Pertahankan Ekspor, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Membaik

Kamis 11-08-2016,05:05 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi kuartal ketiga tumbuh ke level 5,2 persen. Menyentuh angka 0,02 persen dari koleksi pertumbuhan kuartal kedua di kisaran 5,18 persen. Karena itu, performa ekspor harus dipertahankan supaya pertumbuhan ekonomi sesuai skenario. Selanjutnya, tingkat konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga, dan investasi harus lebih ditingkatkan. Sektor-sektor itu, penting digenjot dan dikembangkan untuk mengejar pertumbuhan. Maklum, secara struktural, BI menilai ekonomi Indonesia belum kuat. ”Kalau prediksi tidak meleset, pertumbuhan kuartal tiga akan lebih baik,” tutur Gubernur BI Agus Martowardojo seperti yang dilansir Jawa Pos (radarcirebon.com group). Kendati secara struktural ekonomi Indonesia belum kuat, tetapi dibanding pertumbuhan ekonomi global, Indonesia masih lebih stabil. Berkaca dari kondisi itu, salah satu otoritas moneter itu meyakini, pertumbuhan ekonomi secara tahunan bisa menyentuh level 5,1 persen. ”Kemudian laju inflasi terjaga di kisaran 4 persen, defisit transaksi berjalan turun, dan neraca perdagangan surplus. Kondisi-kondisi itu membuat fundamental membaik,” yakin Agus. Agus menggaransi pelaksanaan program tax amnesty (pengampunan pajak) mendongkrak penerimaan negara. Tidak peduli, meski pemerintah telah memangkas anggaran negara Rp 133,8 triliun. BI memandang langkah itu jauh lebih efektif menutup defisit anggaran dibanding menerbitkan surat utang negara (SUN). ”Likuiditas perbankan Indonesia tetap terjaga,” ucap mantan menteri keuangan (Menkeu) itu. Eks Direktur Utama (Dirut) Bank Mandiri (BMRI) itu menepis anggapan sejumlah pengamat soal rencana pemerintah memotong lagi alokasi belanja kementerian/lembaga (K/L) bisa mengganggu proyeksi pertumbuhan ekonomi. Dia menilai, sepanjang pemerintah tidak memotong anggaran struktural macam anggaran pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi masih bisa dikejar. Di samping itu, BI mencatat perbankan Indonesia masih cukup kuat dengan dukungan kecukupan modal 22 persen. Padahal, kredit bermasalah (non performing loan/NPL) masih mengalami peningkatan. Di mana, saat ini tingkat NPL berada di level 3,1 persen. ”Kami terus pantau kinerja korporasi supaya likuiditas perbankan terjaga,” tukasnya. (far)

Tags :
Kategori :

Terkait