Bagi sebagian orang, Angklung Bungko seperti alat musik khas sunda. Padahal ini berbeda. Angklung Bungko merupakan kesenian tarian tradisional yang melegenda, yang menceritakan peperangan zaman dulu. Laporan: JAMAL SUTEJA, Kapetakan SEKILAS, kostum yang digunakan mirip dengan tarian sintren. Yakni penarinya yang menggunakan kacamata hitam. Namun tarian Angklung Bungko ini, memiliki keunikan tersendiri. Tarian Angklung Bungko hanya dimainkan oleh laki-laki dan tidak memiliki unsur magis. \"Gerakannya seperti dalam gerakan silat. Karena tarian ini memang sejarahnya menceritakan peperangan zaman dulu,\" ucap Caswan (37), salah seorang penari dan juga pelestari Tari Angklung Bungko. Ada beberapa gerakan dalam tarian Angklung Bungko. Seperti tarian panji, bataleye, belara, sengkle, ayam alas, bebek ngoyor, jorog dan pelembangan. Gerakan tarian itu memiliki kekhasannya sendiri dan membutuhkan kekuatan fisik. Maka dari itu, yang memainkan angklung Bungko hanya kaum lelaki. Konon, kata Caswan, dulu tarian ini dilakukan oleh para penari di atas tanaman padi saat perayaan mapag sri. Kini, para maestro Angklung Bungko memang sudah banyak yang meninggal. Hanya ada dua grup tari di Desa Bungko, Kecamatan Kapetakan yang saat ini melestarikan tarian khas tersebut. Menurut Caswan, dinamakan Angklung Bungko, lantaran tarian ini diciptakan oleh para ksatria. \"Konon dulu ada ksatria unjuk kekuatan. Pas ditunjukan kesaktian tarian Angklung Bungko mereka akhirnya mengakui dan meminta maaf,\" ujarnya. Keunikan lainnya, para penari juga saat memainkan tarian Angklung Bungko, memakai selendang dan keris, juga bedak kuning dari bahan baku kunir dan garam. Bedak kuning itu ditaburi ke sekujur tubuh. \"Saat ini sudah mulai dipelajari oleh anak-anak SD dan SMP,\" ucapnya. Dengan demikian, dia berharap keberlangsungan Angklung Bungko bisa lestari. Dalam melestarikan tarian ini, pihaknya juga menampilkannya dalam acara-acara adat masyarakat seperti mapag sri, lungguhan ataupun sedekah laut. Tarian Angklung Bungko sendiri dilakukan oleh sekitar enam orang penari. Setiap tarian memiliki arti dan filsafat masing-masing. Caswan mengatakan, Tarian Bungko juga sudah dipentaskan di beberapa daerah, mulai Bandung, Pangandaran hingga ke Jakarta di Taman Mini Indonesia Indah. \"Perhatian pemerintah sudah cukup. Tapi ini memang perlu gerakan pelestarian bersama, supaya tarian ini bisa terus dipelajari oleh generasi muda,\" katanya. (*)
Angklung Bungko; Dimainkan Pria, Butuh Fisik Maksimal
Kamis 04-08-2016,17:00 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :