Kurang Perhatian, Petani Gedong Gincu Sindir Pemkab Majalengka

Selasa 11-07-2017,15:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

MAJALENGKA - Mangga gedong gincu diklaim Pemkab Majalengka sebagai produk unggulan, namun tidak dibarengi perhatian serius kepada para petani. Hal tersebut disampaikan para petani mangga gedong gincu di Desa Sidamukti Kecamatan Majalengka. Selama ini pemkab dinilai kurang perhatian baik bimbingan pola tanam, produksi, pemasaran hingga mengatasi penyakit ulat di ranting yang sampai saat ini menjadi masalah terbesar para petani mangga gedong gincu. Salah seorang petani mangga gedong gincu, Tari (73) menyebutkan sampai saat ini dirinya bersama petani lain kesulitan menangani hama ulat tersebut. Dinas Pertanian dan Perikanan Majalengka tidak memiliki solusi yang efektif, karena hanya menyarankan memotong dahan atau ranting yang terserang ulat. Padahal jika dipotong produksi mangga jauh menurun, sementara penjual obat hama juga belum memiliki solusi. “Tahun ini tidak ada bantuan bibit maupun pupuk bagi petani gedong gincu. Padahal pemkab mau menjadikan gedong gincu sebagai ikon Majalengka. Tetapi anehnya petaninya kurang diperhatikan. Kami mengusulkan agar diadakan pertemuan antara pemerintah dengan petani minimal tiga bulan sekali, untuk mencari solusi ketika terdapat masalah,” ujarnya. Menurutnya, proses pemeliharaan hingga produksi tidak mudah. Mulai dari penanaman biji mangga atau bibit yang dibeli dari wilayah Rajagaluh. Satu pohon baru akan menghasilkan buah ketika sudah berusia tiga tahun. Itupun dilakukan secara otodidak tanpa arahan dari pihak terkait. Dia mengakui masih banyak kekurangan sehingga membutuhkan penyuluhan dari ahlinya. Tari juga menjelaskan cara untuk membedakan antara mangga gedong dengan mangga gedong gincu itu terlihat ketika mangga tersebut matang di pohon. Kalau mangga gedong gincu matang di pohon, sedangkan mangga gedong tidak. “Jika mangga gedong dipaksakan matang dengan obat rasanya berbeda dan akan cepat membusuk. Sedangkan mangga yang matang normal itu rasanya manis. Seperti mangga gedong gincu Indramayu dan Majalengka tentu memiliki perbedaan. Kalau mangga Indramayu ukurannya kecil tapi merah, sementara mangga gedong gincu dari Majalengka berukuran besar dan agak kuning di atasnya,” terangnya. Sementara supplier sekaligus bagian pemasaran mangga gedong gincu Sari Buah (SB) Desa Sidamukti, Aldi menambahkan, pihaknya menjual mangga hasil dari petani di wilayah Sidamukti ke Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, Bandung, Tasik, Ciamis, bahkan sampai ke Arab Saudi. Pemasaran mangga hingga keluar daerah merupakan hasil relasi dan kerja keras sejumlah pihak, tanpa upaya dukungan dari pemerintah yang tidak menyediakan ruang maupun target pasar yang harus dipenuhi. Setiap hari pihaknya bisa menjual mangga gedong gincu 20 hingga 30 ton. Bahkan stok saat ini bisa mencapai 40 ton. Untuk penjualan ke swalayan dan supermarket dihargai Rp40 ribu per kilogram. “Penjualannya ke minimarket dan toko swalayan besar. Kalau di daerah lain sih pemkab ikut membantu penanaman dan pemasaran, hingga bisa memaksimalkan potensi gedong gincu itu sendiri,” ungkapnya. (ono)

Tags :
Kategori :

Terkait