Misteri Waduk Darma;  9 Desa Ditenggelamkan, Ada Rel di Dasar Waduk

Kamis 04-08-2016,02:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Siapa yang tak kenal Waduk Darma. Hamparan air ditambah keteduhan pepohonan menjadikan tempat ini sebagai lokasi favorit tujuan wisata masyarakat Kuningan dan Majalengka. Di masa libur Lebaran, puluhan ribu pengunjung berdatangan ke Waduk Darma. Ada yang hanya sekadar menikmati pemandangan alam, maupun yang berwisata naik perahu ke pulau yang ada di tengah waduk terbesar di wilayah III Cirebon tersebut. Laporan: Agus Panther, Darma, Kuningan NAMUN tidak banyak yang tahu jika dulunya area Waduk Darma merupakan perkampungan penduduk. Jauh di tahun 1800-an, waduk ini sudah terbentuk meski skalanya masih kecil. Barulah ketika zaman Jepang, pembangunan waduk rampung dilaksanakan. Hingga sekarang, waduk tersebut masih kokoh menyimpan jutaan kubik air. Saat itu, dampak dari pembangunan waduk, lahan di sembilan desa harus dibebaskan. Dari sembilan desa, ternyata hanya warga Desa Jagara saja yang harus direlokasi alias bedol desa. Sisanya, terkena pembebasan lahan pertanian, tegalan dan tanah angonan. Mantan Kades Jagara Umar Hidayat menuturkan, pembangunan waduk itu menenggelamkan lahan di sembilan desa. Tak heran jika saat air waduk surut di musim kemarau, suka timbul jalan aspal dan pondasi rumah penduduk yang ditenggelamkan dan juga lahan pertanian. “Jalan aspal dan pondasi rumah penduduk itu baru terlihat kalau air waduk benar-benar surut. Dulunya jalan aspal itu menghubungkan Desa Jagara dengan desa di sekitarnya. Memang tidak dibongkar jalannya, dan dibiarkan saja ketika bekas Desa Jagara itu ditenggelamkan,” katanya kepada Radar. Sembilan desa yang masuk area pembangunan Waduk Darma, kata Umar, yakni Desa Darma, Jagara, Kawahmanuk, Cikupa, Parung, Cipasung, Sakerta Barat, Sakerta Timur, dan Paninggaran. Berdasarkan cerita dari orang tuanya, penduduk Desa Jagara harus direlokasi ke tempat lain. Itu berbeda dengan delapan desa lainnya yang hanya lahan pertaniannya saja yang terkena pembangunan waduk. “Seluruh warga Jagara dipindahkan ke sisi waduk yang sekarang menjadi desa kami. Jumlahnya saat itu sekitar 800 kepala keluarga yang dipindahkan atau bedol desa. Bekas perkampungan Jagara masih bisa dilihat jika air waduk surut,” terang dia. Satu hal yang diingatnya, beber Umar, jika di dasar waduk ada rel kereta lori pengangkut tebu dari Ciledug menuju Ciamis. Namun sayangnya, dia dan warga lainnya tidak pernah menemukan sambungan rel baik yang ke arah Ciledug, Kabupaten Cirebon, maupun menuju Ciamis. “Memang bukan rel kereta penumpang yang ada di sini, melainkan lori pengangkut tebu. Dulu dari Ciledug ada rel lori menuju Ciamis. Nah, tebu dari Ciamis diangkut lori ke pabrik gula di Ciledug. Tapi sekarang tidak ada bekasnya. Yang masih tersisa ya di dasar waduk itu. Waktu itu perkebunan tebu sampai Ciamis,” ungkap Umar. Sebagai warga asli Jagara yang berdiam di pinggir waduk, Umar merasa bangga lantaran waduk ini menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Kabupaten Kuningan. Selain air dari waduk ini mampu mengairi area ribuan hektare persawahan, air waduk ini juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Kuningan. “Waduk ini juga dipakai masyarakat untuk menjadi petani ikan air tawar. Banyak manfaat yang diperoleh dari keberadaan waduk ini. Banyak masyarakat yang memanfaatkan waduk ini sebagai tempat rekreasi. Apalagi ada perahu yang disewakan oleh nelayan setempat,” sebut dia. Waduk Darma sendiri menawarkan pemandangan yang unik. Banyak wisatawan yang datang ke tempat ini. Seperti Rahma, salah seorang pengunjung. Dia datang ke tempat tersebut bukan di hari libur lantaran hanya ingin menikmati pemandangan alam. “Saya ke sini bareng beberapa teman. Sekalin mau ke Ciamis, mampir dulu. Yah itung-itung istirahat saja sambil menikmati deburan air Waduk Darma,” tukasnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait