CIREBON- Barang Tiongkok membanjiri pasar Indonesia saat rupiah terpuruk. Kondisi tersebut mulai merangsang masyarakat Cirebon untuk beralih membeli produk asal Tiongkok yang harganya jauh lebih murah. Seperti disampaikan owner Royal Elektronik Cirebon, Nia. Sepinya pasar karena dipicu kondisi rupiah yang makin melemah membuat masyarakat lebih memilih untuk mencari produk asal Tiongkok. “Tapi kalau di Cirebon sih sebenarnya 50:50 (berimbang, red). Gak terpengaruh masuknya merek-merek Tiongkok,” katanya kepada Radar, Jumat (14/8). Hanya saja, lanjut dia, secara kebetulan pasar memang sedang sepi dan berkaitan dengan tahun ajaran baru. Sehingga orang tidak menjadikan produk elektronik sebagai prioritas utama untuk dibeli saat ini. “Orang akan lebih selektif membelanjakan uang. Dengan budget yang terbatas, akhirnya orang akan beli merek-merek Tiongkok,” ujarnya. Daya beli masyarakat yang menurun ini pada akhirnya tak memikirkan lagi kualitas. Karena yang dilihat pertama kali adalah harga. Jika harga sudah murah, maka urusan kualitas menjadi nomor kesekian. “Harga sekarang naiknya banyak banget. Kalau elektronik kan bukan kebutuhan pokok. Jadi orang enggak terlalu prioritaskan,” terangnya. Berbeda dengan tahun kemarin. Menurut Nia, sekarang penjualan mengalami penurunan mencapai hingga 50 persen dibanding tahun lalu di bulan yang sama. “Dari segi pedagang, kami harap pemerintah bisa ambil tindakan supaya rupiah tidak melemah dan harga tidak melonjak lagi,” ujarnya. Dikatakan Nia, di tokonya ada beberapa merek asal Tiongkok yang namanya sudah dikenal customer. Misalnya Changhong, TCL, Coocaa, Aux, Ichiko, Denpooo, dan lainnya. “Sekarang juga harga barang asal Tiongkok pada naik. Dibilang murah juga enggak. Barang-barang merek Tiongkok pun sama-sama naik, tapi ya masih lebih murah barang branded seperti asal Jepang,” paparnya. Sementara itu, Karyawan Setia Elektronik Eli mengatakan bahwa kecenderungan orang untuk membeli produk merek Tiongkok juga dibarengi karena alasan adanya service center merek tersebut di kota Cirebon. Misalnya TCL dan Coocaa, kedua merek Tiongkok tersebut memiliki service center di Cirebon. “Jadi kalau di sini, pilih barangnya yang ada service centernya. Itu orang banyak yang beli. Jadi agak aman dia kalau sewaktu-waktu perlu diperbaiki,” ujarnya. Namun begitu, kondisi ini lantas tidak membuat masyarakat untuk memborong produk elektronik asal Tiongkok. Dirasakan Eli, penjualan masih tetap sepi. Bahkan mengalami penurunan sampai 30 persen. Kondisi ini dipicu oleh kondisi krisis lantaran rupiah makin melemah terhadap dolar. “Di Cirebon sih gak begitu ngaruh terhadap merek Tiongkok. Harganya beda sedikit. Bersaing. Kalau dulu mungkin bedanya jauh. Sekarang selisih harganya sedikit. Jadi orang cenderung beli barang branded kecuali yang service centernya ada di Cirebon,” bebernya. Hal senada juga disampaikan oleh Karyawan Jaya Istna Elektronik Kris. Banyaknya barang Tiongkok yang membanjiri pasar Indonesia saat rupiah terpuruk tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan elektronik saat ini. “Variatif ya. Ada konsumen yang sensitif sama harga, ada yang sensitif sama kualitas. Beda-beda,” terangnya kepada Radar. Tapi sebagai pendagang, pihaknya tentu menyiapkan berbagai merek asal Tiongkok guna mengakomodir kebutuhan customer. Mulai dari TCL, Coocaa, dan masih banyak merek lainnya. “Tetap saja kok, penjualan masih susah. Ada penurunan. Kalau daya beli orang terhadap bahan sembako saja turun atau susah, apalagi beli elektronik,” ujarnya. Namun begitu, Kris tetap berharap kondisi ekonomi di Indonesia dapat kembali stabil dan normal seperti sedia kala. “Kita sebagai penjual barang yang bukan prioritas nomor satu berharap ekonomi Indonesia bisa berjalan lancar lagi,” tuturnya. Jika pada sektor elektronik masuknya barang Tiongkok yang membanjiri pasar Indonesia saat rupiah terpuruk belum memberikan dampak apapun, lain ceritanya dengan produk kebutuhan rumah tangga. Di Toko Cer Mat (Ceria dan Hemat) Cirebon, tempat ini selalu ramai dikunjungi pengunjung. Entah itu yang membeli produk pecah belah, mainan anak, aksesoris, figura, dan sebagainya. Pengelola Toko Cer-Mat (Ceria dan Hemat) Cirebon Dicky Alexander mengatakan bahwa ternyata produk-produk yang ada di toko ini didominasi oleh produk asal Tiongkok. Tentunya, dengan harga yang jauh lebih murah dan bersaing. “Rata-rata Made In Tiongkok. Tapi ada juga dari lokalnya,” katanya. Menurut Dicky, barang-barang asal Tiongkok ini banyak dicari oleh pelanggan. Selain barangnya murah, kualitasnya pun tak jauh beda dengan produk-produk dengan merek ternama. Tentu bagi masyarakat menengah dan menengah bawah, produk seperti inilah yang dicari untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan mereka. “Kisaran harganya paling murah Rp1 ribu sampai Rp200 ribuan. Tergantung barangnya apa. Di sini kami jual produk kebutuhan rumah tangga seperti bunga-bunga plastik atau artifisial, vas bunga, barang pecah belah, boneka, mainan anak, aksesoris, figura-figura, dan masih banyak lainnya,” paparnya. Saat ini, orang lebih cenderung memilih barang yang murah tapi bagus. Semuanya bisa terpenuhi dengan berbelanja di Toko Cer-Mat Cirebon. “Konsumen carinya yang murah-murah saja tapi sudah bisa dapat yang bagus. Misalnya cermin cuma Rp10 ribuan, taplak meja mulai dari Rp6 ribuan, keset mulai dari Rp11 ribu, dan sebagainya. Jika disesuaikan dengan daya beli yang cocok untuk masyarakat sekarang, ya pilihnya barang-barang Tiongkok,” jelasnya. (nda)
Pasar Cirebon Ikut Sepi
Sabtu 15-08-2015,09:18 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :