurikulum pendidikan ini muncul saat Mendikbud Anies Baswedan, menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 (kurtilas). Penghentian itu diterapkan bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurtilas selama 1 semester. Anies menginstruksikan sekolah-sekolah itu agar kembali menggunakan Kurikulum 2006 mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Anies menegaskan bahwa berbagai konsep di kurtilas sebenarnya telah diakomodasi dalam Kurikulum 2006. Hanya saja, untuk sekolah yang telah memakai kurtilas tiga semester, diperbolehkan memilih antara melanjutkan atau mengganti dengan KTSP atau kurikulum 2006. Terpisah, Ketua Dewan Pendidikan Kota Cirebon Drs Abdul Razak mengaku masih belum mengerti kenapa kurtilas dihentikan. Padahal sebagai insan yang sudah lama di pendidikan, dirinya berharap pendidikan akan lebih baik lagi di era pemerintahan baru. \"Ini kok malah kembali lagi ke kurikulum 2006, saya masih sulit mengerti penghentian ini,\" ujarnya kecewa. Bagaimana tidak, dirinya mengaku selama ini bekerja keras mensosialisasikan kurikulum 2013 ke sejumlah sekolah-sekolah. Sosialisasi itu pun kadang menggunakan uang pribadi. Sebab anggaran di dewan pendidakan yang terbatas. Alasan penghentian kurikulum 2013 karena belum siap diterapkan seharusnya bisa dibenahi dan diperbaiki setiap tahunnya. Karena menurut dia, kurikulum itu sudah dirancang oleh para pakar dan guru besar yang kompeten di bidang pendidikan. Ia mengakui banyak guru yang kesulitan dalam menerapkan kurikulum 2013. Namun itu bukan alasan dihentikannya kurikulum tersebut. Dengan semakin tingginya gaji guru, seharusnya perannya bisa lebih berkualitas. Akan tetapi, menurut Razak, saat ini ia tidak melihat dari efek dan nilai dari peningkatan kesejahteraan guru, terutama melalui tunjangan dan sertifikasi. \"Sejatinya sertifikasi itu untuk memotivasi guru agar dunia pendidikan semakin berkualitas, tapi ternyata saya tidak melihat adanya nilai yang dirasakan,\" tuturnya. (ysf/jml)

Tags :
Kategori :

Terkait