Stok Garam Langka, Pemerintah Berencana Buka Kran Impor

Kamis 27-07-2017,06:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Stok garam di Kabupaten Cirebon langka. Kelangkaan tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2016 lalu. Namun, kelangkaan itu membuat harga garam naik secara signifikan. Harga per kilogaram garam di angka Rp3 ribu hingga Rp4 ribu. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Cirebon, Dra Ita Rohpitasari mengatakan, kelangkaan garam terjadi di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI berencana membuka kran impor garam. Namun, hal itu masih dalam kajian. Bahkan, tim dari pusat pun turun ke Kabupaten Cirebon untuk melihat sejauh mana kelangkaan garam yang terjadi saat ini. \"Baru-baru ini tim dari KKP RI turun ke Cirebon. Kajian itu merupakan langkah menentukan kebijakan mengimpor garam,\" ujar Ita kepada Radar Cirebon saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (25/7). Mantan kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) itu menyampaikan, produksi garam oleh petani sendiri memang masih berlangsung. Namun, besarnya kebutuhan membuat produksi garam setelah panen langsung dipasarkan. “Yang namanya petani, ketika harga sedang naik, produksi garam langsung di lempar keluar, karena harganya selalu berubah. Kalau sedang jatuh, per kilogram bisa dihargai Rp300 hingga Rp500,” terangnya. Menurutnya, rencana kran impor memang belum pasti. Tapi kalau dibuka, kebutuhannya yang paling utama didominasi untuk industri, bukan konsumsi. Meski demikian, pihaknya akan berkonsultasi dengan KKP RI agar mengutamakan garam lokal ketika kran impor dibuka. “Untuk kebutuhan garam konsumsi di Kabupaten Cirebon sekarang masih mencukupi. Itu karena sekarang ini para petani mulai memanen garam. Dalam waktu dekat pun jika tak terkendala cuaca, akan mencukupi kebutuhan konsumsi,” tuturnya. Dia menambahkan, untuk dapat menghindari kelangkaan garam sehingga tak bergantung pada impor, maka ke depan, pola pikir dan kerja petani harus diubah. Salah satunya yakni agar siap beralih ke pengerjaan manual ke teknologi modern. \"Sehingga nanti, tak bergantung oleh musim. Petani garam bisa terus berproduksi seperti di Australia. Dan tentunya perlu dari pemerintah daerah untuk menganganggarkannya,\" kata Ita. Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan pada Dislakan, Drs Yanto menuturkan, lumbung garam di Kabupaten Cirebon hanya ada di enam kecamatan. Yakni Kapetakan, Suranenggala, Mundu, Pangenan Gebang dan Losari, dengan luas total 3.010 hektare. Dari enam kecamatan itu, ada 5.306 rumah tangga petambak (RTP) atau petani garam. Idealnya, dengan luas lahan 3.010 hektare itu, produksi garam dalam satu satu tahun mampu menghasilkan 80-100 ton. Adapun untuk produksi optimalnya dalam setiap tahun untuk satu hektare lahan garam, mampu menghasilkan 80-100 ton. \"Tahun 2016 lalu produksi garam hanya bulan Agustus-September saja, dengan total panen secara keseluruhan hanya 1.160 ton dari luas lahan. Artinya, produksi garam di kita tergolong gagal panen. Sebab, di bulan-bulan yang biasanya panen malah turun hujan. Makanya sekarang stok garam di gudang-gudang pun semuanya habis,\" bebernya. (sam)    

Tags :
Kategori :

Terkait