Bisikan soal Pacar dari Cirebon sampai Sesak di Raudah

Jumat 24-06-2016,10:41 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Perjalanan Umrah Ramadan dan Lebaran Radar  Cirebon Group Bersama Salam Tour (12) Jamaah umrah Ramadan Salam Tour tiba di Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz Madinah (AMAA), Rabu (22/6) sekitar pukul 18.20 waktu setempat. Perjalanan dengan waktu tempuh 9 jam lebih dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta itu sempat mengalami sejumlah turbulensi. Laporan PRIYO UTOMO, Madinah TIBA di AMAA, ada pemandangan yang cukup menarik. Bandara yang luasnya lebih dari 4 juta meter persegi itu tampak sepi. Yang ada hanya penumpang Indonesia. Saking seringnya jamaah asal Indonesia ke Madinah, beberapa buruh angkut barang bisa berbahasa Indonesia, walaupun tersendat-sendat. Hal ini terlihat saat mereka mengeluarkan koper-koper jamaah umrah. Berbeda dengan jamaah umrah dari tour travel lain, jamaah umrah Salam Tour tak dipusingkan dengan permasalahan soal koper. Karena semua koper jamaah langsung diurus petugas Salam Tour hingga ke Al Fayroz Season Hotel. Sejam menunggu koper, kumandang adzan bersautan. Kami memutuskan takjil di bandara. Belum sempat saya mengeluarkan bekal takjil dari pramugari pesawat, salah seorang petugas angkut barang menyodorkan kurma kering. “Silakan, haji-haji ini kurma, berbuka,” katanya. Meski kering, kurma tersebut rasanya manis segar dan harum. Usai melaksanakan Salat Magrib di bandara, seluruh jamaah langsung ke hotel dan disambut menu makan malam khas Indonesia di lantai dua Al Fayroz Season Hotel. Menariknya, semua yang menghidangkan dan memasaknya asli orang Indonesia. Menurut salah seorang penghidang makanan, Herman (45), seluruh kuliner khas Indonesia itu dimasak di daerah gunung Uhud. Pihaknya sengaja memasak jauh dari penduduk, karena dilarang pemerintah setempat. Bahkan, bau masakan jika mengganggu penduduk, bisa berurusan dengan hukum.   “Kami di Madinah resmi ada izin pemerintah dan memasok masakan khusus Indonesia ke 13 hotel di Madinah. Juru masaknya sendiri ada 30 orang yang berasal dari Madura, Surabaya, Padang dan sejumlah daerah lainnya,” ujar pria yang sudah tiga tahun di Madinah ini. Soal bahan makanan, Herman yang berasal dari Madura ini mengatakan bumbu-bumbu untuk membuat masakan Indonesia didatangkan langsung dari Indonesia. Lauk pauk dari Malayasia dan Filipina, beras didatangkan dari Vietnam. Sambil menikmati makan malam, pria beristri tiga ini membisikkan ke saya jika ia punya pacar baru yang berasal dari Susukan, Kabupaten Cirebon. Pacar barunya itu merupakan sesama TKI di Madinah. Istri pertamanya dari NTB, kedua dari Madura, ketiga dari Jawa Tengah, dan yang calon keempat dia mengaku tengah menjalin hubungan dengan seorang TKI asal Susukan, Kabupaten Cirebon. Sayangnya, Herman merahasiakan nama pacarnya. “Di Madinah cari jodoh sesama TKI gampang, cukup sediakan 300 real, saksi dan penghulu langsung bisa nikah. Yang penting saat sudah nikah, suami memberikan nafkah secukupnya dan tak mengganggu penghasilan istri,” jelas pria berjanggut tebal ini. Perjuangan di Raudah Tepat pukul 21.00 waktu Madinah, kumandang adzan Isya dari Masjid Nabawi terdengar jelas di lantai 13, tepatnya di depan kamar hotel yang saya tempati. Sayangnya, seluruh jamaah umrah dari Salam Tour tak bisa mengikuti Salat Isya plus tarawih berjamah di Masjid Nabawi. Tentu karena masih lelah. Juga karena Masjid Nabawi yang luasnya lebih dari seratus ribu meter persegi itu sudah penuh oleh jamaah dari berbagai penjuru dunia. Namun, saya masih penasaran ingin Salat Isya dan tarawih di Masjid Nabawi. Saya pun menuggu jamaah bubar pukul 00.00. Setibanya di Masjid Nabawi, masih terlihat beberapa jamaah tarawih yang membaca Alquran. Bahkan, terdapat sejumlah kelompok yang masih mengaji kitab-kitab salaf. Seperti Riadushalihin yang disusun Imam Nawawi serta Birrul Walidain karya Ibnu Jauzi. Meski tempat Raudah yang dekat makam Rasulullah SAW masih disesaki jamaah, saya memutuskan Salat Isya dan tarawih berjarak beberapa meter saja di belakangnya. Sungguh nikmatnya tak ternilai bisa salat di Masjid Nabawi. Apalagi linangan air mata serasa ingin berlama lama di masjid yang paling diberkahi itu. Meski belum puas, saya putuskan kembali ke hotel pada pukul 01.30, mengingat jadwal sahur pukul 02.00. Selesai sahur, pukul 03.00, saya masih penasaran ingin bisa Salat Subuh di Raudah. Lagi-lagi harus gigit jari. Karena, di lokasi yang paling dimuliakan itu tak ada tempat buat jamaah yang datang belakangan. Kembali, saya menunaikan Salat Subuh di belakang Raudah. Usai salat pukul 04.50, saya dengan berdesak-desakan kembali ke Raudah. Sayangnya, di sana jamaah enggan untuk keluar sehingga memicu ketegangan dengan jamaah di luar Raudah yang ingin berziarah ke makam Rasulullah SAW. Saya masih ingin masuk. Namun, jamaah Salam Tour yang sekamar dengan saya, Syazili Risun Labiah (60), mengingatkan saya agar jangan nekat. Karena risikonya bisa tergencet oleh jamaah lain yang sebagian besar betubuh subur dan tinggi. “Kembali saja, jangan memaksakan,” tegas pria asal Padang itu. Saya berteriak, meyakinkan beliau agar tak menghiraukan saya di depan pintu masuk Raudah yang sedang terhimpit. Alhamdulillah, atas izin Allah saya dimudahkan masuk Raudah dan mengucapkan salawat sepanjang Raudah hingga ujung makam Rasulullah SAW. Saat saya coba mengabadikan Raudah dan pintu makam Rasulullah SAW, petugas masjid berpakaian ala militer dengan keras melarangnya. Meski demkian, saya sudah dapat fotonya. Sayang, kualitasnya buram, karena saat mengambil gambar dengan smartphone, para jamaah tak terkendali berdesak-desakan. Mengapa orang rela berdesak-desakan demi Raudah? Sebagaimana diketahui, meski ukuran Raudah tak lebih dari 22 meter kali 15 meter, dan letaknya antara makam Rasulullah SAW dan mimbar, namun di tempat itu salah satu tempat yang makbul untuk berdoa. Ibarat Taman Surga, setiap jamaah mengejar sekuat tenaga ingin menggapainya. Lega rasanya, setelah melalui rintangan di Raudah dan makam Rasulullah SAW. Apalagi, di halaman masjid disambut payung raksasa yang sedang berkembang. Seolah menyapa setiap jamaah yang hadir. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait