KUNINGAN- Kabupaten Kuningan memang sudah berubah. Nama kabupaten berjuluk Kota Kuda ini pun mulai banyak dikenal secara nasional. Tak heran, banyak warga luar daerah merasa terkesan saat menginjakan kakinya di tanah ini.
Kesan serupa, Rabu (27/6), dirasakan oleh peserta Pendidikan dan Pelatihan Pimpinan (Diklatpim) II angkatan II se Indonesia di Gedung Balai Diklat Provinsi Jawa Barat, ketika mengakhiri kegiatannya dengan sengaja berkunjung ke kota berhawa sejuk ini. Rombongan Diklatpim II itu berasal dari beberapa provinsi. Antara lain Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Aceh, Sumatera Barat, Papua, Jambi, Jawa Tengah, Riau, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sulawesi dan Banten. Di Kuningan, mereka menjelajah selama 2 hari.
Selain berkeliling kota, mereka juga menikmati kunjungannya ke beberapa objek wisata. Mulai Gedung Naskah Perundingan Linggajati, Waduk Darma, Balong Dalem, Cibulan hingga relaksasi di Spa Grage Hotel Sangkanhurip. Mereka dipandu 2 pejabat eselon III lingkup Pemkab Kuningan, yang juga peserta Diklatpim II. Yaitu Sekretaris Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan, Udit Rukhdi MSi, Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), Drs Deden Sopandi MSi.
“Wah terkesan sekali. Saya pikir Kuningan itu biasa-biasa saja, tapi ternyata enak. Suasananya sejuk, jalan-jalan mulus, bersih. Hebatnya, kota kecil seperti ini punya Islamic Center yang besar,” ungkap Afrijal MM, peserta Diklatpim II asal Kota Solok, Sumatera Barat.
Kata dia, banyak referensi pembangunan yang bisa dipetiknya dari Kabupaten Kuningan. Referensi itu akan coba diterapkannya di daerah tugasnya, Kota Solok. “Suasana Kuningan yang bisa bikin kita relaks, juga cocok untuk kegiatan-kegiatan rapat besar. Nanti saya agendakan agar rakerda (rapat kerja daerah) Solok diadakan di Kuningan. Dulu kita seringnya ke Bali, tapi bisa dicoba lah di Kuningan,” tukas Afrijal.
Udit Rukhdi MSi, menuturkan, rekan diklatpim II seangkatannya memang sengaja ingin ke Kabupaten Kuningan. Awalnya mereka ingin mengetahui Gedung Naskah Linggajati, karena sejarahnya sempat masuk dalam pengajaran diklatpim II. “Mereka tergerak ke Kuningan karena ingin tahu sejarah Perundingan Linggajati. Pelajarannya memang sempat ada di kelas. Keinginan mereka, lalu kita fasilitasi,” cerita Udit
Setelah ke Gedung Perundingan Linggajati, lanjut Deden Sopandi, ternyata mereka betah dengan suasana Kuningan. Sehingga memperpanjang kunjungannya menjadi 2 hari. Mereka lalu di ntarnya ke beberapa objek wisata. Menurut Deden, kebersamaan peserta Diklatpim II memang dirasakannya sangat baik. Diklatpim II telah banyak membawa manfaat. Bukan sekedar ilmu pengetahuan dan wawasan tentang pendidikan tersebut, tapi juga tentang arti kekeluargaan, kebersamaan dan persahabatan.
“Kita benar-benar kompak. Nah modal ini bisa untuk memotivasi, dan menggugah semangat pembangunan peserta diklatpim di masing-masing daerah tugasnya,” terang Deden. (tat)