Terpaksa Ambil Guru Bukan Bidangnya

Selasa 11-08-2015,14:30 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Di Tengah Langkanya Mencari Pengajar Bahasa Daerah Ibarat makhluk hidup, bahasa memang mengikuti siklus kehidupan yakni lahir, tumbuh, dan mati. Tiap bahasa bersaing, saling menguasai dan menaklukan. Bila suatu bahasa mati, berarti ratusan ribu tahun pengalaman akan terkubur bersamanya. MENURUT prediksi para pakar linguistik, satu abad mendatang dari 6.000 bahasa yang ada di dunia, 50 persennya akan punah. Di Indonesia, terdapat 731 bahasa, proses kepunahannya pun terus berlangsung sampai hari ini, di antaranya adalah bahasa daerah. Salah satu penyebabnya, bahasa daerah hanya digunakan oleh kurang dari 2.500 penuturnya. Menurut UNESCO, diperlukan setidaknya 100.000 penutur agar sebuah bahasa bisa terus bertahan hidup. Lalu bagaimana dengan Cirebon? Ya, Cirebon adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiliki beragam budaya. Termasuk dalam hal bahasa. Ada Bahasa Cirebon, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, dan bahasa lainnya. Apakah bahasa-bahasa tersebut kini masih ada? Tentu masih, karena di sekolah-sekolah masih ada pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal. Ada dua bahasa yang masih dipelajari di beberapa sekolah, yakni Bahasa Cirebon dan Bahasa Sunda. Kendala apa saja yang dialami para pendidik dalam menyampaikan pelajaran sekaligus pelestarian bahasa daerah tersebut? Menurut penuturan salah satu guru bahasa daerah, Ani Supriatni SPd, kendala yang dialami selama mengajar adalah banyak siswa yang kurang mengerti bahasa ibu. \"Ada siswa yang asli Cirebon, tinggal di Cirebon, orang tuanya sehari-hari berbahasa Cirebon, tapi gak bisa bahasa Cirebon. Begitupun dengan anak yang orang tuanya menggunakan bahasa Sunda, mereka justru menggunakan bahasa Indonesia dalam kegiatan sehari-hari. Padahal bahasa ibu itu sangat perlu dilestarikan,\" ujar Guru Bahasa Sunda SMPN 1 Cirebon itu. Karena menghadapi siswa yang mayoritas tak bisa bahasa ibu, akhirnya saat mengajar Ani menggunakan dua bahasa. Yakni bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Menurutnya, bahasa itu semakin sering dituturkan, maka akan baik dan tetap bertahan. Ani sangat menyayangkan bahwa sebagian besar siswa kurang mendalami bahasa daerah yang diajarkan. \"Jadi sebatas belajar, dapat nilai, sudah. Padahal tujuan adanya pelajaran bahasa daerah di sekolah untuk melestarikannya, bukan hanya teori tapi harus bisa praktik,\" tuturnya. Selain kendala tersebut, lanjut Ani, kesulitan lain terkait pelestarian bahasa daerah yakni kurang sumber daya manusia. Di sekolah-sekolah Kota Cirebon, guru bahasa daerah yang murni lulusan fakultas bahasa daerah hanya segelintir. Sisanya, pelajaran bahasa daerah di sekolah ditangani oleh guru-guru pelajaran lain yang rela mengajar bahasa daerah meski bukan bidangnya. \"Termasuk dalam hal pembagian jam, ada beberapa sekolah yang hanya memberi waktu 1 jam untuk masing-masing pelajaran muatan lokal,\" katanya. Sementara itu, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Sunda SMA, Eka Novianto mengatakan, pihaknya terus berusaha melestarikan bahasa daerah, baik itu bahasa sunda maupun bahasa Cirebon. Eka mengaku beruntung karena saat ini ada Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat yang mendukung dan menampung segala aspirasi serta kegiatan guru-guru bahasa daerah di Cirebon. Selain itu, ada kegiatan yang rutin dilakukan MGMP dan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kota Cirebon yakni menggelar pasanggiri Bahasa Sunda dan Bahasa Cirebon setiap tahun. \"Kita juga mengadakan in house training untuk para guru bahasa daerah untuk meningkatkan kompetensi,\" ujarnya. Terkait pelestarian bahasa daerah di kalangan muda dan masyarakat Cirebon, Eka mengatakan bahwa siapapun bisa dan akan paham suatu bahasa jika punya keinginan dan semangat kedaerahan. Tak hanya itu, lanjut Eka, sekolah sebagai pelestari bahasa daerah juga punya peran yang sangat penting. \"Tak hanya sekolah, orang tua dan lingkungan pun sangat mempengaruhi. Oleh karena itu, perlu banyak orang yang peduli dengan bahasa daerah. Kalau bukan kita siapa lagi?\" pungkasnya. (mike dwi setiawati)

Tags :
Kategori :

Terkait