(1) Suasana Padepokan Kanjeng Dimas; Ada Panggung Hiburan Saat Jenuh Menunggu Pencairan

Selasa 04-10-2016,18:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Meski tokoh sentralnya ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan dan penipuan, masih banyak pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang bertahan di tenda-tenda. Kebanyakan menunggu pencairan uang yang dijanjikan guru spiritual mereka itu.   MIRIP bumi perkemahan di Cibubur. Kesan itulah yang muncul begitu memasuki kompleks Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo, Jawa Timur. Terdapat sedikitnya 74 pondok beratap tenda-tenda terpal di lahan 4 ribu meter persegi yang dihuni ribuan pengikut padepokan itu. Ada yang dibangun dengan arsitektur tradisi Bali dan ada yang dimodel seperti pondok bambu. Di padepokan itu, ada dua lapangan yang menjadi lokasi tenda-tenda tersebut. Yang satu masih di-police line, dekat dengan rumah Dimas Kanjeng. Seluruh aktivitas para pengikut padepokan pun dipusatkan di deretan tenda di lapangan kedua. Di tempat itulah sekitar 3 ribu orang “mondok” sementara sambil menunggu pencairan uangnya yang digandakan di padepokan. Sebagai pemondokan sementara, tempat itu juga dilengkapi fasilitas umum yang bisa dipakai untuk keperluan sehari-hari penghuninya. Ada kamar mandi dan WC, masjid besar, serta toko koperasi yang menjual aneka kebutuhan hidup. Ada pula warung makan/kopi yang tersebar di sudut-sudut kompleks. Menariknya, padepokan juga menyediakan tempat fitness dan panggung hiburan. Mungkin itu dimaksudkan untuk membunuh waktu selama menunggu pencairan uang yang dijanjikan. Maklum, para pengikut yang berdatangan dari berbagai daerah tidak hanya sehari dua hari tinggal di padepokan, melainkan bulanan. Bahkan, ada yang tahunan. Bergantung kesabaran dan kesetiaan mereka terhadap “ajaran” yang diberikan guru mereka, Dimas Kanjeng. Namun, sejak penangkapan Dimas Kanjeng pada Kamis (22/9) yang penuh drama, suasana di padepokan berangsur surut dari keramaian. Bahkan, seminggu setelahnya, suasana di tenda-tenda mulai sepi. ”Maklum, setelah ada kejadian itu (penangkapan Dimas Kanjeng, red), banyak yang memutuskan untuk pulang,” ucap Sekretaris Urusan Program Padepokan Dimas Kanjeng Hermanto kepada Jawa Pos (Radar Cirebon Group). Pada hari-hari sebelum penangkapan Dimas Kanjeng, kata dia, biasanya terdapat sekitar 6 ribu orang yang tumplek blek di tenda-tenda di dua lapangan itu setiap malam. Namun, kini tinggal sekitar 400 orang yang bertahan. “Tempat parkir di sini biasanya tidak bisa nampung kendaraan lagi. Motor atau mobil harus parkir di luar,’’ papar Hermanto yang malam itu menemani Jawa Pos blusukan ke dalam kampung buatan tersebut. “Tapi, saya yakin mereka nanti datang lagi. Lihat situasi,” kata Hermanto. Tenda-tenda tempat para pengikut Dimas Kanjeng itu sebenarnya merupakan bangunan yang menjadi kunci kekuatan padepokan. Sebab, meski bertumpu pada kemampuan linuwih yang diklaim dimiliki Dimas Kanjeng, kekuatan padepokan tersebut sesungguhnya ada pada para pengikut setianya.(kardono/bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait