Korban Insiden Kapal Karam di Jepang Pulang Tinggal Nama

Sabtu 27-01-2018,19:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Kabar baik sekaligus sedih diterima keluarga besar Karta (59) warga Dusun II Blok Kandawaru, Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, akhir tahun lalu. Jenazah anak bungsunya, almarhum Wiyanto akhirnya ditemukan setelah setahun hilang di perairan Jepang, tepat setahun setelah kapal penangkap ikan yang diawaki Wiyanto dan delapan personel kapal lainnya dihantam badai besar. “Saya dapat kabar dari Jepang, tubuh anak saya ditemukan. Alhamdulillah, setelah satu tahun kami tunggu, akhirnya bisa ditemukan juga,” ujar Karta (59), ayah korban saat ditemui Radar di rumahnya. Karta pun menceritakan kejadian yang menimpa anak bungsunya tersebut secara rinci. Dikatakannya, kabar yang tak pernah ia harapkan itu sampai pada tanggal 14 Desember 2016, atau sekitar enam bulan setelah korban merantau ke Jepang untuk bekerja di kapal penangkap ikan. “Saya dikontak sekitar pukul 12.00 WIB. Tentu kaget bercampur bingung. Kita saat itu hanya bisa pasrah, dan meminta agar pencarian jenazah anak kami dilakukan sampai ketemu,” imbuhnya. Menurut informasi yang ia terima, saat itu kapal yang diawaki korban tiba-tiba mengalami mati mesin, saat berada kurang lebih sekitar satu kilometer dari pelabuhan. Situasi pun bertambah buruk ditambah saat itu ombak sedang tinggi. “Kapal anak saya dihantam ombak tinggi dari bagian samping. Kapal pun terbalik dan 9 awaknya dinyatakan meninggal dalam insiden tersebut. Satu-satunya orang Indonesia di kapal itu anak saya, delapan rekannya orang Jepang semua,” bebernya. Setelah kejadian, empat jenazah ABK berhasil ditemukan. Sisanya 5 ABK termasuk Wiyanto dinyatakan hilang dan belum ditemukan sampai akhir 2017 lalu, ia menerima telepon bahwa jenazah tubuh yang diduga anaknya terlihat dan berhasil dievakuasi nelayan setempat. “Anak saya terbang ke Jepang untuk melakukan test DNA, mencocokan dan memastikan identitas mayat yang ditemukan, karena kondisi tinggal sekitar 80 persen,” tambahnya. Dan alhamdulillah, doa keluarga terjawab. Tubuh yang ditemukan di laut tersebut cocok dengan DNA kakak korban. Sempat bertahan di kamar mayat RS di Jepang, akhirnya jenazah Wiyanto tiba di tanah air minggu lalu dan langsung dimakamkan. “Saya ditawari apakah jenazah anak saya dikremasi saja. Cuma saya tidak mau karena itu kan dibakar. Saya mau tubuh anak saya dipulangkan dan bisa dimakamkan sebagaimana mestinya. Dikafani dan disalati, apapun dan bagaimanapun kondisinya,” kilahnya. Pihak keluarga menurut Karta, sedianya sudah menggelar tahlilan pada saat pertama kali keluarga menerima kabar jika kapal korban karam. Namun pihak keluarga memutuskan meenggelar tahlilan kembali usai proses pemakaman jenazah korban. Berarti pihaknya menggelar dua kali tahlilan. Yang pertama tanpa ada proses pemakaman, dan yang kedua setelah proses pemakaman. Kebetulan, proses ketemunya jasad Wiyanto itu, saat peringatan mendadak atau peringatan satu tahun meninggalnya Wiyanto. “Hak-hak korban sudah kita terima. Bahkan asuransinya pun sudah. Ada beberapa wasiat atau keinginan Wiyanto yang akan kita laksanakan,” jelasnya. Sebelum peristiwa yang merenggut nyawa Wiyanto, korban sebenarnya sudah seperti mendapat firasat. Wiyanto beberapa kali menghubungi keluarga dan mengatakan bermimpi bertemu ibunya yang sudah meninggal, yang mengajaknya untuk ikut. “Sama kakaknya dikasih tahu, kalau diajak sama ibunya jangan mau. Si bungsu ini memang paling dekat dengan ibunya. Kalau keinginan terakhir korban itu mau rehab rumah dan bikin garasi. Insya Allah itu akan kita wujudkan,” tukasnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait