Aspirasi Warga Paniis Kuningan: Harus Tinjau Ulang MoU Air Bersih

Senin 26-06-2017,14:05 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

KUNINGAN - Meski terasa pahit, kebenaran tetap harus disuarakan. Pepatah lama ini yang membuat Raski Baskara, terus gigih menyuarakan perbaikan pembangunan di Desa Paniis, Kecamatan Pasawahan, Kuningan. Tujuannya hanya satu yakni hasil pembangunan di desanya bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat, termasuk juga pengelolaan sumber pendapatan asli desa (PADes) untuk kemajuan masyarakat dan desa itu sendiri. Apalagi Paniis mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat besar yakni air bersih. Dari desa ini juga, air bersih dialirkan ke kabupaten tetangga dan juga dinikmati perusahaan-perusahaan besar lainnya di wilayah Kabupaten dan Kota Cirebon. Raski mengaku iri dengan Pemdes Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana, yang bisa mandiri dalam pembangunan berkat pengelolaan sumber daya alamnya yaitu Cibulan. Setahu dirinya, dalam setahun, Cibulan yang dikelola oleh Bumdes mampu menghasilkan PADes lebih dari Rp1 miliar per tahunnya. “Desa Maniskidul mampu mandiri berkat pendapatan asli desa yang lebih dari 1 miliar. Tanpa ADD dan DD dari pemerintah pusat pun, Maniskidul bisa membangun. Itu yang membuat saya berpikir, Maniskidul bisa seperti itu, kenapa Paniis tidak bisa? Apakah ada yang salah dalam pengelolaan sumber daya alamnya, atau memang ada faktor lain,” paparnya kepada Radar. Dalam kacamatanya, Paniis dan Maniskidul memiliki potensi yang hampir sama yakni melimpahnya sumber air bersih. Menariknya, sumber mata air bersih dari Maniskidul juga dialirkan sampai Cirebon. Kondisi sama dengan yang dialami Paniis. Bedanya, Maniskidul mampu mengelola pemasukan untuk menambah pundi-pundi PADes nya, sedangkan Paniis belum seperti Maniskidul. “PDAM Kabupaten dan Kota Cirebon sangat tergantung dari Paniis untuk kebutuhan air bersihnya. Belum lagi sektor industri lainnya, yang sudah barang tentu membutuhkan air bersih. Sebenarnya ini potensi besar bagi PADes Paniis. Cuma saja sampai sekarang belum jelas dalam tatacara pengelolaannya,” katanya. Bukan hanya soal pengelolaan air bersih saja yang harus ditata ulang, Raski juga menyarankan pemdes setempat untuk lebih selektif dalam pengawasan pembangunan yang berlangsung di desanya. Bantuan program pembangunan baik dari kabupaten maupun provinsi begitu banyak bertebaran di Paniis. Seharusnya program pembangunan itu mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat agar terbebas dari jeratan rentenir. “Saya sendiri kurang tahu dimana salahnya. Yang pasti, saya ingin Paniis jauh lebih maju dengan segala potensi yang dimilikinya. SDM Desa Paniis juga sangat bagus, tinggal bagaiamana menyatukannya dalam sebuah persepsi yang solid untuk kemajuan pembangunan Paniis,” sebut dia. Raski melihat, masih ada program yang digulirkan pemerintah belum tuntas bahkan belum sepenuhnya berjalan. Termasuk program air bersih bagi masyarakat di desanya. Begitu juga dengan pembangunan irigasi yang membutuhkan pengawasan lebih dari pihak berkompeten. “Sepahit apapun kebenaran, harus disampaikan. Dan itu yang saya sampaikan. Saya tidak ingin Paniis tetap seperti sekarang. Harus jauh lebih maju lagi. Potensi SDA besar, tinggal bagaiamana mengelolanya dengan manajemen yang baik. Pemdes juga bisa meminta kepada Pemkab Kuningan untuk meninjau ulang MoU air bersih dengan kabupaten tetanga,” sarannya. Sebagai warga Paniis, Raski berharap agar apa yang disampaikannya melalui media massa bisa menjadi penyemangat bagi penyelenggara pemerintahan di desa untuk merestart ulang rencana pembangunan. Kemudian juga ada upaya lebih komprehensif lagi dalam merancang pembangunan yang tujuannya menyejahterakan masyarakat Paniis. “Mari duduk bersama untuk membahas bagaiamana proses pembangunan di Paniis bisa dijalankan. Saya juga sering memberikan masukan kepada penyelenggara pemerintahan di Paniis supaya hasil pembangunan awet dan berkualitas,” tukas Raski yang juga berprofesi sebagai rekanan tersebut . (ags)

Tags :
Kategori :

Terkait