BEBERAPA hari ini kita dikejutkan dengan berita duka atas meninggalnya beberapa warga di wilayah Kecamatan Pantai Kabupaten Cirebon dan sebagian lagi banyak yang mengalami keracunan akibat mengkonsumsi kerang hijau. Atas dasar itulah kami selaku Akademisi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon tergerak untuk menulis wacana dengan judul tersebut diatas.
Kerang Hijau (Perna Viridis) adalah salah satu hewan laut yang sudah lama dikenal sebagai sumber protein hewani. Kerang hijau hidup di perairan pantai dan memiliki sifat menempel pada benda-benda yang ada di sekelilingnya. Habitat kerang hijau pada Salinitas 27 – 35 psu, suhu yang berkisar 27 – 32 oC, kecerahan air 3,5 – 4 meter, arus yang tidak begitu kuat dan umumnya hidup pada kedalaman 1 – 7 meter.
Mempunyai cangkang yang pipih, keduanya simetris, namun satu cangkang agak cembung dari yang lainnya. Bentuk kedua cangkang kerang hijau sama sebangun, panjangnya lebih dari dua kali lebarnya dan dibagian bawahnya ada suatu serabut untuk melekatkan dirinya pada benda-benda keras, organ ini disebut byssus. Habitat kerang hijau banyak terdapat di perairan dekat muara, biasanya hidup menempel dengan byssusnya pada substrat, seperti tiang-tiang bagan, jermal atau sero maupun di tiang-tiang dermaga pelabuhan. Saat ini kerang hijau banyak dibudidayakan masyarakat sekitar pantai Perairan Cirebon (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon dan Indramayu), karena mempunyai nilai ekonomis.
Sistem budidaya yang digunakan adalah dengan metode tiang pancang dari bahan bambu dan tali rami. Kerang hijau bersifat filter feeder dan mengambil pakan berupa fitoplankton dan partikel organik. Kandungan gizi dari daging kerang hijau 40,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu. Kerang hijau adalah salah satu menu seafood favorit masyarakat. Selain kandungan gizinya yang cukup tinggi, harganya pun murah meriah dibandingkan ikan atau kepiting misalkan.
Kerang hijau enak diolah menjadi kerang rebus dengan sambal kacang untuk cocolan, kerang saus padang yang pedas, atau kerang saus tiram.Tak hanya restoran seafood besar, kedai seafood pinggir jalan pun menyajikannya. Yang jelas kerang hijau adalah makanan rakyat yang lezat dan bergizi. Kerang adalah makanan kaya manfaat untuk dijadikan salah satu menu dalam diet Anda, karena kerang cukup rendah kalori dan kaya protein.
Namun, konsumsi terlalu banyak kerang dapat menyebabkan efek merugikan, karena beberapa nutrisi yang terdapat pada kerang dapat membahayakan kesehatan bila dikonsumsi dalam jumlah besar. Konsumsi kerang berlebihan dapat menyebabkan overdosis karena beberapa zat yang terkandung dapat membahayakan kesehatan tubuh, yaitu;
- Selenium , Meskipun Anda membutuhkan selenium untuk menjaga agar sistem daya tahan tubuh dan kelenjar tiroid (kelenjar gondok) Anda tetap berfungsi dengan baik. Namun, asupan normal perhari dari selenium yang disarankan adalah 55 mg. Overdosis zat ini (lebih dari jumlah maksimal, yaitu, 400 mg) akan menyebabkan sakit lambung, kelelahan, kerusakan sistem syaraf mudah tersinggung/perubahan mood, sirosis hati bahkan kematian.
- Vitamin B12 ‚ ini adalah vitamin esensial yang bermanfaat untuk pembentukan asam amino dan enzim yang terlibat dalam produksi hemoglobin, yang membawa oksigen dalam darah mengalir ke seluruh tubuh Anda. Asupan vitamin B12 berlebihan dapat menyebabkan timbulnya ruam kulit, gatal-gatal, diare, serangan panik, sulit tidur/insomnia, berdebar-debar/palpitasi dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan fungsi tiroid/hipertiroid.
3. Zat besi, asupan zat besi yang disarankan per hari adalah 8 mg untuk pria dan 18 mg untuk wanita. Dalam 3 ons sajian kerang terdapat 24 mg zat besi. Zat besi memang baik untuk membentuk energi sel dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh, namun overdosis kandungan zat ini dapat meningkatkan risiko kerusakan hati, BAB berdarah, diare, sakit lambung, syok, dan timbulnya cairan dalam paru-paru.
Kerang termasuk organisme laut yang tahan banting. Kerang merupakan golongan mollusca, yaitu hewan lunak yang diapit cangkang keras dan tidak memiliki organ hati untuk menghancurkan benda asing, termasuk racun yang masuk ke dalam tubuhnya. Akibatnya, semua benda asing ditampung di dalam dagingnya.
Dalam hal ini kerang hijau menjadi kerang yang paling tahan terhadap polutan asing tersebut. Tidak seperti kerang jenis lain yang nomaden, kerang ini mampu bertahan hidup menetap dan bersifat sebagai filter feeder (penyaring) layaknya sebuah vacuum cleaner. Kerang ini menyerap tak hanya makanannya (plankton), tapi juga apa saja yang ada di sekitarnya, termasuk logam berat yang berbahaya.
Tak heran, bila akhirnya tercetus larangan untuk mengonsumsi kerang ini. Kerang di perairan Indonesia juga sering kali tercemar oleh logam berat seperti merkuri. Logam berat ini tak boleh dikonsumsi ibu hamil, karena dapat menyebabkan cacat janin atau penyakit autis pada calon bayi. Sayangnya, untuk mengetahui bahwa kerang itu telah tercemar atau belum itu sulit, karena tidak terdapatnya ciri khusus yang dapat membedakannya. Meski begitu, kita dapat menghindari konsumsi kerang yang telah tercemar merkuri, yaitu dengan tidak membeli kerang yang berasal dari perairan yang mengandung banyak limbah industri (baik limbah cair maupun limbah yang berasal dari asap pabrik).
Menurut penelitian, kerang hijau lebih dikenal sebagai kerang yang bersifat vacuum cleane’ karena kerang jenis ini menjaring logam-logam berat seperti, Pb (timbal), kadmium (Cd) maupun tembaga (Cu). Sementara, kerang darah lebih parah lagi. Karena hidup di dalam lumpur, kerang darah bahkan dapat memakan sedimen.
Bila Anda sering mengonsumsi kerang-kerang yang telah terkontaminasi ini, berangsur-angsur logam-logam berat tersebut akan masuk ke dalam tubuh dan tidak dapat dicerna atau bahkan dikeluarkan, dengan kata lain akan terpendam di dalam tubuh. Logam-logam ini akan menjadi racun di dalam tubuh dan nantinya dapat meningkatkan risiko penyakit mematikan seperti kanker.
Saxitoxin menyebabkan keracunan kerang paralitik dan dihasilkan oleh dinoflagellate. Racun di dalam alga ini terkumpul di dalam badan dari pemangsanya seperti remis, kerang tiram dan scallop. Kerang tercemar saxitoxin ditemukan diseluruh dunia, namun paling sering ditemukan pada air hangat.
Menurut Dr Yang Zhen-Chang; Ada jenis lain dari keracunan racun laut, keracunan kerang paralitik, yang tidak biasa namun terjadi di banyak negara. Kita tahu dari namanya bahwa racun ini berasal dari memakan kerang, seperti coelomactra antiquate. Racun dari kerang kira-kira sama dengan tetrodotoxin. Setelah memakannya, akan meracuni sistem syaraf kita. Kejadian ini apabila dibiarkan berlanjut maka akan menyebabkan mati rasa di mulut, lidah dan badan.
Dalam kasus keracunan paling serius, kelumpuhan otot dan kegagalan pernafasan mungkin terjadi yang diikuti dengan kematian dalam dua sampai duapuluh lima jam.
Pada kasus yang terjadi di Kabupaten Cirebon, untuk mengetahuinya adalah dengan mengambil sampel kerang hijau tersebut kemudian diuji laboratorium untuk mengetahui kandungan toksin yang ada, dan jangan lupa dalam pengambilan sampel gunakan metode ketelusuran (Traceability) seperti di perairan mana kerang hijau itu di budiayakan, dipanen oleh siapa, ditampung dimana, diolah atau tidak sampai dengan dikonsumsi.
Jadi apabila Anda telanjur jatuh cinta pada kerang ini, tidak usah bingung dan langsung meninggalkan kelezatannya. Kita tetap dapat mengonsumsi kerang hijau, asalkan kita yakin tahu bahwa kerang tersebut dibudidayakan bukan pada daerah tercemar, penampakan fisik masih segar dan aroma khas aslinya, diolah dengan baik tanpa adanya pengawet yang dilarang (formalin, boraks, rhodamin-B).
Terpenting lagi adalah adanya pemantauan dan pembinaan yang berkelanjutan dari instansi terkait baik mengenai perairan mana yang sesuai untuk budidaya sampai dengan pasca panen dan pemasarannya. (*)
Penulis:
DR Dedi Supriadi APi MM
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNTAG 1945 Cirebon