Kematian Haris Wajar, Bukan Dikeroyok

Selasa 23-12-2014,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Kemenag dan PGM Berikan Klarifikasi KUNINGAN - Kematian Haris Solehudin warga Dusun Pahing Desa Gunungkeling, Kecamatan Cigugur membuat warga geger. Karena kematianya diduga dikeroyok ketika usai menyaksikan pertandingan futsal antarsiswa MTsN Model Cigugur dengan MTsN Sindangsari. Hal tersebut membuat pihak Kemenag dan PGM (persatuan guru madrasah) Kuningan prihatin atas kejadian tersebut. Namun, mereka kompak seperti halnya pihak MTsN Sindangsari, bahwa kematian bungsu empat bersaudara itu bukan karena dikeroyok tapi kematian wajar. “Sekali lagi kami ingin luruskan, Haris bukan meninggal karena dikeroyok tapi meninggal wajar. Kami berani mengatakan hal ini karena banyak bukti, mulai dari hasil visum yang tidak menujukkan ada kekerasan pada tubuh korban hingga pengakuan dari para saksi yang sudah diperiksan pihak kepolisian,” jelas Kepala Kemenag Kuningan H Undang Munawar kepada Radar, kemarin (22/12). Undang yang didampingi Ketua PGM Heri Purnama dan Kasi Madrasah Rohidin menje­laskan, pihaknya berharap de­ngan adanya keterangan ini bisa meluruskan informasi yang menyudutkan MTsN Sin­dangsari, khususnya siswa MTs se-Ku­ningan. Sebab, dengan keja­di­an ini cukup membuat citra lem­baga pendidikan madrasah tercoreng. “Setiap orang pasti mati dan kita tidak mengetahui di mana tempat ajal kita. Begitu juga yang terjadi pada almarhum Haris. Karena me­ninggal usai menyaksikan fut­sal, maka dihubungkan de­ngan kasus pengeroyokan, pada­hal tidak ada sama sekali,” ucap kepala kemenag yang baru ber­tugas selama seminggu itu. Heri ikut menambahkan, dengan kejadian ini pasti ada hikmahnya. Tapi pihaknya yakin, bahwa Haris meninggal wajar. Agar tidak ada fitnah, maka hasil otopsi dari pihak kepolisian akan menjawab semuanya. “Masyarakat jangan menyimpulkan yang belum pasti, karena belum ada bukti secara medis. Kita semua serahkan kepada pihak kepolisian mengenai kasusus ini,” jelasnya. Mengenai kegiatan porseni yang rutin dua tahun sekali akan dilakukan usai masuk sekolah. Kegiatan ini sengaja ditunda terlebih dahulu, karena panitia ikut berbelasungkawa terhadap kematian Haris. “Kami sengaja melakukan klarifikasi, karena kalau tidak ada seperti ini akan bahaya kepada anak-anak MTs. Pasalnya, kalau tidak diluruskan, mereka akan timbul perasaan dendam setelah temannya tewas. Padahal, sudah jelas-jelas meninggal secara wajar,” ungkap Heri. Sementara itu, pihak Satreskim Polres Kuningan melakukan olah TKP di GOR Ewangga. Tujuan olah TKP untuk memastikan kronologis kematian Haris. Olah TKP ini untuk mencari gambaran mengenai kebenaran kasus, juga mencocokkan keterangan para saksi yang diperiksa. Olah TKP sendiri berlangsung belasan menit dan menjadi perhatian serius warga yang melintas. “Mengenai hasil otopsi hingga saat ini belum ada hasil DNA, (karena, red) menungu dari tim Puslabfor Polda Jabar. Setelah ada hasil, pihak kepolisian akan langsung menggelar perkara,” ucap Wakapolres Kuningan, Kompol Dian Setiawan yang didampingi Kasat Reskrim Iptu Heri Pramono, kemarin (22/12). (mus)

Tags :
Kategori :

Terkait