Jika Gagal Capres, Tetap Raja

Rabu 09-01-2013,09:36 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Kampanye Pancasila lewat Musik Dangdut JAKARTA- Rhoma Irama mendadak menemui pimpinan MPR di gedung parlemen kemarin (8/1). Ketua umum Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia (PAMMI) itu memunculkan suasana segar dalam memperbincangkan tema empat pilar kebangsaan yang biasanya membosankan. Rhoma mengatakan, kedatangannya merupakan komitmen untuk mendukung MPR dalam menyosialisasikan empat pilar kebangsaan: Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. \"Pancasila sudah menjadi komitmen PAMMI dan kami sosialisasikan lewat dangdut. Saya rasa ini cukup efektif,\" katanya. Menurut Rhoma, inisiatif PAMMI itu tanpa tendensi politik apa pun. Apalagi, terkait rencana pencapresannya. \"Kami setulus hati bekerja sama dengan MPR membangun bangsa ini dengan filosofi Pancasila,\" ujar Rhoma yang mengenakan batik lengan panjang berwarna merah. Dia menambahkan, tidak akan ngotot mencari parpol untuk menjadi capres. Dengan nada bercanda, Rhoma menyebut dirinya sudah menjadi raja. \"Bukan masalah bila gagal menjadi presiden, Saya tetap menjadi raja dangdut,\" kata Rhoma. Dengan kapasitas raja, lanjut Rhoma, dirinya tetap bisa membangun bangsa. \"Tidak menjadi pemimpin formal, Saya tetap menjadi pemimpin bangsa secara informal,\" tuturnya. \"Saya ini kan cuma wacapres, wacana calon presiden,\" tambahnya, lantas tersenyum. Pemimpin MPR yang hadir, antara lain, Taufik Kiemas, Melani Leimena Suharli, Hajriyanto Y. Tohari, dan Ahmad Farhan Hamid. Suasana bertambah meriah ketika Rhoma melantunkan beberapa penggalan lagunya yang memunculkan kata Pancasila. \"Hormati hak asasi manusia karena itu fitrah manusia. Kita semua bebas memilih jalan hidup yang disukai. Tegakkan demokrasi Pancasila sebagai falsafah negara kita. Jangan suka memerkosa kebebasan warga negara karena bertentangan dengan perikemanusiaan. Kebebasan, keragaman, itu hak asasi. Kebebasan berbicara itu hak asasi. Kebebasan melakukan segala-galanya asalkan tidak bertentangan dengan Pancasila,\" senandung Rhoma tanpa bantuan alat musik. Belasan pengurus PAMMI dan wartawan sampai ikut bersenandung dengan ceria. Lagu berjudul Hak Asasi itu ditulis Rhoma pada 1977. \"Jadi, Saya sudah mengumandangkan Pancasila sejak lama,\" katanya, yang langsung disambut tepuk tangan. Rhoma juga menyanyikan tiga lagu lain, yakni Pembaharuan, Korupsi, dan Bhinneka Tunggal Ika. Selentingan yang agak nakal terlontar spontan dari Hajriyanto Y. Tohari. \"Sudah pas empat pilar ini. Tapi, jangan dilanjutkan dengan Ani (lagu legendaris Rhoma yang berjudul Ani, red),\" canda ketua DPP Partai Golkar itu. Rhoma juga menanggapinya dengan canda. \"Saya belum buat lagi tentang Mega (Megawati, red),\" kata Roma, lantas tertawa lepas. Ketua MPR Taufik Kiemas terpesona saat mendengarkan bait-bait lagu penuh makna kebangsaan yang dibawakan Rhoma. Kepalanya sedikit bergerak-gerak mengikuti suara Rhoma yang merdu. \"Hebat juga. Seniman paripurna,\" pujinya spontan. Pemimpin MPR, lanjut Kiemas, menyambut baik ide sosialisasi empat pilar kebangsaan melalui musik dangdut. Apalagi, gagasan itu datang dari seorang musisi besar dangdut sekelas Rhoma. (pri/c6/agm)

Tags :
Kategori :

Terkait