SUMEDANG– Di Jawa Barat, jumlah penderita penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter pada tahun 2013, sebanyak 160 ribu orang atau 0,5 persen, dan ini merupakan yang terbanyak di Indonesia. Selain jantung koroner, Jawa Barat juga menempati posisi tertinggi estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung berdasarkan diagnosis/ gejala, yaitu sebanyak 96 ribu orang atau 0,3 persen. Berangkat dari hal tersebut, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyatakan, hadirnya pelayanan penyakit jantung yang lebih merata di fasilitas-fasilitas kesehatan tingkat utama di Jawa Barat, merupakan sebuah keniscayaan. “Oleh sebab itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Kabupaten/Kota di Jabar, harus mengalokasikan anggaran fungsi kesehatan minimal 10% dari APBD sesuai amanat Undang-undang,” kata Deddy Mizwar pada acara Penandatanganan MOU tentang penanganan Pelayanan Penyakit Jantung antara UNPAD, RSHS, RSUD Gunungjati, RSUD Sumedang, RSUD Tasik, RSUD Banjar, RSUD Sukabumi & RSUD Al-Ihsan, di Gd.Rektorat Unpad Jatinangor, Senin (21/8). Deddy juga mengatakan, selain meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dari aspek kuratif dan rehabilitatif, perlu juga dilakukan upaya bahu membahu mengkampanyekan gerakan masyarakat hidup sehat, sejalan dengan kebijakan pembangunan kesehatan nasional yang diarahkan untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Sedangkan untuk pencegahan dari aspek preventif dan promotif, dengan sasaran perubahan perilaku atau gaya hidup setiap individu untuk menjalankan hidup bersih dan sehat. Secara khusus, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, Universitas Padjadjaran (UNPAD), menggelar kerjasama terkait pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan pelayanan kesehatan jantung antara Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, RSHS, Fakultas Kedokteran UNPAD, RSUD Al-Ikhsan, RSUD Cibabat Cimahi, RSUD Dr. Soekarjo Kota Tasikmalaya, RSUD Gunung Jati Kota Cirebon, RSUD RSUD Kota Banjar, dan RSUD Kabupaten Sumedang. “Ini bentuk kerjasama dengan sejumlah rumah sakit daerah, ada tujuh rumah sakit daerah, yang kekurangan ini tenaga medisnya, makanya kerjasama ini diadakan. Akan ada sumber daya manusia didikan UNPAD, yang nanti akan ditempatkan di setiap RSUD sebagai bentuk pengabdian,” kata Deddy. “Harapannya kita bisa mengurangi resiko kematian akibat penyakit tidak menular seperti jantung,” tambahnya. Rektor Universitas Padjadjaran Prof Dr med Tri Hanggono Achmad mengatakan, pihaknya berusaha mengimplementasikan brbagai perencanaan yang menjadi fasilitas untuk memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat. “Untuk hari ini kita akan memulai suatu kerja sama dengan tujuh rumah sakit daerah. Tujuh rumah sakit ini sudah memiliki fasilitas, dan kami bertanggung jawab untuk men-support agar fasilitas ini dapat berfungsi dengan baik,” ungkap Tri. Karena menurutnya, seluruh RSUD yang menjalankan kan kerjasama saat ini, sudah masuk pada tipe B. Dimana sisi regulasinya ada pada otoritas Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Maka atas prakarsa bersama, UNPAD dan RSHS memberikan dorongan pelayanan dari sisi Sumber Daya Manusianya, dan segi regulasinya merupakan dukungan Dinkes Jabar. “Ini langkah awal, mudah-mudahan menjadi pembuka aspek pelayanan lainnya untuk pelayanan penyakit jantung ini,” ujarnya. Rektor UNPAD juga mengatakan, hal ini juga sejalan dengan targetnya bersama Provinsi Jawa Barat untuk mengembangkan tujuh pusat rujukan lainnya karenanya RSHS nanti akan jadi rujukan nasional. “Mudah-mudahan langkah ini juga bisa menginisiasi,” tambahnya. (dia/pojoksatu/jpnn)
Penderita Jantung Terbanyak, Tujuh RSUD di Jabar Tingkatkan Pelayanan
Selasa 22-08-2017,12:32 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :