Pelal Ageng Berlangsung Khidmat

Jumat 25-01-2013,09:42 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIREBON - Kekhusyukan terasa saat Pelal Ageng atau Panjang Jimat digelar di tiga keraton, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan, tadi malam (24/1). Di Keraton Kasepuhan, suasana padat merayap begitu terlihat. Untuk mengantisipasi kepadatan agar tetap tertib, Keraton Kasepuhan pun menjalin kerjasama dengan RCTV dan memasang sejumlah layar di depan keraton yang menyajikan Live Report prosesi di dalam keraton. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan Panjang Jimat yang berlangsung khidmat itu, dihadiri oleh ribuan warga yang berasal dari Cirebon dan sekitarnya. Dalam upacara tersebut, hadir tamu undangan di antaranya gubernur Sulawesi Barat, Kesultanan Gulungan Kalimantan Timur, Kesultanan Sumatera Utara, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Prof Dr Ermaya, Mantan Pangkostrad Letjen (Pur) Djaja Suparman, Kementerian PDT, Kementerian Pariwisata, utusan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, pejabat pemerintahan dan Muspida Kota Cirebon. Dikonfimasi sebelum upacara Pelal digelar, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat SE mengatakan, prosesi Panjang Jimat merupakan refleksi dari proses kelahiran Nabi Muhammad SAW dan merupakan puncak acara kegiatan peringatan Maulid Nabi. “Panjang berarti pada masa yang lama dan Jimat berarti satu yang harus diruwat atau dihormati yakni syahadat. Sehingga arti dari Panjang Jimat adalah sederetan kegiatan pada masa yang lama dan terus menerus dilaksanakan, yakni menyongsong kelahiran nabi dengan mengumandangkan syahadat,” ujarnya. Sultan menuturkan, untuk melaksanakan upacara Pelal, pihaknya sudah melakukan persiapan jauh-jauh hari sebelumnya. Baik personel, peserta, maupun sarana dan prasarananya. Dalam menyukseskan upacara tersebut, Keraton Kasepuhan juga melibatkan 1000 orang. Di antaranya 300 orang wargi, 300 orang kemantren, 200 abdi dalem, 100 kaum masjid dan 100 orang keamanan. Prosesi Panjang Jimat sendiri merupakan sarana penyebaran agama Islam melalui fragmen kelahiran anak laki-laki ke bumi, yang terjadi pada malam hari. Anak laki-laki tersebut, yakni Nabi Muhammad SAW. Selain fragmen upacara Panjang Jimat, juga dilaksanakan salawatan dan asrakalan di Langgar Agung. Dengan kelahiran Nabi Muhammad, kata sultan, mengartikan manusia harus kembali pada diri sendiri. Masyarakat juga diharapkan bisa mengingat kembali akhlak nabi. \"Fragmen yang disajikan, juga sebagai sumbangsih keraton, untuk menghadirkan gambaran akhlak Nabi Muhammad SAW. Sebaiknya kita juga kembali kepada akhlak sesuai tauladan Nabi Muhammad SAW,\" ujar Sultan. Sama dengan di Kasepuhan, kepadatan juga terjadi di Keraton Kanoman. Selain warga dan muspida, Wali kota Cirebon Subardi SPd juga hadir langsung di lokasi acara.         Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina ST mengatakan, prosesi Panjang Jimat ini bukan hanya sekadar simbol peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Melainkan upaya untuk meneladani sifat-sifatnya. \"Ada sejumlah makna yang terkandung dalam setiap prosesi peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Termasuk meneladani sifat-sifat beliau,\" ujarnya. Bahkan, persiapan yang dilakukan pihak keraton sejak jauh-jauh hari. Saat bulan Safar hingga tanggal 15 Rabiul Awal. \"Persiapan yang kami lakukan pun sudah sejak bulan Safar, 40 hari tirakat spiritualnya,\" katanya. Saat hari H, sejumlah acara pun digelar. Seperti Nyiram Panjang. Yaitu prosesi pemandian atau pembersihan panjang atau piring pusaka berjumlah 7 buah panjang utama dan 6 buah panjang pengiring yang digunakan saat acara Panjang Jimat. Menggunakan abu dan air sumur kejayaan. Selanjutnya Nyisir Ageng, yakni nyisir kembang untuk acara Panjang Jimat yang bahannya terdiri dari bunga kenanga, melati, mawar, kantil, karniyem, pandan wangi, sari melati, sari mawar, sari kenanga, sari kantil, sari karniyem, jeruk purut, gula aren, menyan dan ukup. Kemudian Saji Buah Alit, yakni prosesi menata buah-buahan yang sedang musim ke dalam baki perak yang dialasi dan ditutup dengan daun pisang klutuk, lalu ditutupi dengan kain. Kemudian Lamaran atau Panjang Mios, merupakan gladi resik napak tilas, menelusuri sebagian rute yang dilalui iringan Panjang Jimat. Perjalanan diiringi patih, sedangkan yang mengusung pusaka adalah para abdi dalem yang dikawal famili dengan pengamanan dari pasukan keraton, magersari, serta aparat keamanan yang berjumlah kurang lebih 300 orang. \"Setelah serangkaian acara digelar, puncaknya ya Pelal Ageng atau Panjang Jimat ini,\" imbuhnya. Panjang Jimat dilepas di blandongan atau teras pendopo, tepat pukul 21.00 WIB. Prosesi diawali dengan pelepasan iringan Panjang Jimat oleh Sultan Kanoman XII Sultan Raja Muhammad Emirudin. Iring-iringan tersebut dipimpin oleh Pangeran Patih Keraton Kanoman, Muhammad Qadiran. Menuju Masjid Kanoman melewati Pintu Kejaksan dan Pintu Siblawong. Selama perjalanan menuju masjid, seluruh masyarakat yang ikut hadir dan menyaksikan jalannya prosesi Panjang Jimat membaca salawat. Setibanya di Masjid Kanoman, seluruh rombongan duduk rapi di dalam masjid. Di tempat itu, turut dibacakan pembacaan barzanji, kalimat thoyibah, salawat nabi dan ditutup dengan berdoa bersama. \"Setelah acara usai, seluruh nasi dan lauk pauk yang dibawa rombongan dibagikan kepada keluarga sultan, famili, abdi dalem, dan seluruh warga yang berada di luar halaman masjid,\" paparnya. Sementara di Keraton Kacirebonan, Sultan Kacirebonan KGPH Abdulgani Natadiningrat Dekarangga mengatakan, tradisi yang dikenal dengan panjang jimat ini, selalu dilaksanakan bertepatan dengan hari lahir kanjeng Nabi Muhammad SAW. \"Acara tersebut pada intinya memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW,\" ujar Abdul, kepada kepada Radar Cirebon. Selain itu, lanjut sultan, keraton dapat melaksanakan dan melestarikan nilai-nilai budaya dengan harapan dapat berpartisipasi untuk saling memiliki budaya-budaya yang ada di Keraton Kacirbonan. (atn/nda/sam)

Tags :
Kategori :

Terkait