SS: Anak Saya Tak Terlibat ISIS

Sabtu 19-09-2015,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Keluarga Terpukul dengan Isu yang Beredar Kencang, Kepsek Bantah Asri Pernah di Santa Maria CIREBON- Kabar mengaget­kan menjadi pukulan batin bagi keluarga Asri Lestari Kosasih. Perempuan etnis Tionghoa asal Kota Cirebon berusia 28 tahun ini sudah putus komunikasi dengan orang tuanya sejak 2010. Itu terjadi setelah Asri memutuskan menikah dengan seorang warga negara Turki bernama Alexander Serrebrenikov. Lebih getir lagi, dirasakan ibunda Asri, SS. Ditemui koran ini, kemarin, SS meminta namanya tak disebutkan secara lengkap. SS mengaku sedih ketika mendapatkan kabar anaknya diisukan terlibat dalam jaringan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Sampai-sampai Asri sempat diisukan terlibat dalam pengeboman vihara di Thailand dan di Jawa Tengah. Secara batin, keluarga sangat terpukul atas isu tersebut. Dia pun mencari tahu foto-foto persitiwa pengeboman itu, dan bersyukur tidak ada Asri di dalamnya. “Anda bisa bayangkan perasaan saya bagaimana ketika mendengar anaknya diisukan seperti itu. Jelas saya membantah apa kata orang. Anak saya bukan teroris, tidak terlibat ISIS. Dan anak saya tidak merekrut orang dalam jaringan,” ungkap SS, Jumat (18/9). Beruntung, kata SS, masih ada orang yang menguatkan keluarga. Sehingga dirinya masih bisa kuat hingga saat ini. Sebagai orang tua, dirinya mengaku masih berharap Asri bisa kembali. “Kalau saya stres, mungkin banyak lagi orang yang ngegosipin. Saya mencoba kuat,” tuturnya. Menurut dia, isu itu hanya bumbu-bumbu yang ditambahkan orang-orang karena anaknya menikahi warga Turki dan memeluk agama Islam dan memakai cadar. Dia membenarkan bahwa anak perempuan satu-satunya itu sudah putus komunikasi dengan keluarga. Itu lantaran pihak keluarga tidak menyetujui pernikahannya dengan warga Turki. “Tahun 2005 sempat pulang. Saat itu dia ngomong mau menikah dengan orang Turki. Kami jelas tidak setuju, apalagi jadi istri kedua. Orang tua mana yang setuju kalau anaknya menjadi istri kedua. Tapi dia tetap pada pilihannya,” ungkapnya. Menurutnya, Asri termasuk anak yang baik, sebelum akhirnya dia hijrah ke Australia menempuh pendidikan setelah mendapatkan beasiswa. Di sanalah Asri mulai berkenalan dengan warga Turki. “Anaknya baik, mungkin karena di Australia tidak punya teman. Ada yang orang yang baikin, jadi bisa dekat,” ungkap SS. Karena bukan dari keluarga yang kaya raya, orang tuanya juga tidak pernah menengok ke Australia. Hal ini pula yang membuat orang tuanya tidak bisa memantau perkembangannya secara langsung. “Kalau ada uang kami lebih baik kirimkan uang buat dia, daripada untuk biaya menjenguk,” tambah SS. Dia mengaku selama bertahun-tahun itu, selalu mengirimkan uang pada Asri. Asri sempat pulang dua kali, pada tahun 2005 dan 2007. Setelah berkenalan dengan warga Turki itu, memang perilaku Asri berubah. Hingga pada tahun 2010, pihak keluarga di Cirebon sudah putus komunikasi dengan Asri. Sehingga keluarga memutuskan untuk melaporkan hilangnya Asri kepada kepolisian. “Kita sudah laporkan ke Polres Ciko, ditebuskan ke Mabes Polri, sampai ke unit trafficking,” ujarnya. Usaha itu, kemudian mulai berbuah hasil. Disebutkan, pada tahun 2014 ada informasi dari kepolisian di Batam. Bahwa Asri tengah berada di Batam untuk mengurus Visa ke Australia. Saat itu juga karena biaya yang tidak cukup, hanya Ayah Asri bernama Tenggana Kosasih yang berangkat. “Di sana mereka sempat ketemu, sampai berfoto. Kita sudah membujuk untuk pulang, tapi dia tetap tidak mau. Ya, tidak apa-apa, bagi kita tidak usah berbakti juga tidak apa-apa, asalkan dia jangan sampai lupa sama orang tua,” tuturnya. Bagi SS, hidup merupakan pilihan. Namun dia menyayang­kan sikap anaknya yang melupa­kan keluarganya. Dia juga tidak mempermasalahkan anaknya sudah memeluk agama Islam. “Dalam agama apapun diajarkan anak untuk berbakti, bagi kami tidak perlu untuk ngasih uang. Cukup dia jangan lupakan keluarga,” curhatnya. Ia senantiasa berdoa dan berharap suatu saat nanti anaknya bisa kembali. “Kapanpun dia mau kembali kami terima. Bagaimanapun saya orang tuanya, cuma yang menyakitkan itu ada orang yang kenal, mengisukan yang tidak-tidak pada anak kami,” ujarnya. Dia masih bersyukur masih ada orang yang bertanya baik-baik atas pemberitaan anaknya kepada keluarga secara langsung. Sementara itu, dia enggan memberikan klarifikasi mengenai informasi yang menyebutkan bahwa anaknya pernah sekolah di SMA Santa Maria Cirebon. “Gak usah bawa-bawa sekolah, saya tidak ingin menyebutkannya,” tukasnya. Terpisah, pihak Santa Maria melalui Kepala SMA Santa Maria, Nugroho Tri Atmaja menyebutkan bahwa Asri Lestari Kosasih bukan siswa Santa Maria. “Dapat saya katakan 100 persen bukan anak Santa Maria. Kami atas nama keluarga besar Santa Maria mengklarifikasi Asri Lestari Kosasih bukan eks Santa Maria, karena kami sudah memeriksa data siswa secara keseluruhan,” tandasnya. Setelah mendapatkan kabar tersebut, pihaknya langsung mencari buku induk untuk mengecek nama Asri Lestari. Setelah dicek di buku induk siswa, nama itu tidak tercantum. Dia mengaku prihatin atas kejadian tersebut. Bentuk keprihatinan itu bahwa pendidikan saat ini ternyata masih kurang kuat dalam membentuk karakter anak. “Ini menjadi cermin bagi dunia pendidikan. Kasus ini mungkin membuat kita prihatin, pendidikan yang diberikan ternyata masih kurang kuat dalam membentuk karakter anak,” ujarnya. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait