Masih Ada 2 Pasien Difteri di Ruang Isolasi

Kamis 04-08-2016,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON- Dua pasien difteri yang dirawat di RSUD Gunung Jati belum diperbolehkan pulang. Direktur RSUD Gunung Jati drg H Heru Purwanto MARS mengatakan, meskipun obat Anti Difteria Serum (ADS) belum ada, penanganan dengan memberikan alternatif obat lainnya seperti erytromisin. “Pasien masih dirawat di ruang isolasi. Semua yang masuk harus steril,” ucap Heru kepada Radar, Kamis (4/8). Heru menjelaskan, awalnya ada empat pasien yang terkena difteri. Dua di antaranya sudah pulang dan dinyatakan sembuh. Sedangkan dua lainnya masih dirawat. Penyakit difteri dapat diantisipasi dengan imunisasi. Penularan dari kontak langsung melalui udara, ludah, dan dahak. Dia menjelaskan, faktor risiko penularan dipertinggi dengan pemukiman yang padat dan lingkungan tidak bersih. Ditambah asupan nutrisi kurang baik. Penyakit difteri banyak menyerang anak-anak karena daya imunitas tidak sebaik orang dewasa. Gejala difteri ada tiga tahapan. Ringan, sedang dan berat. Gejala penyakit difteri dalam tahap ringan meliputi demam biasa, batuk pilek, lemas, kurang aktif, dan seperti ada selaput dikulit. Untuk gejala penyakit difteri kategori sedang terlihat dari rasa nyeri menelan makanan atau minuman, ada keputihan di tenggorokan, namun masih bernafas dengan baik. Sedangkan gejala terkena penyakit difteri kategori berat diindikasikan dengan leher membesar, getah bening terinfeksi sampai sesak nafas. Kasus difteri kali ini merupakan yang pertama karena kasus difteri cukup langka. Langkah pengobatan yang dilakukan terhadap pasien difteri, lanjutnya, dilakukan dengan membersihkan toksin, eradikasi kuman dengan melakukan penyuntikan obat ADS selama dua minggu. Hal ini bertujuan agar bakteri penyebab penyakit difteri menjadi mati. Tidak hanya itu, saat pasien pulang ke rumah, lingkungan dan semua kontak langsung diberikan pencegahan walaupun tidak ada gejala penyakit. Jika sudah ada gejala, harus langsung diperiksa agar ada tindakan sejak awal. Imunisasi menjadi langkah pencegahan yang paling efektif. Sementara Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Cirebon, Trimulyaningsih SKM MKM mengatakan sampai hari ini belum ada informasi tentang ada tidaknya obat ADS di Dinkes Provinsi Jawa Barat. Namun, nampaknya obat tersebut belum ada. Karena Dinkes Kota Cirebon belum mendapatkan ADS. Untuk memastikan tidak ada penularan difteri terhadap kontak erat pasien yang sudah dinyatakan sembuh sekalipun, Dinkes Jawa Barat bersama Balai Kesehatan Lingkungan akan berkunjung ke Kota Cirebon pada Jumat besok (5/8). “Akan ada pemeriksaan apus tenggorokan untuk kontak erat pasien difteri. Ini sebagai langkah antisipasi dan pencegahan secara langsung,” ujarnya, kemarin. Trimulyaningsih berharap, penyakit difteri tidak menyebar luas. Pasalnya, penyakit ini mudah menular. Hanya melalui udara saja, saat daya tahan tubuh lemah dapat tertular. Dalam perjalanannya beberapa tahun terakhir, pasien difteri di Kota Cirebon tidak mencapai puluhan. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, tetap saja Dinkes Kota Cirebon berharap jangan sampai ada lagi pasien difteri. Karena itu, penyuluhan kepada masyarakat terus dilakukan secara berkesinambungan. Tidak hanya Dinkes Kota Cirebon, jajaran puskesmas di seluruh kelurahan memainkan perannya sebagai agen perubahan kesehatan masyarakat. (ysf)

Tags :
Kategori :

Terkait