Pengobatan Kanker Serviks Sedot Rp84,7 M Dana BPJS

Sabtu 30-07-2016,15:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA – Penanganan kanker serviks menjadi salah satu kasus yang menyedot cukup banyak pembiayaan BPJS Kesehatan. Pada semester I/2016, BPJS Kesehatan sudah mencairkan dana sebesar Rp84,7 miliar untuk pengobatan penyakit ini. Padahal, sejatinya semakin dini penyakit ini diketahui, tingkat kesembuhan semakin tinggi. Dirut BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan, dana tersebut dikeluarkan untuk tingkat pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan dan rawat inap. Di tingkat rawat jalan tingkat lanjutan, kasus kanker serviks mencapai 45.006 kasus dengan total biaya sekitar Rp33,4 miliar. Sementara, di tingkat rawat inap ada 9.381 kasus dengan total biaya sekitar Rp51,3 miliar. “Sebenarnya dibanding jenis kanker lain, kanker serviks sebetulnya paling mudah dicegah dan dideteksi. Caranya dengan melakukan deteksi dini dan pemberian vaksinasi,” tuturnya dalam acara pencanangan pemeriksaan IVA atau Papsmear kemarin (29/7). Dia menjelaskan, kanker penyebab kematian nomor satu pada perempuan ini memang tidak menimbulkan gejala dan sulit terdeteksi di stadium awal. Gejala baru terdeteksi ketika stadium lanjut, di mana proses pengobatan yang harus dilakukan menjadi lebih sulit dan biaya pengobatan pun menjadi lebih mahal. Oleh karenanya, perempuan sebaiknya melakukan skrining kesehatan melalui layanan kesehatan deteksi dini. Skrining bisa dilakukan di seluruh fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Makin dini kanker rahim terdeteksi, peluang bertahan hidup serta sembuh akan menjadi makin tinggi. “Deteksi dini kanker serviks ini masuk dalam skema pembiayaan program JKN-KIS. Sehingga peserta JKN-KIS yang ingin melakukan deteksi dini tidak perlu khawatir, karena tidak harus mengeluarkan uang,” ungkapnya. Sayangnya, lanjut dia, banyak tantangan dalam pelaksanaannya. Masyarakat cenderung enggan dan takut untuk pemeriksaan pemeriksaan IVA atau Papsmear ini. Dari data BPJS Kesehatan, hingga Juni 2016, baru 21.146 peserta yang melakukan deteksi dini dengan metode IVA. Sementara Papsmear berhasil menjangkau 37.256 peserta. Dalam kondisi ini, mantan Dirut PT ASKES ini meminta FKTP (fasilitas kesehatan tingkat pertama ) secara aktif mengajak peserta JKN-KIS untuk melakukan pemeriksaan dini. Untuk menjaring para peserta pun, BPJS kesehatan bersama dengan Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja yang dipimpin Ibu Negara Iriana Jokowi, Kementerian Kesehatan, dan BKKBN memcanangkan Gerakan Promotif Preventif dengan Pemeriksaan IVA dan Papsmear. Kegiatan dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia, tepatnya di 1.558 titik pelayanan pemeriksaan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Dalam acara tersebut, tercatat jumlah peserta yang berpartisipasi sekitar 27.000 untuk pemeriksaan IVA (deteksi kanker serviks) dan 10.275 untuk pemeriksaan Papsmear. Kegiatan ini juga tercatat dalam Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Penyelenggaraan Program Pemeriksaan IVA dan Papsmear terbanyak serentak di Indonesia. (mia/agm)      

Tags :
Kategori :

Terkait