Rutan Kontainer Napi Teroris Tuntas Akhir Tahun

Kamis 09-08-2018,04:04 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

JAKARTA- Polri bekerja cepat membangun rumah tahanan (rutan) khusus teroris. Untuk meningkatkan keamanannya, pembangunan rutan akan dilakukan dengan desain kontainer. Akhir tahun ini pembangunan rutan tersebut akan selesai. Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan, izin dari Presiden Jokowi dan Menteri Keuangan Sri Mulyani telah turun untuk pembangunan rutan kasus terorisme. Rutan tersebut rencananya dibangun di Cikeas. “Pembangunan akan dimulai bulan ini,” ujarnya. Yang berbeda adalah sistem pembangunan yang tidak menggunakan material biasa. Namun, pembangunan menggunakan kontainer. Sebagian besar bangunan rutan, khususnya untuk sel dibuat terbuat dari kontainer. “Rutan semacam ini mencontoh rutan di Spanyol,” jelasnya. Dengan rutan kontainer tersebut, keamanan menjadi tidak perlu dipertanyakan. Bahkan, pembangunan rutan yang rencananya berkapasitas 340 orang tersebut akan selesai akhir tahun. “0Dengan rutan kontainer, pembangunan ini selesai dalam waktu lima bulan. Akhir tahun lah,” terangnya. Menurutnya, selama pembangunan berlangsung, tahanan dan napi kasus terorisme ditempatkan di sel khusus. Polda dan polres telah diarahkan untuk menempatkan tahanan kasus terorisme di sel tersendiri dan penjagaannya diperketat. “Sambil tunggu pembangunan,” ungkapnya. Untuk penangkapan terduga teroris sejak kasus pengeboman di Surabaya, Tito menjelaskan bahwa laporan terakhir telah ditangkap sekitar 283 terduga teroris. Jumlah tersebut kemungkinan besar akan terus bertambah. “Karena saya perintahkan untuk terus melakukan penangkapan,” kata Tito. Dia menjelaskan, pasca revisi UU Anti Terorisme dan keputusan pengadilan Jakarta Selatan terkait larangan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), maka kepolisian terbantu. Artinya, siapapun yang menjadi anggota JAD tersebut bisa dipidana. “Tidak lagi terlambat karena UU lama,” paparnya. Pemberantasan terorisme juga diperkuat dengan pembentukan satgas anti terorisme di 34 polda. Pengembangan sedang dilakukan untuk mendukung operasi Densus 88 Anti Teror. “Satgas ini tentu pararel dengan Densus 88,” papar jenderal berbintang empat tersebut. Sebelumnya, terjadi penyanderaan di Rutan Mako Brimob. Penyanderaan itu berlangsung selama 40 jam yang kemudian memicu rencana pembangunan rutan khusus kasus terorisme. (idr)

Tags :
Kategori :

Terkait