Proyek Gedung Setda Kritis, 8 Bulan Baru 1 Lantai

Rabu 21-06-2017,15:45 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Seretnya pembangunan gedung sekretariat daerah (setda) disesalkan banyak pihak. ”Istana” baru walikota itu, hampir pasti tidak bisa rampung sesuai target. Sudah tujuh bulan bekerja, satu lantai pun belum rampung. Peribahasa ibarat makan buah simalakama, menjadi gambaran kondisi Pemerintah Kota Cirebon. Sekarang situasinya serba sulit. Memutus kontrak berisiko proyek mangkrak, melanjutkan pembangunan oleh PT Rivomas Pentasurya, penyelesaian mungkin tidak akan sesuai target. Dalam kasus yang satu ini, pemkot seperti membuat susah diri sendiri. Andai keputusan cepat bisa diambil, situasi serba salah seperti sekarang mungkin tidak akan terjadi. Atau, ada sesuatu yang membuat para pihak terkait akhirnya seperti tunduk kepada kontraktor. Tiap lewat ke lokasi, Sekretaris Daerah, Drs Asep Dedi MSi mengakui selalu waswas. Tiap ingat pembangunan yang tak sesuai harapan, rasa khawatir langsung menyelimuti. Proyek senilai Rp86 miliar itu hampir sama dengan guyuran dana lokasi khusus (DAK) yang dikucurkan untuk infrastruktur di Kota Cirebon. Tapi, hasilnya tidak sesuai yang diinginkan. Apalagi kalau membandingkan pekerjaan sejenis yang prosesnya justru lebih cepat. Berulangkali pembangunan Transmart di Jl Cipto Mangunkusumo dijadikan sebagai pembanding. Pekerjaan yang dimulai sekitar Januari 2017 itu sudah menunjukkan bentuknya. Bahkan mulai melakukan pemasangan instalasi pendingin udara. Bagaimana dengan gedung setda? Pantauan terakhir, lantai satu pun belum selesai. Bahkan ada tiga zona penutup basement yang belum rampung dicor. Masalahnya, pekerjaan ini akan terhenti sampai cuti lebaran berakhir. Para pekerja di lokasi memerkirakan, lantai satu baru akan rampung Juli mendatang atau delapan bulan sejak pekerjaan dimulai. Lambatnya pembangunan Gedung Setda makin tergambar bila dibandingkan dengan megaproyek lain yang digarap sektor swasta. Sebagai contoh Cirebon Super Block (CSB) Mall yang dibangun di atas lahan 1,8 hektare memiliki luas bangunan total 6,2 hektare. Tapi, pekerjaan senilai Rp100 miliar itu bisa rampung dalam 19 bulan. Bahkan Oktober 2012 sudah beroperasi. (lihat infografis). Begitu juga Aston Hotel and Convention Center. Menghabiskan dana Rp100 miliar, pekerjaannya hanya berlangsung 12 bulan. Padahal, hotel dengan 11 lantai ini dikerjakan di lahan seluas 2,9 haktre yang dilengkapi fasilitas ballroom, tiga kolam renang dan pelengkap lainnya. Sementara Gedung Setda, yang dibangun di atas lahan 1.488 meter persegi dengan luas bangunan 11.904 meter persegi. Selain perkantoran, fasilitas pelengkap lainnya hanya aula berkapasitas 500 orang, musala berkapasitas 200 orang dan basement untuk parkir. Penanggungjawab lapangan PT Rivomas Pentasurya, Boy Utomo punya alasan beragam. Pertama ia menyoal time schedule yang terlalu cepat, sehingga memberi kesan kontraktor terlambat. Atas alasan ini, akhirnya, dilakukan revisi sampai tiga kali yakni, di periode Januari-Februari, Maret-April dan yang terakhir 20 Mei. Dalam revisi, kontraktor mengundur volume pekerjaan tahap pertama, tanpa mempengaruhi target penyeselesaian. Dalam time schedule terbaru itu, disebutkan bahwa pada 20 Mei progress pekerjaan memasuki 30 persen. Selanjutnya Juli sudah masuk lantai ke tujuh. Tapi, kenyataannya jauh berbeda. Sampai Juli ini diprediksi baru bisa merampungkan lantai satu. Boy berkilah, proyek bangunan lebih lama di awal dibandingkan pekerjaan membuat jalan dan sejenisnya Dengan pengalaman membangun gedung, dia melihat waktu yang ada masih cukup. Tapi sebetulnya ada alasan lain yang menjadi penyebab kurang totalnya kontraktor bekerja. Boy juga mengakui hal ini. Dia menyebut, pasokan keuangan dari kantor pusat membuat pekerja di lapangan kebingungan. Imbasnya, pembangunan mundur menjadi 6 Maret. Cek poin kedua juga baru dilakukan akhir Maret. Sayangnya, Boy tak lagi bersedia berbicara kepada media. Pengakuan adanya masalah keuangan cukup mengherankan, karena sebetulnya pemerintah kota sudah memberikan uang tanda jadi senilai Rp11 miliar. Kemudian pencairan termin berikutnya dilakukan saat pekerjaan masuk 30 persen. Pantauan di lapangan, pembangunan memang masih belum terlihat perkembangannya. Pekerjaan berkutat dalam tahap pengecoran di tiga zona untuk lantai satu. Penanggung jawab pembangunan PT Rivomas Pentasurya, Wantoro mengakui, proyek ada dalam status kritis. \"Kalau lantai satu selesai, itu hitungannya sekitar 30 persen. Tapi ini masih tahap pengecoran, kan ada tiga zona, belum rampung. Ini memang fatal,\" ujar Wantoro, kepada Radar, Selasa (20/6). Diakuinya, pembangunan gedung setda terkendala keuangan dari pusat. Padahal, para pekerja di lapangan siap 24 jam untuk menyelesaikan target gedung 8 lantai itu. \"Kita yang di lapangan dengan pekerja siap, asal material datang tepat waktu, dan keuangan lancar,\" ucapnya. Wantoro juga menjelaskan, bila sesuai rencana, setidaknya akhir bulan Juni sudah rampung untuk lantai satu. Selama bulan puasa pekerjaan sempat tertunda karena pasokan keuangan kembali bermasalah. Kemudian ada cuti lebaran. Diperkirakan pekerjaan baru dimulai kembali awal Juli. Sehingga target menuntaskan lantai satu baru bisa dilakukan di bulan ke delapan. Padahal, total waktu kontrak hanya 13 bulan. Dia juga mengakui, pekerjaan berjalan lambat karena untuk basement dan lantai satu saja sudah memakan waktu lebih dari setengah masa kontrak. \"Pekerja sih siap saja, bahkan tiga minggu satu lantai juga bisa. Kalau total delapan lantai ya maksimal delapan bulan, sisanya untuk finishing. Harusnya akhir tahun ini bisa serah terima kunci,\" katanya. (abdullah/mike dwi setiawati/yusuf suebudin)    

Tags :
Kategori :

Terkait