Setelah dirawat selama 9 hari di RSUD Gunung Jati, Ny Emi akhirnya tutup usia. Warga RT 01 RW 02 Kampung Pesantren, Harjamukti ini, tidak mampu bertahan akibat penyakit tumor ganas yang dideritanya selama 2 tahun terakhir. Kemarin, wanita berusia 51 tahun ini dimakamkan di TPU Kampung Pesantren. Agung Sholehudin, Harjamukti RAUT kesedihan suami tercinta, Mulya beserta keluarga besar dan tetangga, begitu nampak saat pemakaman. Meski mencoba untuk tegar, namun Mulya tetap tidak bisa membendung air matanya. “Tadi malam perut istri saya disedot sebagai upaya penyembuhan. Tahun sebelumnya saat disedot, keluar cairan, namun ketika disedot tadi malam, perut istri saya justru mengeluarkan darah. Bahkan saat berbicara, darah juga keluar dari mulutnya,” kata Mulya ditemui saat upacara pemakaman, kemarin (4/8). Pada kesempatan itu, Mulya menyampaikan ucapan terima kasihnya atas bantuan media, sehingga istrinya mendapat bantuan dari para dermawan, yakni Badan Amil Zakat Kota Cirebon Rp1 juta, sejumlah anggota DPRD Kota Cirebon Rp250 ribu, dan istri Sekda Hj Oom Hasanudin Mannap Rp200 ribu. “Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan para dermawan dan media. Karena media juga, istri saya juga mendapatkan perawatan di rumah sakit. Ya, semua usaha sudah dilakukan, tapi Allah jualah yang menentukan hidup mati makhluknya. Meski berat, kami sekeluarga mengikhlaskannya,” ungkap Mulya dengan suara berat. Di tempat yang sama, Ketua RT 01, Wawan, Ketua RW 02 Kasma, dan sekretaris RT 06, Udi Kurdika, menyampaikan, peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi aparat pemerintah yang lamban memberikan pelayanan kepada warga miskin. “Ibu Emi adalah satu dari korban yang berasal dari keluarga miskin,” ungkap Kurdika. Menurut Kurdika, jika saja Emi mendapatkan perawatan medis lebih cepat, sejak 1 tahun lalu, kemungkinan akan ada penanganan yang lebih maksimal. Namun, lagi-lagi karena faktor ekonomi, keluarga yang tertutup, maka Emi harus merasakan tumor ganas di perutnya selama 2 tahun. “Memang keluarga Emi tak mampu membiayai operasi yang sangat mahal, motor sudah dijual, giliran rumah yang akan dijual, namun Emi keburu meninggal tanpa merasakan operasi tumor di perutnya,” papar dia. Terpisah, Pengurus Kelompok Kerja Masyarakat Kesehatan Lingkungan Kelurahan Pegambiran, Abdullah Sahar mengatakan, akibat pelayanan terlambat, sehingga Emi mengalami nasib mengenaskan. Secara moral, lanjutnya, Dinas Kesehatan harus bertanggung jawab, sebagai leading sector yang mengampanyekan jamkesmas. “Selama ini saya mengikuti pemberitaan di media, Dinkes gak tahu melulu jawabannya, kan lucu. Emi adalah satu contoh kegagalan Dinkes dalam memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, mudah dan murah,” papar dia. Dia mencontohkan Emi yang hanya mendapatkan 2 kali perawatan dalam 2 tahun. “Belum lagi soal statemen Kadinkes yang menyatakan tidak ada fogging untuk warga Drajat yang marak dengan chikungunya. Tidak tepat sebagai kepala dinas bersikap demikian, harusnya Dinkes sesuai tupoksi, melayani kesehatan dasar, terutama bagi warga miskin,” ucap dia. Pemerhati masyarakat ini juga meminta kepada Walikota Cirebon, Subardi SPd untuk bersikap tegas melakukan pembenahan korps medis ini, agar tidak terjadi Emi Emi lainnya yang menutup usia akibat lambatnya merasakan manisnya pelayanan kesehatan. (*)
Ny Emi, Penderita Tumor Ganas Itu pun Tutup Usia
Kamis 05-08-2010,06:00 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :