CIREBON– Tidak terasa, sepekan sudah Wali Kota Cirebon Drs H Ano Sutrisno MM wafat. Kuburannya masih basah dan dipenuhi bunga para pelayat. Rabu malam (25/2) rumah dinas wali kota di Jl Siliwangi Kota Cirebon, ratusan masyarakat hadir memperingati tujuh hari wafatnya Ano Sutrisno. Seminggu berlalu, Hj Erni Astuti, istri Ano Sutrisno, masih merasakan kehadiran suaminya. Ano Sutrisno telah pergi meninggalkan semua kenangan yang tidak terlupakan bagi keluarga, para pejabat di jajaran Pemkot Cirebon dan seluruh unsur masyarakat Kota Cirebon. Pesan terakhir Ano, seluruh elemen di Kota Cirebon bersama-sama memajukan kota. Sejak pukul 19.00, rumah dinas wali kota sudah dipadati ratusan masyarakat yang hendak mengikuti tahlil hari ketujuh wafatnya Ano Sutrisno. Tampak hadir Wakil Wali Kota Drs Nasrudin Azis SH beserta segenap pejabat di lingkungan Pemkot Cirebon, unsur muspida, tokoh masyarakat, politisi dan seluruh elemen masyarakat Kota Cirebon. “Kami akan melanjutkan cita-cita dan harapan beliau. Termasuk mewujudkan Kota Cirebon RAMAH (visi Ano-Azis, kepanjangan dari Religius, Aman, Maju, Aspiratif dan Hijau),” ujar Nasrudin Azis. Tahlil dimulai pukul 20.00 sampai 21.00. Ratusan orang larut dalam lantunan bacaan tahlil. Dalam kesempatan tersebut, putra sulung Ano Sutrisno, dr Wildan Arismunandar mewakili keluarga menyampaikan permohonan maaf atas segala salah kata dan sikap dari ayahandanya, Ano Sutrisno. Termasuk janji-janji yang belum ditepati selama Ano menjabat sebagai Wali Kota Cirebon. “Mohon keikhalasannya memberikan maaf untuk bapak. Mohon doanya agar bapak diampuni dosanya, diterima amal baik dan iman Islamnya, serta ditempatkan di sisi Allah SWT,” ujarnya. Di samping itu, Wildan mewakili keluarga menyampaikan terima kasih atas segala bantuan moril maupun materiil selama Ano. Istri Ano Sutrisno, Erni Astuti seusai tahlil tujun hari wafatnya suaminya mengatakan, keluarga sepakat akan tetap melanjutkan tahlil hingga hari ke-40. “Silakan masyarakat ikut,” ajaknya. Erni menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah dengan ikhlas mendoakan suaminya hingga hari ketujuh. Meskipun jasadnya telah dikebumikan, bagi Erni, Ano masih berada disampingnya. “Bayangan bapak selalu di depan mata. Saya masih merasakan bapak di samping saya. Setiap waktu,” terangnya. 33 tahun membina rumah tangga, waktu yang cukup panjang bagi Erni untuk mengulang kembali cerita dalam memori. “Masih ingin dipeluk bapak. Sampai sekarang saya memeluk bantal yang dipakai bapak selama di rumah sakit (RS Siloam Karawaci Tangerang). Sengaja tidak saya cuci, bau bapak masih melekat erat,” urainya tentang cara melepas kangen kepada suaminya, selain dengan melantunkan doa setiap waktu. Saat subuh datang, Erni selalu mencium aroma Ano. Seolah-olah Ano masih menemani Erni menunaikan Salat Subuh berjamaah. Bahkan, saat malam menjelang, Erni masih menggigau memanggil nama Ano. Menyadari suaminya telah tiada, Erni hanya dapat memanjatkan doa terbaik. “Semoga Allah SWT menempatkan bapak di tempat terbaik,” harapnya. (ysf)
Tahlilan Tujuh Hari di Rumdin
Kamis 26-02-2015,09:37 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :