Korban Banjir-Longsor Bangladesh 106 Jiwa
BEIJING - Tanah longsor mengakibatkan pembangunan waduk hidroelektrik (PLTA) Baihetan di pinggiran Sungai Yangtze, Tiongkok, terhenti. Hal itu dipicu hujan deras yang mengguyur Ningnan County, Provinsi Sichuan, sejak Rabu malam lalu (27/6). Hingga kemarin (28/6) 40 pekerja dilaporkan hilang akibat longsor. Mereka diduga tertimbun.
“Longsoran lumpur di sekitar lokasi proyek menimbun kamp pekerja konstruksi yang berada di bawahnya,” tulis surat kabar Sichuan Daily mengutip keterangan pejabat setempat. Ketika tanah bercampur air itu menerjang kamp pada Rabu tengah malam, sebagian besar pekerja sedang beristirahat. Sebanyak 40 pekerja yang hilang itu tergabung dalam tim konstruksi.
Siang kemarin, tim penyelamat berusaha menghubungi koordinator tim konstruksi. Tetapi, upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Tim penyelamat pun lantas melakukan pencarian di sekitar lokasi bencana. Berbekal peralatan seadanya, tim penyelamat berupaya keras mencapai kamp pekerja yang rata tertimbun tanah.
Penanggung jawab proyek PLTA Baihetan menuturkan bahwa kamp yang terletak di lembah Yangtze tersebut menampung sekitar 38-41 pekerja. “Kami belum bisa memastikan pekerja yang tertimbun longsor dan belum ditemukan sampai kini,” kata jubir pemerintahan otonomi Lingashan Yi yang membawahi Ningnan County.
PLTA Baihetan merupakan proyek lanjutan China Three Gorges Corporation yang lebih dulu sukses dengan proyek Bendungan Three Gorges. Sejauh ini, bendungan raksasa itu tercatat sebagai salah satu PLTA terbesar di dunia. Kelak, PLTA Baihetan akan menghasilkan listrik 14 juta kilowatt. Semula, proyek tersebut diperkirakan rampung pada 2020 mendatang dan langsung bisa dioperasikan.
Sementara itu, koban bencana banjir dan tanah longsor di Bangladesh terus bertambah. Kemarin tim penyelamat berhasil mengevakuasi 15 mayat dari balik lumpur dan puing-puing bangunan. Korban tewas bertambah menjadi 106 jiwa. Sekitar 60.000 warga lainnya terpaksa kehilangan tempat tinggal. Sedikitnya 500 rumah hanyut terbawa arus banjir dan tertimpa longsor.
“Korban tewas di Kota Bazar mencapai 41 jiwa, di Kota Bandarban 41 jiwa, dan di Kota Chittagong sedikitnya 24 jiwa,” ujar Kementerian Penanggulangan Bencana dalam pernyataan resmi. Jumlah korban itu akan terus bertambah karena proses evakuasi masih berlangsung. Selain kesulitan mencapai titik longsor karena terputusnya akses jalan, tim penyelamat juga tak bisa menggali dengan tangan kosong.
Sirajul Haq Khan, pejabat senior dari pemerintah Distrik Cox, meminta agar warga melaporkan saudara atau kerabat mereka yang hilang. Sebab, jika tak ada lagi laporan soal warga yang hilang, pemerintah akan menarik seluruh tim penyelamat dan sukarelawan dari lokasi bencana. “Kami akan mengakhiri evakuasi jika memang sudah tidak ada lagi yang dicari,” ujarnya.
Bersamaan itu, untuk mencegah bertambahnya korban jiwa, sukarelawan memperingatkan warga melalui pengeras suara soal bahaya banjir dan tanah longsor. “Kami mengimbau warga ahar tetap waspada dan, bila perlu, mengungsi ke tempat yang lebih aman,” kata Jaynul Bari, pejabat pemerintah Kota Bazaar. Kemarin, sukarelawan juga mulai mendistribusikan makanan dan minuman. (AP/AFP/hep/dwi)