Musim Hujan, Irigasi Buruk, Petani Terpaksa Pakai Pompanisasi

Senin 29-01-2018,09:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

  CIREBON - Sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Cirebon kekurangan air. Padahal, saat ini sedang musim hujan. Kondisi tersebut jelas mengancam produktivitas dan berdampak pada kualitas hasil panen para petani. Salah satu penyebabnya adalah tidak sedikit lahan pertanian yang tidak teraliri air dari saluran irigasi, baik saluran primer, sekunder maupun tersier. Lahan-lahan pertanian tersebut, selain mengandalkan curah hujan, saat ini hanya bergantung pada upaya pompanisasi untuk mencukupi kebutuhan air. Terlebih, tanaman padi sedang membutuhkan banyak air karena fase tumbuh tanaman sudah mendekati usia dua bulanan. Sujai (45) salah seorang petani yang ditemui Radar mengatakan, saat ini pihaknya terpaksa melakukan pompanisasi karena hujan jarang turun dan tanaman sedang lagi butuh banyak air. “Sawah kita ini tadah hujan, tidak ada saluran irigasi. Air murni hanya mengandalkan dari hujan dan pompanisasi,” ujarnya kepada Radar, Minggu (28/1). Menurutnya, nyaris tidak ada saluran irigasi yang melewati lahan pertaniannya. Karena, lahan pertanian miliknya sudah terhimpit industri dan saluran irigasi yang ada saat ini sudah rusak. “Kalau kondisi seperti ini terus, kita juga berfikir untuk pindah jenis tanaman. Tapi bingung juga, karena yang bibitnya murah dan sedikit ada untungnya, ya tanam padi. Tapi di satu sisi, kita dihadapkan ke ongkos tanam yang begitu mahal, harus pompanisasi terus,” imbuhnya. Sementara itu, petani lainnya, Nurhasan mengaku, salah satu penyebab sulitnya petani mendapatkan air untuk pertanian adalah banyaknya sampah yang menumpuk di saluran-saluran irigasi. “Di sini kondisinya sudah sulit air. Sampah juga banyak. Bahkan ada irigasi yang sampai tertutup sampah. Padahal kita sangat butuh air. Lumayan biaya pompa itu sehari bisa 4 sampai 5 liter BBM-nya,” ungkapnya. (dri)      

Tags :
Kategori :

Terkait