Tersangka Korupsi Lagi

Sabtu 17-10-2015,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Oleh: Dudi Farid Wazdi Ketua umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh, menerima pengunduran diri Patrice Rio Capella sebagai Sekretaris Jendral. Rio mundur setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus penyelewengan dana bantuan sosial Provinsi Sumatera Utara. TERSANGKA korupsi ada lagi. Kini, KPK menetapkan Rio sebagai tersangka dalam penanganan kasus bantuan sosial, tunggakan Dana Bagi Hasil dan penyertaan modal Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Sumatera Utara. Rio Capella disangka menerima duit dari Gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjo Nugroho dan istri Gatot Evy Susanti. Gatot dan Evy sebelumnya juga sudah dijadikan tersangka oleh KPK dalam kasus suap hakim Pangadilan Tata Usaha Negara Medan. Turut didalamnya, pengacara kawakan yang juga bekas petinggi Nasdem, OC Kaligis bahkan sudah jadi terdakwa dalam perkara ini. Mengapa korupsi tetap tumbuh subur di negeri ini padahal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) aktif melakukan pemberantasan? Dan kenapa yang terperosok itu adalah pribadi-pribadi yang sebenarnya doyan menganjurkan untuk tidak melakukan korupsi? Susah untuk menjawabnya, karena bisa jadi, kalau saya pun berada pada posisi seperti mereka sangat memungkinkan  akan terjerat seperti yang mereka timpa. Dan, memang sedari dulu hingga kini korupsi itu tak pernah sirna. Korupsi yang dari segi bahasa berarti busuk, rusak, menyogok dapat diartikan sebagai perbuatan melawan hukum dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan dan sarana guna memperkaya diri sendiri, orang lain atau kelompok yang berakibat kerugian keuangan atau perekonomian negara atau kelompoknya. Korupsi di negeri ini sendiri telah terjadi sejak jaman kerajaan-kerajaan berkuasa. Pada masa itu korupsi terlihat dari tumbangnya kerajaan-kerajaan besar contohnya: Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, dan Kerajaan Mataram. Kerajaan Sriwijaya berakhir karena tidak adanya pemimpin yang cakap sepeninggal Balaputra Dewa , Kerajaan Majapahit hancur karena perang saudara sepeninggal Mahapatih Gajah Mada, lalu Kerajaan Mataram terpecah belah karena diadu domba oleh VOC. Hal ini menunjukan pemimpin jaman dulu juga lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan kerajaannya. Setelah masa kerajaan usai nusantara dikuasai oleh VOC yang juga memiliki peranan dalam budaya korupsi di Indonesia , mereka hancur karena korupsi para elitnya yang menggerogoti dari dalam. Lalu, pada masa kemerdekaan pun tidak luput dari tindak korupsi contohnya kasus korupsi Ruslan Abdulgani yang menyebabkan dibredelnya koran Indonesia Raya karena meliput kasus itu. Kemudian, pada masa orde baru korupsi semakin jelas terjadi. Rakyat memang merasakan kemakmuran akan tetapi utang negara semakin menjulang tinggi bahkan sampai saat ini belum dapat terlunasi dan banyak sumber daya alam potensial Indonesia digadaikan pada pihak asing. Pada masa reformasi hingga sekarang korupsi juga belum juga dapat diatasi. Bahkan malah timbul banyak korupsi gaya baru seperti kasus BLBI, Hambalang, Pelindo kasus seperti Gayus dan kasus-kasus lainnya. Melihat keadaan itu tampaknya pangkal perkara yang menghantarkan pada perilaku korup itu adalah mental para pemimpin dan pejabat yang ada di negeri ini. Kebanyakan pemimpin dan pejabat yang memimpin saat ini adalah hasil didikan pada masa orde baru yang sangat korup sehingga mental mereka masih mental korup. Dan sepertinya korupsi masih akan terus terjadi apabila para pemimpin masih berasal dari generasi pemimpin saat itu. Jadi, walaupun sebaik apapun sistem pemerintahan, setegas apapun hukum, dan sebersih apapun aparat akan percuma bila mental pemimpin dan pejabat negeri ini masih buruk, sehingga korupsi pasti masih akan terus lestari. Untuk itu sekarang kita harus menyadarkan para pemimpin untuk memperbaiki mentalnya, dan apabila sudah tidak dapat diperbaiki maka sebaiknya untuk diganti dengan pemimpin yang amanah dan bermental baik serta siap susah demi rakyat. Bilkhusus, kita berharap kepada generasi muda, calon pemimpin bangsa, semoga bisa menjaga hati dan mental agar tetap jujur dan tidak berubah bermental korup. Semoga. (*) *) Penulis, Alumnus FISIP UI

Tags :
Kategori :

Terkait