Kota Cirebon Belum Semacet Jakarta, Tapi Sudah Padat

Rabu 07-03-2018,16:31 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Bunyi peluit juru parkir bersahutan dengan klakson pengendara. Petugas berbaju oranye itu sibuk mengatur kendaraan yang keluar masuk parkir badan jalan. Seperti tidak mau kalah, para pengendara juga membunyikan klakson, karena lajunya tertahab oleh angkot yang berhenti di sisi kiri jalan. “Tadi dua kali muter (memutar arah melalui Jl Siliwangi-Jl Pagongan-Jl Sukalila Utara kembali ke Jl Siliwangi), baru dapat parkir,” ujar salah seorang pengendara, Gede Agung (27), kepada Radar. Parkir di Jl Siliwangi-Karanggetas ini daya tampungnya terbatas. Ruas jalan tersebut panjangnya tak sampai 100 meter. Tapi, bagian kanan dan kirinya penuh dengan pertokoan. Kebanyakan tidak memiliki akses parkir memadai. Satu-satunya lahan yang bisa dimanfaatkan hanya badan jalan. Satu lajur pun di korbankan untuk menampung sepeda motor dan kendaraan roda empat. Di sisi kiri, praktis tak bisa dipakai untuk kendaraan melaju. Tumpukan angkot yang menunggu penumpang, pangkalan becak dan akses keluar masuk pusat perbelanjaan, membuat kawasan itu semakin krodit. Hanya satu jalur di tengah yang efektif digunakan untuk kendaraan. Itu pun sering terhenti karena ada lampu merah dengan durasi kurang lebih 60 detik. “Gimana nggak macet ya. Kanan dipakai parkir, sebelah kiri tempat ngetem angkot. Ada pangkalan becak juga,” tutur Agung, yang siang itu hendak mengunjungi salah satu toko buku. Gambaran lalu lintas di Jl Siliwangi-Karanggetas ini hanya satu dari persoalan kepadatan secara keseluruhan. Kondisi ini juga terjadi di ruas jalan lain seperti Jl Pekiringan-Jl Pekalipan, Jl RA Kartini dan Jl Kesambi Raya. “Hampir semua ruas jalan padat. Memang nggak semacet Jakarta,” kata karyawan swasta tersebut. Kepadatan kendaraan di Kota Cirebon perlu penanganan segera. Volumenya terus bertambah. Belum lagi parkir badan jalan, hingga para pedagang kaki lima, becak dan angkutan kota. Anggota Forum Transportasi Kota Cirebon, Prof DR Adang Jumhur mengatakan, peningkatan volume kendaraan nyaris tidak bisa dibendung pemerintah. Sementara pertumbuhan ruas jalan nyaris tidak ada setiap tahunnya. Satu-satunya jalan hanya mempersiapkan rekayasa lalu lintas yang efektif. \"Kita menunggu langkah konkrit dari pemerintah kota. Ini sudah mendesak, butuh penanganan segera untuk mengurai kemacetan,\" ujar Adang. Ia juga mengkritik terhentinya penataan PKL yang dilakukan pemerintah. PKL perlu penataan yang berkelanjutan, agar mereka bisa berjualan di tempat yang tepat. Selain itu, pemkot juga diharapkan bisa membuat kantong-kantong parkir di sejumlah titik, supaya tidak ada lagi parkir sembarangan. Tak hanya persoalan PKL dan parkir, Adang menilai kemacetan yang terjadi di sejumlah ruas jalan karena jalur double track kereta api. “Elevated train itu saya kira sudah mendesak juga,” tuturnya. Terkait keterbatasan anggaran untuk menerapkan rekayasa lalu lintas, Adang menyarankan agar Pemerintah Kota Cirebon tidak bekerja sendiri. Upaya-upaya untuk mengurai kemacetan tentu dibutuhkan kerjasama seluruh pihak. Termasuk kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pemerintah pusat. Penetapan Kota Cirebon sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) dalam master plan pengembangan daerah, juga harus direspons dari sisi transportasi. Sebagai kota urban, salah satu konsekuensinya ialah terpusatnya kegiatan masyarakat. Dampaknya, lalu lintas juga kian padat. \"Ini kepadatan sudah di mana-mana. Hampir semua ruas jalan padat,” sebutnya. Seperti diketahui, Jl Siliwangi-Karanggetas menjadi salah satu prioritas Dinas Perhubungan (Dishub) untuk diterapkan rekayasa lalu lintas terbaru. Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub, Gunawan ATD mengatakan, Jalan Siliwangi hingga lampu merah Asia Toserba padat karena kendaraan dari ruas jalan sekitarnya. Baik dari arah Jalan Siliwangi, Jalan Sukalila Selatan maupun Jalan Kalibaru Selatan. “Begitu juga yang mau ke Jalan Pagongan harus mutar dulu ke Asia. Di sana kendaraan sudah overload,” ucapnya. Solusinya, dengan membuka ruas Jalan Kebon Blimbing yang saat ini digunakan satu arah dari Jalan Pagongan. Sehingga kendaraan dari arah Jl Sukalila Selatan yang akan menuju ke Jl Pagongan bisa masuk melalui Jalan Kebon Blimbing. “Kita akan balik, tadinya satu arah ke Sukalila, diubah satu arah ke Pagongan. Ini bisa mengurangi kendaraan yang masuk ke Asia, yang ingin ke Pagongan,” jelasnya. Macet di kawasan Asia, sebenarnya bukan hanya soal kendaraan yang masuk terlalu padat. Akan tetapi juga adanya pangkalan becak dan angkot. Sehingga dishub akan membuat pagar untuk membatasi pangakalan becak, serta membuat halte. Sementara itu, untuk ruas jalan di KS Tubun, nantinya tidak bisa langsung ke arah jalan parujakan. Akan tetapi kendaraan akan masuk ke Jalan Sukalila. Hal ini karena banyak kendaraan yang mengalami crossing di pertigaan tersebut. “Ini kita akan arahkan ke Sukalila, dengan memakai separator,” ucapnya. Di lain sisi, titik lainnya di Jalan Pekiringan juga sama mengalami overload. Rekayasa yang akan dilakukan Dishub yaitu dengan membuka Jalan Karanggetas dua arah sampai ke Jalan Pekalangan. Sementara Jalan Pekalangan akan diterapkan satu arah ke arah barat menuju Jalan Parujakan. Sayangnya, dalam rekayasa lalu lintas ini dishub juga tidak berencana mengatur ulang parkir badan jalan. Meski memakan satu lajur, namun dalam rekayasa terbaru penanganan parkir ini tidak disertakan. (mik)

Tags :
Kategori :

Terkait