Kasih dan Pengorbanan Seorang Ibu (Renungan di Peringatan Hari Ibu)

Kamis 22-12-2016,15:41 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Kasih Ibu, kepada beta Tak terhingga sepanjang masa Hanya memberi tak harap kembali Bagai Sang Surya menyinari dunia… ITULAH salah satu nyanyian yang biasa kita nyanyikan dengan hati penuh haru, untuk menggambarkan betapa besarnya kasih Ibu kepada kita. Ibu mengasihi kita seperti matahari yang terus memancarkan sinarnya tanpa mengenal lelah,  tanpa mengharapkan balasan. Kita semua mempunyai utang budi yang tak terhitung harganya dan kita tak pernah dapat membalasnya. Ibu tak pernah menghitung berapa banyak yang telah diberikan kepada  kita;  harta, waktu, perhatian, pengorbanan, tenaga, bahkan bila perlu nyawa. Segalanya diberikan dengan ikhlas, yang penting semua putra-putrinya sehat, selamat dan bahagia. Bila segala yang kita miliki kita serahkan pun, belum memadai dengan pengorbanan ibu. Sebetulnya banyak hal yang  kita lakukan untuk menyatakan betapa luhurnya seorang ibu itu di hati kita,  misalnya ungkapan-ungkapan sebagai berikut; Surga di telapak  kaki ibu semua orang tahu makna dan meyakininya. Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah, kasih ibu tanpa batas sedang kasih anak kepada ibunya sangat terbatas. Seorang ibu dapat merawat sepuluh anaknya, tetapi sepuluh anaknya belum tentu bisa merawat seorang Ibunya. Kita menyebut pusat pemerintahan adalah ibu kota, bukan bapak kota. Jari kita ada lima dan yang paling besar kita sebut ibu jari. Orang-orang besar, orang-orang yang sukses, di sepanjang zaman  pasti orang-orang yang sangat menghormati ibunya. Di balik sukses seorang suami, pasti ada isteri, ibu yang hebat. Ungkapan-ungkapan tersebut untuk menyatakan betapa pentingnya peranan seorang Ibu bagi kita semua. Sekarang marilah kita merenungkan kasih dan pengorbanan Ibu kepada kita semua. Begitu dokter menyatakan bahwa ibu kita mengandung, ibu sangat bersukacita, sekaligus berarti pengorbanan dan  penderitaan mengiringinya. Sembilan bulan kita tinggal di rahim ibu sejak dari satu sel sampai berwujud seorang bayi yang siap dilahirkan. Di dalam rahim Ibu, kita merasa sangat nyaman, nikmat, damai. Segala kebutuhan kita tercukupi. Selama dalam rahim ibu itu, ibu selalu menjaga kita baik secara jasmani maupun rohani. Secara jasmani, zibu makan makanan bergizi agar bayi yang dalam rahimnya sehat, tercukupi kebutuhannya. Secara rohani Ibu akan selalu menjaga perasaannya agar bayi yang dikandungnya selalu riang, suka cita dan tenang, lewat doa dan perhatiannya. Mau makan, mau tidur, mau bekerja dan segala macam kegiatan, ia bilang kepada janinnya; “Ibu mau makan nak. Ibu mau tidur nak. Papa mau berangkat kerja nak, doakan ya. Terima kasih nak, karena doamu, papa selalu berhasil,“ dan seterusnya. Bila janin yang didalam rahimnya  menendang-nendang sebagai jawabannya, ibu sangat bahagia. Sebaliknya bila janin yang di rahimnya diam saja sampai beberapa lama, ibu gelisah. “Kenapa nak kok diam saja, jangan sakit ya nak, apakah ibu salah? Salah makan, salah ucap? Atau ibu kurang memperhatikanmu. Maafkan ibu nak. Ayolah bermain, menendang-nendang lagi. Dan untuk memastikan janinnya sehat atau tidak, ia cepat-cepat ke dokter memeriksakan kandungannya. Ibu akan bernafas lega dan wajahnya bersinar lagi, ketika dokter mengatakan bahwa kandungannya sehat-sehat saja.“ Saat melahirkan adalah saat yang paling kritis, bisa jadi nyawa taruhannya. Dan bila keadaan sangat darurat, ibu harus memilih salah satu saja yang selamat. Ibu akan memilih bayinya yang harus selamat. Ibu akan rela mengorbankan dirinya asal bayinya selamat. Ibu akan sangat bahagia, lupa akan sakitnya,  saat mendengar tangisan anaknya yang baru lahir dan dinyatakan sehat. Ibu merawat kita, mendidik kita, mengasuh kita sampai kita dewasa. Ibu sangat bahagia bila kita berhasil. Bila gagal, ibu sedih tetapi terus membesarkan hati kita agar kita bangkit kembali menggapai cita-cita. Pada saat kita ujian atau menghadapi hal-hal berat, ibu akan  berpuasa dan setiap malam saat kami sudah tidur semua, di malam yang sepi, ibu dan bapak berlutut, tahajud demi anak-anaknya. Pernahkan kita membayangkan perasaan seorang ibu yang bayinya lahir cacat, yang hanya bisa tergolek di tempat tidurnya, yang seratus persen tergantung pada dirinya. Setiap kali menatap wajah anaknya, hatinya tersayat-sayat, ia menangis batin. Banyak orang tua yang protes kepada Tuhan namun banyak pula yang menerimanya sebagai anugerah Tuhan yang tak ternilai. “Terima kasih Tuhan Engkau telah mempercayai kami untuk merawat anak ini. Ia membutuhkan kami dan kami membutuhkan dia. Dia telah Kau utus menjadi penyelamat kami, sumber kebahagiaan kami. Dia menjadi matahari bagi keluarga kami.“ Saat anaknya sakit, semalam-malaman ibu tak tidur menunggui anaknya dan dalam batin ia akan berdoa “Kalau boleh, biarkan saya yang sakit, asalkan anakku sehat,“ serunya. (Lewat tulisan ini saya mengajak Anda semua untuk berdoa semoga semua bayi yang lahir, sehat dan sempurna ). Ibu menjadi Ibu kita,  tidak hanya sampai kita dewasa, mandiri, tetapi sampai Ibu dipanggil Tuhan bahkan kita percaya bila ibu sudah di surga akan mendoakan kita yang masih berjuang di dunia ini agar sehat, bahagia dan sejahtera. Ibu  adalah pembentuk pribadi kita. Kita menjadi sabar, rajin, jujur, tekun, ulet, takwa  dan seterusnya sangat dipengaruhi oleh teladan ibu kita. Ibu mengajar kita bukan semata-mata lewat kata-kata,  tetapi lewat teladan hidupnya. Dalam keluarga miskin, ibu akan bekerja keras, dan bila ada kekurangan makan, ibu akan mengalah demi anak-anaknya. Ketika anaknya menawarinya untuk makan, ibu dari keluarga miskin akan menjawab; “Silakan makan nak, ibu sudah makan tadi,“ jawabnya. Kebohongan yang suci. Ibu itu halus tetapi berhati baja dan dalam situasi kritis seorang Ibu akan lebih hebat dari seorang ayah. Seorang Ibu yang suaminya dipanggil Tuhan, ia akan sanggup menjadi single parent puluhan tahun lamanya demi anak-anaknya. Ia akan bekerja keras, kaki untuk kepala, kepala untuk kaki. Anda tentu sudah berkali-kali melihat seorang Ibu yang menggendong anaknya, kemudian tangan kanan membawa bawaan yang berat dan tangan kirinya menggandeng tangan anaknya, berjalan di jalan berdebu, dalam matahari yang terik. Sungguh banyak ibu yang harus menaggung beban berat dalam hidupnya. Dan yang paling berat adalah bila anggota keluarganya, anaknya atau suaminya tidak benar jalan hidupnya. Seorang Ibu akan menjadi pendoa sepanjang hidupnya demi bertobatnya anak atau suaminya. Ada sebuah cerita, suami seorang ibu serong dengan wanita lain. Ibu itu tahu hatinya sangat hancur, tetapi ia  tidak marah. Ia terus mendoakan suaminya agar kembali ke jalan yang benar. Suaminya baru sadar dan kembali setelah suatu hari ibu itu berkata; “Saya dan anak-anak sedih sekali. Tetapi saya dan anak-anak akan menanti sampai Papa insyaf.“ Mendengar kata isterinya itu suaminya memeluknya, mencium kaki isterinya, mohon ampun dan sejak itu kembali di jalan yang benar. Kita meyakini doa seorang ibu itu amat dahsyat. Membicarakan Ibu kita rasanya tak pernah habis. Ibu kita memang luar biasa. Di hari Ibu ini marilah kita meluangkan waktu untuk sujud pada ibu kita, mengucap syukur, mohon ampun dan mohon restu agar kita menjadi manusia yang bermartabat dan bermanfaat. Ibu kita bahagia bila kita bahagia. Bila orang tua sudah dipanggil Tuhan, baiklah kita mendoakannya, semoga orang tua kita diampuni segala dosanya dan diterima di surga. Akhirnya saya ucapkan; “Selamat Merayakan Hari Ibu. Semoga segala yang kita lakukan membuat ibu kita, orang tua kita dan keluarga kita bahagia. Semoga Tuhan merestui niat-niat baik kita dan mengabulkannya.” Amin. (*) *Penulis adalah anggota FKUB Kota Cirebon  

Tags :
Kategori :

Terkait