Kualitas Beras OP Bikin Galau

Sabtu 28-02-2015,09:58 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Ada Warga yang Tidak Antusias Beli, Harga Kita Tertinggi di ASEAN CIREBON- Beras murah yang dijual dalam operasi pasar (OP) yang digelar Pemkot Cirebon dan Bulog Sub Divre Cirebon, kemarin, ternyata tak heboh. Banyak warga mengeluhkan kualitas beras OP yang memiliki bau apek. Operasi pasar kemarin digelar di dua lokasi yakni kantor Kelurahan Kecapi dan Panjunan. Bulog Cirebon menyediakan masing-masing dua ton di lokasi tersebut. Satu paket beras berisi 5 kg dengan harga jual Rp37 ribu. Di kantor Kelurahan Kecapi, beras murah langsung habis diserbu warga. Tapi kondisi berbeda di Kelurahan Panjunan. Warga tidak begitu antusias membeli beras itu. Hal ini disebabkan karena kualitas beras yang setara raskin. Bahkan ada seorang ibu yang mengembalikan beras yang dibelinya lantaran tidak mau mengkonsumsi beras raskin. “Ini bisa ditukar lagi gak,” tanya salah seorang ibu yang enggan disebutkan namanya itu. Ia mengaku membeli beras di operasi pasar karena ikut-ikutan. “Ya tadinya ikut-ikutan, taunya kualitasnya jelek,” ujar dia seraya mengatakan dirinya belum pernah mengonsumi beras raskin. Karena antusiasme warga yang kurang, pemerintah Kelurahan Panjunan akhirnya membolehkan warga siapapun membeli beras itu. “Tadinya kan ini pakai KTP, khusus untuk warga Lemahwungkuk. Tapi karena yang belinya kurang, kita bebaskan semua warga bisa beli,” jelas Hj Sri Lukmana, ketua Pokja PKK Kelurahan Panjunan. Tak hanya itu, pihaknya juga membebaskan warga yang membeli berapa pun jumlahnya. Sehingga warga pun berbondong-bondong datang kembali untuk membeli beras murah itu. Sebagain warga ada pula yang memanfaatkan beras murah untuk kebutuhan usaha nasi lengko dan nasi kuning. Salah satunya, Ibrahim. Ia mengatakan meski kualitas warna beras agak buram dan bau apek, tapi dirinya terbantu dengan adanya operasi pasar tersebut. Ia bisa menghemat sekitar Rp3.000 hingga Rp4 ribu/kg. Harga beras di pasar saat ini masih berada di kisaran Rp10ribu hingga Rp13 ribu. “Lumayan bisa hemat, kalau beli di pasar bisa Rp11 ribu,” tukasnya. Di lain sisi, Tarka, warga Kecapi, mengatakan harusnya harga beras operasi pasar bisa lebih murah lagi. Sebab kualitasnya sama dengan beras raskin. “Ya inginnya sih lebih murah, tapi ini juga lumayan bisa ngebantu, sebab sekarang harga beras sudah mahal. Sekarang mah lebih baik gak banyak ngeluh, yang penting bisa beli beras,” tuturnya. Dikatakan dia, dengan harga beras yang saat ini melambung, membuat warga miskin semakin menjerit. Terlebih kenaikan cukup tinggi. Harga beras paling murah Rp9.000/kg di pasaran. “Saat ini di pasar paling murah Rp9.000,” ujarnya. Wasiah, warga Kecapi, juga menuturkan hal serupa. Ia menyiasati kualitas beras raskin yang dibeli dari operasi pasar dengan cara mencampurnya dengan beras yang dibeli di pasar. “Ya gimana lagi, nanti dicampur dengan beras dari pasar, lumayan bisa menghemat,” katanya kepada Radar. TERTINGGI DI ASEAN Sementara itu, harga beras medium di pasaran belum juga turun masih di kisaran Rp11-13 ribu per kilo meski penyaluran raskin OP gencar dilakukan Bulog. Kondisi ini bisa memunculkan terjadinya penyelundupan beras negara tetangga yang harganya murah jika tidak segera diatasi. “Kita khawatir ada oknum-oknum yang diam-diam meng­am­bil keutungan dengan kenaikan harga beras ini, misal­nya dengan memasukkan beras dari negara tetangga yang harga­nya lebih murah secara ilegal. Karena memang harga beras medium kita beberapa tahun ini tertinggi di ASEAN,” ujar Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Indonesia (KTNA), Winarno Thohir kemarin (27/2). Dalam kondisi seperti ini, dia meminta pemerintah secara ketat mengawasi daerah-daerah perbatasan yang rawan penyelundupan. Pasalnya, kondisi geografis Indonesia yang sangat luas bisa dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk mengeruk keuntungan. “Bayangkan saja kalau satu kilo untung Rp5.000, berapa duit yang bisa didapat kalau bisa memasukkan 100 ton,”sebutnya. Dia mengambil contoh, beras kelas medium di Vietnam harganya hanya sekitar Rp5.500 perkilo sudah termasuk ongkos kirim sampai ke Indonesia. Sementara harga beras medium grosir di Indonesia saat ini sekitar Rp10.500-11.000 perkilo. Dia menyebut, potensi penyelundupan beras dari Vietnam paling besar karena Keutungan yang didapat bisa dua kali lipat. “Pasti sekarang banyak pengusaha hitam yang ngiler,” katanya. Banyak pelabuhan tikus di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang bisa dimanfaatkan oleh para importir ilegal itu. Bisa jadi, kata dia, kenaikan harga beras saat ini juga sengaja diciptakan oleh mereka. Untuk itu, Winarno meminta pemerintah secepatnya menurunkan harga beras saat ini. “Jangan sampai nanti Maret pasokan berlebih dari dalam negeri plus dari impor ilegal,” kilahnya. Winarno mengaku kenaikan harga beras saat ini tidak banyak dinikmati petani karena stoknya sudah banyak dijual di bulan November-Desember 2014. Itu terjadi karena akhir tahun lalu pemerintah Jokowi tidak menyalurkan raskin sama sekali. “Beda dengan zaman Presiden SBY, November-Desember 2013 masih menyalurkan raskin sehingga Januari-Februari 2014, saat harga naik, stok petani masih ada,” sebutnya. Hal itu yang menyebabkan pasokan beras petani di Januari-Februari 2015 sangat kecil. Sementara pemerintah yang awalnya beniat tidak menyalurkan raskin di tahun 2015 akhirnya diputuskan penyaluran raskin sebesar 300 ribu ton. “Kebutuhan beras buat makan kita itu sekitar 2,5 juta ton perbulan, kalau Januari petani suplai satu juta ton, Februari dua juta ton memang kurang,” ungkapnya. PEDAGANG MULAI KRISIS STOK Sementara itu, jelang memasuki bulan Maret harga beras di pasar belum menunjukan tanda-tanda penurunan. Bahkan sejumlah pedagang dalam seminggu ini mulai sulit mendapatkan stok beras, terutama jenis Rojolele dan Pandanwangi. Serpi, pedagang beras di Pasar Perumnas, mengaku dalam beberapa hari ini dirinya tidak mendapatkan kiriman untuk stok beras Pandanwangi dan Rojolele. Saat ini dirinya hanya menjual beras jenis Ramos dan Cianjur. Ia menjual beras jenis Ramos Rp11 ribu per kilogram untuk kualitas sedang dan Rp12 ribu per kilogram untuk kualitas premium. Sementara untuk beras jenis Cianjur ia jual Rp13 ribu per kilogram. “Di sini (Pasar Perumnas, red) sudah beberapa hari gak dapat kiriman beras Pandanwangi dan Rojolele,” tukasnya. Menurutnya, walaupun harga beras mengalami kenaikan, tidak membuat tingkat penjualan menurun. Diakuinya, penjualan beras saat ini masih stabil meski harganya melambung. “Masih banyak orang beli, walaupun mahal tetap saja terpaksa dibeli karena makanan pokok sih,” ungkapnya. Menurut Serpi, saat ini di Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah mulai digelar panen raya. Ia memperediksi harga beras bakal mulai turun di bulan Maret. “Katanya sih mau turun, soalnya di Jawa sudah mulai panen,” terkanya. Sri, pedagang beras, juga mengungkapkan hal yang sama. Dia juga mengaku tidak mendapatkan beras jenis Pandanwangi dan Rojolele. Ia hanya menjual beras jenis Ramos Rp11 ribu/kg, Cianjur Rp12 ribu/kg, dan Bakul Nasi Rp9 ribu-Rp11 ribu/kg. “Sudah beberapa hari tidak dikirim beras Pandanwangi dan Rojolele. Katanya gak ada di agennya,” ungkapnya. Saat ini harga beras di pasar masih tinggi. Walaupun pemerintah berupaya mengintervensi pasar dengan melakukan operasi pasar dan juga penyaluran raskin. “Ya kalau kata saya tidak begitu pengaruh, tetap saja pada beli lagi beras di pasar. Soalnya kan beras operasi pasar itu beras raskin,” ungkapnya. Di lain sisi, Sri juga tak ingin mengambil risiko dengan banyak menumpuk stok beras. Dengan adanya operasi pasar dan penyaluran raskin ini, pemerintah berupaya menekan harga beras. “Kalau sekarang sih seadanya saja cukup untuk kebutuhan, tidak numpuk barang takutnya harganya bakal anjlok,” tuturnya. Sementara Nurudin, pedagang beras di Kalitanjung mengatakan meski harga beras naik, namun tingkat penjualan beras stabil. “Ya gimana lagi, beras kan sudah jadi kebutuhan pokok. Jadi walaupun mahal tetap saja dibeli, soalnya sudah umum sih. Walaupun memang penurunannya ada,” ujarnya. Nurudin menyebutkan pihaknya dalam beberapa bulan terakhir kesulitan dalam mendapatkan beras. Beberapa jenis beras yang biasa dijual di kiosnya tidak dikirim. Terutama untuk jenis Rojolele, IR dan Pandanwangi. “Beras jenis itu sudah satu bulan gak jual di Pasar Kalitanjung,” akunya. (jml/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait