Kemarau, Harga Sayuran Melonjak

Sabtu 15-08-2015,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

KUNINGAN - Bukan hanya harga daging yang melonjak. Harga komoditi sayuran pun ikut naik. Berdasarkan keterangan dari para penjual sayuran di beberapa pasar tradisional, penyebab naiknya harga karena musim kemarau, di mana stok sayuran berkurang. “Harga sayuran naik karena musim kemarau. Ini selalu terjadi setiap tahun, meski sebenarnya tidak semua jenis sayuran naik,” ucap Asih, salah seorang penjual di Pasar Baru Kuningan kepada Radar, kemarin (14/8). Asih yang tengah membereskan sayuran bersama suaminya mengaku, jenis sayuran yang naik adalah buncis, dari Rp8.000 jadi Rp12 ribu per kilogram. Lalu cabe merah dari Rp28 ribu ke angka Rp40 ribu per kilogram, serta cabe rawit dari Rp40 ribu ke Rp60 ribu per kilogram. Kemudian, kata dia, harga kentang dari Rp10 ribu ke Rp11 ribu per kilogram, timun dari Rp8.000 ke Rp10 ribu per kilogram. Sedangkan untuk kol dan bawang putih relatif stabil, di mana masih dijual Rp6.000 dan Rp20 ribu per kilogram. “Kalau musim kemarau masih panjang, kemungkinan harga jenis sayuran akan terus naik. Sebab, banyak lahan sayuran yang mengalami kekeringan akibat kekurangan air,” tambah ibu muda asal Desa Karangtawang itu. Dengan kenaikan tersebut, lanjut dia, para pedagang merasa dirugikan karena modal mereka juga ikut berpengaruh. Sedangkan keuntungan yang diperoleh tetap. Selain itu juga, dengan naiknya harga, jumlah konsumen pun berkurang. Asih menyebut, selain ada yang naik, harga sayuran juga ada yang stabil, bahkan ada yang turun. Bahkan, yang turun drastis adalah harga tomat. Di petani saja harga per kilonya hanya Rp1.000. Di pedagang sendiri hanya dijual Rp3.000. Sementara itu, bawang merah turun Rp4.000, dari Rp24 ribu ke Rp20 ribu. “Rata-rata, harga yang naik sudah terjadi sejak sepekan lalu. Untuk yang turun biasanya karena stok berlimpah, bahkan banyak petani yang membiarkan tomat membusuk karena dinilai tidak sebanding dengan modal,” jelas dia. Ditanya mengenai jumlah konsumen, Asih menyebut relatif cukup, karena pada saat ini banyak yang hajatan. “Biasanya, kalau sepi itu bulan Hapit (bulan kalender Hijriyah), setelah itu ramai lagi. Kondisi seperti itu terjadi tiap tahun,” ucapnya. Dari pantauan Radar, naiknya harga sayuran banyak dikeluhkan oleh konsumen. Alasannya karena kenaikan tersebut terlalu berat di saat kebutuhan hidup terus meningkat. Bagi sebagian warga, sayuran adalah andalan untuk memenuhi gizi karena sehat dan murah. “Daging naik, sekarang sayuran ikut naik. Jadi warga mau beli apa kalau semua mahal?” ucap Tini Kartini, salah seorang konsumen yang mangaku dari Kelurahan Cijoho. (mus)

Tags :
Kategori :

Terkait