Serukan Salat Gaib, GP Ansor Dorong Pemerintah Pimpin Aliansi untuk Rohingya

Sabtu 02-09-2017,08:35 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA – Kecaman atas terjadinya tragedi kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya, Arakan, Wilayah Rakhine, Myanmar terus bermunculan. Kali ini Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor yang menyatakan sikap mengutuk keras tragedi tersebut. \"Mengajak semua untuk menyatukan hati, tekad, semakat dan usaha untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial‎,\" ujar Wakil Sekretaris Jenderal PP GP Ansor Mahmud Syaltout dalam keterangan tertulis, Jumat (1/9). GP Ansor telah membaca dengan seksama laporan UN Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR) 2017 maupun laporan-laporan dari lembaga yang dipercaya lainnya. Diketahui, ada 60 ribu lebih etnis Rohingya yang merasa nyawanya terancam dan pergi menyelamatkan diri dari daerah konflik. Ribuan lebih korban telah tewas dibunuh secara keji. Ribuan orang pula telah dihilangkan secara paksa. Dari laporan itu, sebanyak 64 persen dari etnis Rohingya melaporkan pernah mengalami penyiksaan secara fisik maupun mental. Ada 52 persen perempuan Rohingya melaporkan mengalami pemerkosaan atau pelecehan seksual lainnya yang mengerikan. Ditambah lagi dengan penangkapan dan penahanan secara sewenang-wenang sekaligus penyiksaan selama penahanan terhadap ribuan warga Rohingya. \"Perusakan maupun penjarahan terhadap rumah, harta benda, makanan dan sumber makanan warga Rohingya secara masif, serta pengabaian maupun ketiadaan perawatan kesehatan terhadap para korban,\" katanya. GP Ansor menilai, bahwa peristiwa itu merupakan tragedi kemanusiaan terparah di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, dilakukan secara struktur Karena dilakukan oleh pemerintah Myanmar baik aparat militer, keamanan, sampai kepolisian. GP Ansor menilai tragedi kemanusiaan terhadap etnis Rohingya merupakan konflik geopolitik, khususnya pertarungan kekuasan di daerah Arakan-Rakhine, yang dihuni mayoritas etnis Rohingya. \"Dengan dugaan kuat didasarkan pada perebutan secara paksa tanah dan sumber daya, khususnya minyak dan gas, di wilayah-wilayah sekitar,\" katanya. GP Ansor juga membaca bahwa etnis Rohingya yang tinggal di daerah Arakan - Rakhine memang menjadi sasaran khusus dengan operasi terselubung dan terencana, yang menyasar praktek dan simbol agama serta membenturkan antar umat beragama termasuk di dalamnya dengan melakukan pembakaran Alquran, pemerkosaan di masjid, mempersenjatai dan memprovokasi warga Rakhine untuk juga melakukan persekusi terhadap minoritas Rohingya. GP Ansor menyadari bahwa penyelesaian kasus Rohingya akan menjadi sulit, terlebih melihat banyaknya pihak, negara dan korporasi yang berkepentingan. Terutama, terkait dengan penguasaan aset, kapital maupun sumber daya di daerah-daerah etnis Rohingya sebelumnya atau saat ini tinggal. GP Ansor juga menilai sangat sulit bagi ASEAN untuk bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik, mengingat selain Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura dan Brunei juga memiliki perusahaan nasional yang beroperasi dan berproduksi di daerah konflik geopolitik tersebut. \"Meminta kepada pemerintah Indonesia untuk lebih aktif bersuara dan cenderung memimpin aliansi mitra dialog dan diplomasi hak asasi manusia (Human Rights Diplomacy),\" ungkapnya. GP Ansor juga mengajak organisasi kepemudaan dan masyarakat Indonesia lainnya, untuk melakukan aksi solidaritas kemanusiaan dan misi bantuan kemanusiaan terhadap etnis Rohingya. GP Ansor juga menyarankan agar melaksanakan Salat Gaib para korban yang tewas, mengirimkan doa khusus dan juga membaca Hizb Nasr agar para korban yang tewas mendapat ketenangan, para korban terluka ringan maupun berat segera mendapatkan kesembuhan, para korban yang hilang bisa diketemukan dalam keadaan hidup dan sehat, agar para korban yang mengungsi mendapatkan keamanan dan perlindungan, dan agar perdamaian abadi bisa kembali hadir di negeri Myanmar. \"Sehingga para pengungsi dapat pulang ke tanah mereka dengan jaminan keamanan dan perlindungan,\" pungkas Mahmud. (cr2/JPC)

Tags :
Kategori :

Terkait