Diduga Makanan Siswa Dijual di Koperasi Sekolah KUNINGAN - Kegiatan masa orientasi siswa (MOS) yang banyak dikeluhkan oleh orang tua terkait banyak persyaratan memberatkan, tidak luput dari perhatian Dewan Pendidikan Kuningan. Mereka mengecam keras tindakan pihak sekolah yang dinilai sudah melenceng dari tujuan kegiatan MOS. “Kegiatan MOS yang memberatkan orang tua dan siswa, dengan persyaratan tidak mendidik, merupakan tindakan kampungan. Kami sangat kecewa dengan tindakan mereka yang jauh dari tujuan MOS,” ucap Ketua Dewan Pendidikan Kuningan, Halil Arisbaya kepada Radar, kemarin (28/7). Menurut dia, tujuan MOS adalah agar anak mengenal lingkungan sekolah, mengenal guru dan staf. Bukan malah disuruh membawa macam-macam persyaratan dan atribut yang aneh-aneh. Harusnya, lanjut dia, ini disadari oleh pihak sekolah. Kalau memberatkan, terangnya, sama saja menghambat tujuan dari pendidikan itu sendiri. “Bukannya anak senang, ini malahan jadi tertekan karena persyaratan yang memberatkan,” tegasnya. “Kami setuju dengan kegiatan MOS karena itu penting bagi siswa. Tapi tentu harus dengan kegiatan yang mendidik. Kalau memberatkan, kami tidak setuju,” jelas dia. Kata dia, pihak sekolah harus menyadari aturan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud RI. Jangan membuat suasana tidak nyaman seperti sekarang ini. Kemendikbud sendiri sudah jelas melarang tindakan perpeloncoan, kekerasan, dan pelecahan dalam MOS. “Ini sih tidak ada aturan sama sekali. Malah memberlakukan yang aneh-aneh. Apa tidak tahu aturan ya? Kalau aturannya jelas, sekalipun itu anak-anak harus membawa anak kambing, pasti diturutin,” ucap Halil dengan wajah geram. Dia mengaku, dalam waktu dekat akan bertemu dengan Disdikpora Kuningan untuk membahas hal ini karena dinilai sudah keterlaluan. Pihaknya berharap, tindakan seperti ini tidak terulang pada tahun depan. Terpisah, Didin Syarfarudin yang merupakan anggota komite sebuah sekolah di wilayah timur Kuningan juga ikut mengecam kegitan MOS. Menurut dia, kepala dinas adalah pejabat yang paling bertanggung jawab dalam kemajuan dunia pendidikan. “Saya menjadi prihatin dan kecewa setelah membaca berita di koran yang berjudul Orang Tua Keluhkan MOS. Mohon Kegiatan MOS diubah menjadi sebuah kegiatan yang kreatif, mendidik, sesuai dengan tingkatan sehingga punya parameter yang jelas dalam menunjang keberhasilan dunia pendidikan itu sendiri,” jelas Didin. Dikatakan, apa korelasinya antara MOS dengan memakai rarangken yang aneh-aneh seperti orang tidak waras? Kata dia, dunia pendidikan adalah dunia orang-orang waras untuk mencetak generasi penerus bangsa. Bukan untuk mencetak perilaku aneh dan tidak lazim. “Kalau begini, MOS akan mengikis budaya malu. Koruptor, penjilat, adalah salah satu bukti bahwa oknum tersebut sudah putus urat malunya,” ucapnya. Didin meminta, Disdikpora harus bertindak tegas bagi sekolah yang masih menyelenggarakan MOS yang tidak sesuai dengan napas dunia pendidikan. “Kepala sekolah harus bertanggung jawab atas aktifitas di sekolahnya,” ujarnya. Sementara itu, dari informasi yang Radar himpun, pada hari kedua MOS kemarin, meski beberapa sekolah sudah mentaati edaran Kemendikbud RI, namun masih banyak sekolah yang membandel. “Hari kedua, anak saya masih membawa persyaratan dan atribut yang memberatkan, seperti pada hari pertama. Dan alhamdulillah pada hari ketiga (hari ini, red) tidak membawa apa-apa, hanya makanan saja. Mungin sekolah takut karena dilarang Disdikpora,” ucap salah satu orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMP. Bukan hanya di tingkat SMP, di tingkat SMA juga persyaratan dan atribut aneh masih digunakan. Hal ini membuat orang tua mengeluh. Bahkan, mereka mengantar anaknya pukul 05.00 agar tidak terlembat. Dari informasi yang Radar himpun, ternyata juga tidak semua makanan yang dibawa siswa dimakan oleh siswa. Tapi dikumpulkan dan disinyalir akan dijual di koperasi sekolah. (mus)
”MOS Memberatkan Adalah Kampungan”
Rabu 29-07-2015,09:00 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :