Petani Garam di Cirebon Butuh Terobosan Teknologi

Kamis 07-06-2018,23:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Garam benar-benar menjadi sektor usaha paling sentral di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan. Mayoritas warga setempat sangat bergantung dari hasil pemanfaatan air laut tersebut. Bahkan, lahan tambak garam yang berada di Desa Rawaurip, menjadi salah satu desa dengan luas lahan tambak terbesar setelah Desa Bendungan di Kecamatan Pangenan, dengan luas area sekitar 300 hektare. Hampir setiap tahunnya, warga Desa Rawaurip turun ke lahan tambak untuk memulai proses pembuatan garam. Kondisi tersebut sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang. Bagi warga Desa Rawaurip, membuat garam sama halnya seperti mendulang mutiara dari laut. “Di sini, mayoritas adalah petambak atau penggarap lahan tambak garam. Ada yang memang punya lahan sendiri, ada juga yang menyewa ke petani lainnya,” ujar Kuwu Desa Rawaurip Lukman Hakim kepada Radar Cirebon.. Proses pembuatan garam pun, menurut Lukman, saat ini masih relatif mudah karena hanya membutuhkan waktu kurang lebih lima hari hingga garam tersebut siap panen. “Hasil panen kita tergantung cuaca. Kalau mataharinya bersahabat, bisa lima hari. Kalau mataharinya tidak bersahabat, ya seminggu bahkan bisa lebih. Satu musim garam produksi bisa ratusan ton,” jelasnya. Sementara itu, kendala yang kerap dihadapi para petambak garam adalah hujan. Musim kemarau kadang tidak tentu dan hanya berlangsung beberapa bulan saja. Hal inilah yang kemudian membuat para petambak garam kadang menganggur di sisa waktu selama musim hujan. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait