Kemarau Ancam Gagal Tanam

Selasa 09-06-2015,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

GEGESIK – Musim kemarau kali ini membuat sedikitnya 1.500 hektar sawah di kawasan Desa Jagapura Kidul dan Jagapura Lor Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon terancam gagal tanam. Pasalnya, lahan kering retak-retak dan saluran irigasi pun tanpa air. Pantauan Radar, setelah panen pertama beberapa waktu lalu kondisi sawah Desa Jagapura Kidul belum digarap oleh petani karena tanahnya kering. “Selain karena musim kemarau, kekeringan ini juga disebabkan oleh tata gilir air yang tidak maksimal. Saya sangat menyesalkan sikap pemerintah daerah yang kurang maksimal dalam menangani kekeringan ini,” ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani Citra Mandiri Desa Jagapura Kidul Uug Kuzaeni, Senin (8/6). Masih dikatakan Uug, bahwa Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan (PSDAP) dan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon tidak serius menangani permasalahan kekeringan di daerahnya. Jika hal ini dibiarkan, dan tidak adanya upaya dari pemerintah, maka para petani terancam gagal tanam, dan tidak menutup kemungkinan di Kabupaten Cirebon akan terjadi gagal panen. Pihaknya bersama masyarakat petani sudah berusaha dengan meminta tata gilir air oleh pemerintah setempat, agar segera melakukan pengairan terhadap lahan pesawahan. Dalam satu kali tata gilir air dibutuhkan selama empat hari, mulai Senin hingga Kamis, agar air tersebut sampai ke lokasi tujuan. Namun aliran air yang diharapkan itu tidak sampai di lokasi, karena habis di tengah jalan. Pihaknya dan para petani mengancam akan melakukan aksi menuntut kepada instansi terkait untuk memperhatikan tata gilir air. “Ini diduga karena tidak adanya pengawasan dari PSDAP dan Dinas Pertanian, sehingga beberapa kali melakukan tata gilir air tidak sampai ke lokasi yang dituju. Kalau seminggu ini tidak ada tindakan, kami akan menggeruduknya,” ungkapnya. Uug memperkirakan jika para petani gagal tanam, maka tidak menutup kemungkinan ketahanan pangan di Jawa Barat, khusunya di Kabupaten Cirebon terancam gagal panen. Ia juga meminta kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pemerintah pusat untuk ikut membantu permasalahan yang dilanda oleh para petani. Sementara itu, Camat Gegesik Drs Hermawan MM mengklaim pihaknya telah melakukan tata gilir pengairan sawah. Bersama unsur Muspika Gegesik, pihaknya telah berkoordinasi agar area persawahan di wilayah itu tak dilanda kekeringan parah. “Upaya untuk pembagian air sudah dilaksanakan Muspika Gegesik, bersama UPT DPSDAP, pekan lalu,” kata Hermawan, ditemui di kantor kecamatan setempat. Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan enam kecamatan lainnya, terkait pembagian aliran air secara bergilir. “Kita sudah berkoordinasi juga dengan camat Kaliwedi, Panguragan, Arjawinangaun, Kapetakan, Suranenggala, dan Susukan, terkait pembagian aliran air untuk area persawahan. Karena keenam wilayah itu kan lumbung padi,” katanya Dikatakan Hermawan, Pemerintah Kabupaten Cirebon sudah melakukan upaya-upaya antisipatif agar kekeringan tak melanda. Salah satunya dengan membangun kesepakatan dengan dua daerah, dalam hal penyaluran air dari Waduk Jatigede sebagai antisipasi kekeringan pada musim kemarau. “Sudah ada MoU antara Kabupaten Cirebon, Sumedang, dan Indramayu. Dan kita juga di sini harus mempersiapkan infrastruktur berupa irigasi yang kondisinya baik. Mungkin akan dimulai Juli,” kata dia. Hermawan juga khawatir, bila ancaman kekeringan tersebut tidak segera diantisipasi, maka akan mempengaruhi stabilitas ketahanan pangan di Kabupaten Cirebon. Karena dengan luas sawah sekitar 5.000 hektar lebih, wilayah Kecamatan Gegesik menjadi lumbung padi terbesar di Kabupaten Cirebon. “Kalau sampai Gegesik gagal panen, maka swasembada pangan terancam,” ujarnya. (arn)

Tags :
Kategori :

Terkait