BPPT Jabar Kembangkan 5 Varietas Padi Bibit Unggul di Desa Jatitengah

Kamis 06-07-2017,17:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

MAJALENGKA - Sebuah proyek di bidang pertanian sedang dilaksankan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jawa Barat. Yakni mengembangkan lima varietas padi bibit unggul dengan labolatorium lapangan di Desa Jatitengah Kecamatan Jatitujuh.  Proyek tersebut sekaligus sebagai bagian dari program 1.000 desa mandiri benih. Seperti dikatakan penanggungjawab program dari BPPT Jawa Barat, Yati Haryati, kelima varietas padi tersebut adalah Inpari 38, 39, 41, 42 dan Inpari 43. Sementara luas tanam 58 hektare, rinciannya 5 hektare digunakan untuk display lima varietas dengan luas masing-masing 1 hektare. Sedang sisanya untuk tanam percontohan bibit tersebut. “Penanamannya kerja sama dengan Kelompok Tani Gangsa 1 Desa Jatitengah. Para petani diajarkan menanam dan mengolah benih yang baik. Sehingga menghasilkan bibit unggul untuk kemudian ditanam dan menghasilkan panen yang melimpah,” jelas Yati kepada Radar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara ubinan, hasil panen yang diperoleh dari kelima varietas tersebut cukup menggembirakan. Apalagi tidak terkena serangan hama blas atau wereng seperti varietas Ciherang atau Mekongga, yang ditanam petani tidak jauh dari lokasi display Inpari tersebut. “Berdasarkan hasil ubinan yang kami lakukan sekarang untuk varietas Inpari 38 jumlah produksinya 6,92 ton gabah kering panen (GKP) per hektare, Inpari 39 mencapai 6,46 ton GKP, Inpari 41 sebanyak 6,15 ton GKP, serta Inpari 42 dan 43 masing masing 7,1 ton dan 8,57 ton GKP,” kata Yati. Sebelumnya bersama kelompok tani yang sama, tahun lalu telah mengembangkan varietas Inpari 32 yang mencapai 7,5 ton GKP per hektare. Dari pengembangan bibit tersebut, kini kelompok tani binaan BPPT telah menyuplai bibit untuk wilayah Kecamatan Jatitujuh, sebagian Kecamatan Kertajati, Ligung serta wilayah Indramayu. Penjualan bibitnya kerja sama dengan kios-kios pertanian, PT SHS, PT Pertani serta BUMD milik Pemerintah Kabupaten Majalengka. “Kami berharap semua petani di Majalengka sudah bisa beralih ke varietas baru, agar produksi yang diperoleh bisa lebih baik,” ungkap Yati. Sementara Ketua Kelompok Tani Gangsa 1 M Nasihin mengatakan, sekitar 90 persen petani di Desa Jatitengah telah menanam varietas Inpari, dan untuk Jatitujuh sekitar 75 persen. Varietas ini ditanam petani karena tahan hama blas serta hama kresek, juga produksi lebih tinggi dibanding varietas lain yang sudah lama ditanam para petani. “Benih Inpari ini bisa dikategorikan benih unggul, karena tahan hama terutama hasil panennya yang memuaskan. Benih selain dipakai sendiri juga bisa dijual ke petani lain,” ucapnya. Di tempat yang sama, Kepala BPPT Jawa Barat Liferdi mengatakan, pihaknya sengaja membuat display untuk 5 varietas padi agar bisa dipilih oleh masyarakat. Mana yang dianggap lebih baik dari semua varietas tersebut. Hasil survey yang dilakukan dari lima varietas tersebut, ternyata petani lebih banyak memilih Inpari 39 dan 43 yang produksinya lebih banyak dan kondisi bulir lebih bening. “Varietas ini tahan wereng karena varietas baru, sehingga wereng belum beradaptasi,” kata Liferdi. Varietas pilihan petani akan terus dikembangkan agar produksi pertanian akan lebih meningkat untuk menopang swasembada pangan. Varietas lama sudah tidak bisa dipertahankan lagi karena rentan terhadap semua jenis serangan hama. “Kendalanya petani sering sulit beralih ke varietas lain yang justru lebih bagus, pasalnya mereka kerap menyebut sudah biasa. Untuk hal ini butuh peran banyak pihak agar petani mengetahui keunggulan varietas baru,” ungkap Liferdi. Dia juga menjelaskan lima varietas padi tersebut untuk Jawa Barat baru dikembangkan di Majalengka, karena lahannya cocok, kelompok taninya lebih terbuka dan mau dengan sebuah inovasi. Sehingga mereka diminta untuk uji multilokasi. Ke depan akan dikembangkan juga di kabupaten dan kota lain di Jawa Barat. (gus)

Tags :
Kategori :

Terkait