Berapa Kebutuhan Hidup Layak Masyarakat Kota?
Besaran Upah Minimum Kota (UMK) selalu menjadi perbincangan hangat menjelang pergantian tahun. Perdebatan tentang itu, tentu saja soal apakah besaran UMK sudah menggambarkan standar hidup layak atau tidak? Koran ini mencoba menelusuri kebutuhan para buruh atau pegawai swasta, baik yang masih single maupun yang sudah berkeluarga.
SEPERTI halnya diungkapkan N Aini Suhaini, salah seorang karyawan properti. Menurutnya, besaran UMK Kota Cirebon saat ini dirasakan cukup bagi dirinya yang masih belum berkeluarga. Di samping itu, dia juga masih tinggal bersama orang tua. Sehingga dirinya tidak repot untuk mengeluarkan biaya sewa rumah ataupun makan. \"Saya bekerja dan dapat penghasilan untuk diri sendiri saja. Tapi saya juga menyisihkan dari gaji untuk orang tua, untuk bantu-bantu bayar listrik,\" ucapnya kepada Radar, Selasa (17/11).
Untuk mengatur gaji yang diterima agar cukup, Aini membuat budget plan tiap bulan. Dia merinci berapa persen untuk pos kebutuhan, seperti halnya dia menyisihkan juga untuk sedekah sebesar Rp37.500. Paling besar kebutuhannya digunakan untuk tabungan sebesar Rp450 ribu. Namun itu juga bisa saja nilainya berubah-ubah. \"Kalau makan kan masih tinggal sama orang tua, jadi biasanya kebutuhannya buat beli baju kantor, sepatu, kosmetik atau hiburan,\" ungkapnya.
Dengan besaran gaji yang diterima, dirinya mengaku sudah merasa cukup. Dia menerima gaji sekitar Rp1,5 juta per bulan. Dia juga kadang kala mendapatkan bonus. \"Kalau untuk ukuran yang masih single gaji yang saya terima sudah cukup, tapi mungkin beda yang sudah berkeluarga,\" ucapnya lagi.
Berbeda halnya dengan Lukman Santoso, seorang karyawan hotel di Kota Cirebon. Pria yang memiliki tiga orang anak ini juga harus membiayai hidup keluarganya. \"Ya kalau dibilang cukup ya cukup, tapi mepet. Kadang kala gaji sudah habis sebelum akhir bulan,\" sebutnya.
Biaya makan dalam sebulan saja, keluarga Lukman bisa menghabiskan Rp2,25 juta hingga Rp3 juta. Beruntung istri Lukman juga membantu penghasilan keluarga. Istrinya bekerja juga mengajar anak-anak TK. \"Untuk sekarang ya masih belum mencukupi, tambah lagi harus bayar cicilan motor, bayar iuran BPJS juga. Jadi ya dipas-pasin saja,\" ujarnya.
Selain biaya kebutuhan makanan, ada juga untuk biaya pendidikan, transportasi, dan biaya susu buat anaknya yang masih balita. Belum lagi buat keperluan belanja istri. Dalam sebulan Lukman mengeluarkan sebesar Rp600 ribu untuk dua kali belanja. \"Kalau saya untuk pakaian tidak setiap bulan beli, hanya pas momen tertentu saja, biasanya kalau mau Lebaran. Kalau belanja bulanan untuk kebutuhan dapur, alat mandi dan kosmetik,\" ujarnya.
Sementara, Kartono, buruh serabutan ini juga merasa penghasilannya bisa mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Pria yang melakoni berbagai macam pekerjaan ini mengaku dia bekerja apapun untuk mendapatkan upah yang halal. \"Kalau saya apapun dikerjakan, asalkan halal, kerja ya nasib masing-masing. Yang terpenting bisa mencukupi kebutuhan keluarga,\" ucapnya.
Dia menyebutkan, dalam sehari dia mengeluarkan Rp30 ribu untuk makan keluarga. Uang itu dia belikan beras dan juga sayuran buat lauk pauk. \"Saya gak pernah beli daging, yang penting ada beras aja dulu,\" ucapnya.
Penghematan itu dia lakukan, karena dia juga harus memenuhi biaya pendidikan bagi anak-anaknya. Setiap hari dia memberikan Rp10 ribu buat ongkos anak sekolah. Belum lagi dirinya harus membayar listrik, ledeng, tabung gas, peralatan rumah, sampai biaya kontrak rumah. \"Saya masih ngontrak setahun Rp3 juta,\" sebutnya.
Berbeda lagi dengan Abdullah, karyawan bengkel. Dirinya setidaknya membutuhkan Rp1,6 juta per bulan. Uang itu untuk mencukupi biaya makan sehari-hari, bensin untuk transportasi dan juga kebutuhan pribadi. \"Kalau makan saya tiga kali Rp35 ribu, bensin paling tiga hari Rp25 ribu, belanja bulanan untuk alat-alat mandi dan lainnya paling Rp300 ribu,\" jelasnya.
Dengan ukuran gaji yang diterimanya, cukup untuk memenuhi kebutuhan. \"Ya kalau ukurannya untuk yang sudah berkeluarga tidak cukup. Karena belum biaya untuk anak-anak beli susu segala macem, pastinya kurang,\" tukasnya. (jamal suteja)