Tangis Iba Para Penanam Kopi, Jepang Terlalu Dini untuk Selebrasi

Kamis 21-06-2018,23:33 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

SARANSK – Peluit panjang telah cukup lama berbunyi di Mordovia Arena, Saransk (19/6). Namun, ribuan rakyat Kolombia masih tetap tersandera di tempat duduknya. Mereka tidak beranjak, ditawan kesedihan yang mendalam. Beberapa perempuan muda Kolombia menangis sesenggukan. Mata beberapa pria dewasa yang terlihat perkasa juga sembab. Lelaki-lelaki ini berpelukan dengan kekasihnya, saling menguatkan diri. Rakyat Kolombia yang hadir di stadion yang baru selesai awal tahun ini tersebut seolah tidak bisa menerima kenyataan pahit. Bahwa tim nasionalnya yang di atas kertas jauh lebih tangguh, tergilas oleh pasukan Jepang. Tim yang punya nama harum, menjadi pembicaraan banyak orang karena kesuksesan menembus perempat final empat tahun lalu itu kalah 0-1 atas Jepang pada laga pembuka Grup H. ”Saya tak bisa berkata-kata lagi. Ini memalukan,” kata Ernesto Gutierrez, fans fanatik Kolombia asal Kota Cali kepada Jawa Pos di Mordovia Arena setelah pertandingan. Guiterrez memang berhak menuding tim nasionalnya memalukan. Sebab, Kolombia adalah tim Amerika Latin pertama yang keok melawan kesebelasan Asia dalam sejarah Piala Dunia. Dalam 17 laga sebelumnya, tim Asia paling mentok hanya mampu menahan imbang Amerika Latin tiga kali. Sisanya kandas. Mordovia Arena kemarin memang didominasi oleh warna kuning Kolombia. Mereka tumpah ruah memenuhi jalanan. Ribuan orang datang menggunakan kereta api antarkota dan pesawat menuju Saransk. Jawa Pos sudah bersama ratusan fans Kolombia berada dalam kereta api yang sama dari Moskow menuju Saransk. Saat masih di dalam gerbong, sesaat sebelum turun, suporter Los Cafeteros (Para Penanam Kopi) sudah menunjukan optimisme luar biasa. Lelaki dan perempuan berdandan habis-habisan, memakai atribut Kolombia yang kuning menyala. Menuju Mordovia Arena, puluhan orang bermain musik, mengiringi perempuan-perempuan yang menari Salsa. Jalanan mereka sulap menjadi arena pesta. Tidak ada bayangan bahwa Kolombia akan kalah. Secara kualitas individu, Kolombia jelas lebih baik. Apalagi dalam pertemuan terakhir pada Piala Dunia 2014, James Rodriguez dkk membantai Jepang 4-1. Suasana makin heboh di dalam stadion. Fans Jepang hanya bergerombol, menguasai satu sektor kecil saja di belakang gawang bagian barat. Sedangkan warna Kolombia mendominasi nyaris seluruh Mordovia Arena. Seolah stadion itu adalah kandang mereka sendiri. Sebelum laga, lagu kebangsaan Kolombia Oh gloria inmarcesible! bergaung jauh lebih kencang ketimbang Kimigayo. Namun, baru tiga menit berjalan, suporter Kolombia sudah terhenyak ketika menyaksikan Carlos Sanchez dikartu merah akibat menahan bola dengan tangan di dalam kotak penalti. Eksekusi Shinji Kagawa mulus, membawa Jepang memimpin 1-0. Meski demikian, fans Kolombia tak kehilangan harapan. Waktu masih panjang. Bermain supuluh orang tak masalah. Dan ketika Juan Quintero mencetak gol cerdik lewat tendangan bebas enam menit sebelum babak pertama usai, Mordovia Arena seakan dilanda gempa ringan. Suporter Kolombia berloncatan, menendang-nendangkan kakinya di lantai stadion. Ketika James Rodriguez masuk menggantikan Quintero pada menit ke-59 suasana makin heboh. Teriakan James! James! James! menggema di udara. Namun, mereka kembali terdiam saat striker Jepang yang bermain di FC Koeln Yuya Osako merobek gawang David Ospina pada menit ke-73. Jepang menang, menjadi tim Asia pertama dalam sejarah yang mampu memukul tim Amerika Latin di Piala Dunia. ”Kami ini punya pemain-pemain yang hebat. Radamel Falcao, James Rodriguez, Juan Cuadrado, tetapi kami tidak punya tim!” kata Gutierrez. ”Kami punya Santiano Arias, salah satu yang terbaik di Liga Belanda. Lalu Yerry Mina yang bermain di Barcelona. Tetapi kami tak punya semangat kebersamaan!” lanjutnya dengan nada meradang. Melihat fakta bahwa Kolombia akan menghadapi Polandia dan Senegal dalam dua pertandingan selanjutnya membuat suporter lain Juan Amarillo tak seoptimistis sebelumnya. ”Namun, kami tak berhenti berharap. Tim ini punya kualitas dan saya percaya mereka bisa,” ucap pria asal Medellin tersebut. Meski begitu, kekalahan tak membuat fans Kolombia itu lupa tersenyum. Mereka menyalami dan memberikan selamat kepada suporter Jepang. Ribuan fans tetap santai, mengobrol sambil menikmati daging panggang, kentang goreng, dan bir di luar stadion. Dalam konferensi pers, pelatih Jepang Akira Nishino mengaku bangga dengan pencapaian pasukannya. Apalagi pikiran beberapa pemain sangat terbebani karena gempa yang terjadi di Osaka. ”Masih terlalu dini untuk berselebrasi, masih ada dua pertandingan lagi yang harus diselesaikan,” kata Nishino. ”Kami akan menyimpan perayaan ini,” ucap pria yang baru ditunjuk sebagai pelatih Jepang pada April lalu, menggantikan Valid Halilhodzic yang dipecat tersebut. (*/ham) *Laporan Wartawan Jawa Pos: Candra Wahyudi, Ainur Rohman dan Angger Bondan dari Moskow    

Tags :
Kategori :

Terkait