Duh, 6 Desa di Cirebon Timur Rawan Pangan

Sabtu 15-04-2017,12:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON – Sejumlah desa di Wilayah Timur Cirebon (WTC), terutama Kecamatan Waled, masuk dalam zona rawan pangan. Hal tersebut disampaikan anggota DPRD Kabupaten Cirebon, H Zaenal Arifin Waud MSi, Jumat (14/4). Politisi PKB ini mengatakan, setelah melakukan rapat dengan Dinas Ketahanan Pangan, ada sejumlah desa di Kabupaten Cirebon masuk kategori rawan pangan. “Jumlahnya ada enam desa. Paling banyak atau mayoritas ada di Kecamatan Waled. Urutan pertama itu Desa Ciuyah dan Ambit,” ujarnya. Indikator yang digunakan dalam penentuan kondisi rawan pangan tersebut yakni akses pangan. Peneliti menggunakan metode tersebut, salah satunya adalah jumlah akses masyarakat terhadap pangan. Seperti keberadaan warung dan toko yang perbandingannya jauh dalam sisi jumlah dan ketersediaan. “Kalau dulu kan tolok ukurnya menggunakan indikator luas lahan. Tahun sebelumnya ada 20 desa. Untuk tahun 2016 ada 6 desa,” imbuhnya. Fakta-fakta tersebut kemudian langsung ditanggapi. Pihak legislatif kemudian mendorong eksekutif untuk melakukan upaya dan langkah-langkah segera untuk menekan angka tersebut. Sehingga ancaman rawan pangan bisa teratasi. \"Konsumsi kita itu kan per hari sekitar 3 ons beras. Jumlah penduduk Kabupaten Cirebon sekitar 2,5 juta jiwa. Luas lahan kita total sekitar 53 ribu hektare, di mana produksi satu hektarenya masih di angka 6 ton. Kita saat ini masih surplus,” tuturnya. Namun meski surplus, Pemerintah Kabupaten Cirebon harus berupaya meningkatkan hasil pertanian. Terutama membuat sarana pendukung untuk menunjang pertanian seperti saluran irigasi dan akses jalan pertanian. “Informasi yang saya terima, ada target dari pusat. Satu hektare itu harus 10 ton. Infrastruktur juga harus diperhatikan. Terlebih ketika Bendungan Jatigede nanti sudah normal. Saluran–saluran di Cirebon harus disiapkan untuk menunjang pertanian,” ungkapnya. Sementara itu, Kuwu Desa Ambit, Nurwandi mengatakan, dengan luas lahan pertanian sekitar 69 hektare, soal meningkatkan hasil pertanian menjadi tugas berat. Terlebih dengan teror banjir yang sering terjadi. “Lahan pertanian sebagian besar ada di bantaran Sungai Ciberes. Wilayah kita hampir sebulan sekali terendam banjir. Bahkan bisa lebih. Risiko gagal panen juga semakin besar,” tuturnya. Dia pun mengaku sudah mengetahui jika wilayahnya mendepat predikat desa rawan pangan. Dia pun meminta pemerintah untuk menggelar sejumlah program untuk mendorong masyarakat dan petani meningkatkan hasil pertaniannya, sehingga kehidupan masyarakat bisa lebih baik. “Akses jalan pertanian, normalisasi sungai, perbanyak toko dan warung, banyak PR yang harus kita kerjakan, mudah-mudahan segera ada jalan keluar,” tambahnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait