Begini Kondisi Sekolah di Kota Cirebon Akibat Kuota PPDB Jebol

Selasa 08-08-2017,15:35 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Dua pekan kegiatan belajar mengajar (KBM) berjalan, dampak jebolnya kuota PPDB belum tertanggulangi. Sekolah yang kelebihan siswa terpaksa memadatkan rombongan belajar (rombel). Bahkan siswa harus rela duduk bertiga satumeja. Kebalikannya, SMPN yang kekurangan siswa membuat guru harus nyambi di sekolah lain untuk mencukupi jam minimal mengajar. Pantauan Radar, dari standar jumlah siswa mengacu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) 17/2017, rombel yang seharusnya 32 orang menggelembung sampai 40 siswa. Seperti terlihat di sejumlah ruang kelas 7 SMPN 1 Kota Cirebon, Senin (7/8). Lebih parahnya, satu rombongan belajar siswa harus menggunakan ruang labolatorium karena tidak ada lagi ruang untuk menampung siswa belajar. \"Kita punya dua laboratorium IPA, satu dipakai untuk kelas 7. Satu lab lainnya masih dipakai sesuai fungsinya,\" ujar Wakasek Kurikulum SMPN 1 Kota Cirebon, Aman Hermawan kepada Radar Cirebon. Aman mengatakan, meski ada ruang kelas yang berisi lebih dari standar jumlah siswa, pihaknya masih berupaya memberikan suasana pembelajaran yang nyaman untuk siswa. Salah satunya memanfaatkan lingkungan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar. Hal ini, sesuai dengan Kurikulum 2013 yang tidak hanya terfokus pada pembelajaran di kelas. \"Seluruh siswa dapat memanfaatkan lingkungan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar, misalnya di taman atau di perpustakaan,\" katanya. Berbeda dengan SMPN 1 Kota Cirebon yang kelebihan siswa, SMPN 18 Kota Cirebon justru sebagian ruang kelasnya terlihat kosong karena kekurangan siswa. Meski sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mempromosikan sekolah pada warga di sekitar zona bahkan hingga menggratiskan biaya seragam, namun nyatanya hingga saat ini SMPN 18 Kota Cirebon masih kekurangan siswa. \"Kalau dibilang kecewa ya kecewa, padahal sudah ada sistem zonasi. Nanti tahun depan gimana kalau kejadiannya sama kayak tahun sekarang? Dampaknya bukan hanya untuk sekolah, tapi juga para pengajar di sini jadi kurang jam mengajar,\" ujar Kepala Perpustakaan SMPN 18 Kota Cirebon, Nugraha. Nugraha mengaku, kebijakan yang sudah diatur seharunya diikuti sesuai aturan. Sehingga sekolah-sekolah kurang favorit tidak akan kekurangan siswa. Namun, saat pelaksanaan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) berlangsung, justru terdapat beberapa sekolah yang membuka pendaftaran. Padahal kuota siswa di SMP tersebut sudah melebihi kuota. Sementara itu, salah satu guru SMPN 18 Kota Cirebon, Ratu Citrania terpaksa mengajar di dua sekolah karena kekurangan jam mengajar. Bila hanya mengajar di SMPN 18 Kota Cirebon saja, dalam seminggu ia hanya mengajar 15 jam. Padahal, sesuai aturan Kemendikbud kewajiban mengajar 24 jam. \"Jadi saya ngajar di dua sekolah, SMPN 18 dan SMPN 6,\" ujar wanita yang kerap disapa Citra itu. Citra mengaku, jadwal mengajar di SMPN 18 pada Senin, Selasa, Jumat dan Sabtu. Sisanya, ia mengajar di SMPN 6. \"Rabu dan Kamis di SMPN 6,\" tutur guru Bahasa Inggris itu. Mengajar di dua sekolah berbeda tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Citra. Ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda. \"Beda karakter, harus adaptasi lagi dengan anak-anak. Tapi ya dinikmati aja,\" ungkapnya. (mik)

Tags :
Kategori :

Terkait