Air Cikalahang Melimpah, Petani Tetap Kekeringan

Rabu 19-08-2015,16:40 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

DUKUPUNTANG – Di tengah musim kemarau, air menjadi barang yang mahal dan amat dibutuhkan oleh masyarakat Kabupaten Cirebon. Mata air yang ada di Desa Cikalahang Kecamatan Dukupuntang dan daerah sekitar pun menjadi target para pemburu air. Setidaknya, ada 8 perusahaan yang menjual jasa pengisian air tangki di desa tersebut. Mereka menyuplai air bersih ke wilayah Kabupaten Cirebon dan Indramayu. Pada kemarau kali ini,  perusahaan jasa pengisian air tanki Telaga Remis Jaya (TRJ) misalnya,  dalam sehari bisa mengisi 150 mobil tanki yang berkapasitas 6.000 sampai 9.000 liter. Berbeda ketika pada musim penghujan, paling banter hanya 50 sampai 60 unit mobil tanki per hari. “Sejak sumur-sumur warga mulai kering, permintaan kiriman air cukup tinggi. Apalagi, di wilayah pesisir Kabupaten Cirebon, seperti Kapetakan dan Losari. Bahkan, wilayah Indramayu pun meminta,” ujar Bo’un, supir tanki TRJ saat bertemu di kilang air Desa Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang, kemarin. Kebutuhan air masyarakat tidak hanya untuk konsumsi. Tapi, juga  untuk kebutuhan sanitasi hingga ibadah. Sehingga permintaannya melonjak tinggi. “Harga paling murah per tangki Rp200 ribu dan paling mahal Rp450 ribu, tergantung dari jarak tempuhnya,” terangnya. Di saat sebagian orang mampu menjual air sampai keluar kota, tapi di sisi lain, sebagian wilayah Desa Cikalahang Kecamatan Dukupuntang mengalami kekeringan alias kekurangan air. Dudung, salah satu petani setempat mengakui, setiap musim kemarau, warga yang tinggal di Blok Sawah Kalong selalu kekurangan air. Hal ini karena struktur tanah di bawah permukaan bumi bermaterialkan pasir. Sehingga, tidak mampu menampung air tanah dalam waktu lama. “Tanahnya pasir di sini mah. Jadi kalau musim kemarau pasti kekurangan air,” ungkapnya. Kemudian, di Desa Cikalahang tidak ada mitra cai atau lembaga yang mengurusi tata gilir air di tingkat desa. Sehingga, air yang berasal dari beberapa mata air tidak mampu dikoordinir dengan baik, entah untuk kebutuhan konsumsi dan sanitasi, maupun pertanian. “Kalau ada mitra cai, tata gilir air bisa terorganisir, sehingga petani bisa mendapatkan pasokan air walau di tengah musim kemarau,” imbuhnya. Parahnya, satu dari mata air yang ada di Desa Cikalahang diambil alih oleh PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon guna memenuhi pasokan air untuk para pelanggannya, sehingga warga setempat tidak bisa menikmati guyuran air untuk berbagai kepentingan. “PDAM juga punya andil dalam membuat kondisi kami yang kekurangan air. Harusnya, ada pembagian air dengan masyarakat agar sama-sama enak,” pungkasnya. (jun)

Tags :
Kategori :

Terkait