Pertama di Indonesia, Jembatani Lulusan SMK Jawab Tantangan Industri

Jumat 26-10-2018,06:06 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Indonesia membutuhkan setidaknya 46 ribu teknisi ketenagalistrikan. Lapangan pekerjaan yang sedemikian luasnya itu adalah konsekuensi dari program listrik nasional 35 ribu mega watt. Pertanyaannya, bagaimana menjawab tantangan industri? Bagaimana menyiapkan sumber daya manusia di bidang ketenagalistrikan yang andal? YUDA SANJAYA, Cirebon MATAHARI belum tinggi. Alfian Rizaldi dan 20 siswa lainnya sudah memulai harinya. Mengikuti pendidikan bela negara yang merupakan bagian dari kelas Vokasi Ketenagalistrikan. Program penyiapan sumber daya manusia, yang diinisiasi Presiden Direktur Cirebon Power, Heru Dewanto. Tiga hari mereka digembleng untuk meningkatkan kesiapan mental dan kedisiplinan di Kodim 0620, Sumber, Kabupaten Cirebon. Sebulan berselang, mereka sudah masuk kelas. Di Pusat Vokasi Cirebon Power, Jl Pantura Cirebon-Tegal, Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura. Di kelas itu, enam bulan mereka akan mempelajari seluk beluk teknologi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara bersih. “Saya ingin menambah pengetahuan ketenagalistrikan. Begitu ada peluang ini, saya langsung ikut,” ujar Alfian, yang baru saja menamatkan pendidikannya di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Cirebon. Alfian adalah satu dari 20 siswa lainnya yang mengikuti program ini. Mereka lulus dari seleksi ketat yang dilakukan, tak hanya secara akademis tapi juga kepribadian. Di samping Alfian, lulusan SMK Samudera Nusantara, Samani, juga sama antusiasnya. Ia sudah lama ingin bekerja di pembangkit listrik. Kehadiran kelas vokasi ini seolah menjadi pembuka jalannya. “Dari kelas vokasi ini mudah-mudahan saya bisa bergabung dengan perusahaan pembangkit listrik,” tuturnya. Kebutuhan SDM bidang ketenagalistrikan memang menggiurkan. Jumlahnya diperkirakan sekitar 46 ribu. Kehadiran tenaga kerja sedemikian besarnya merupakan peluang yang hadir seiring program pengadaan listrik 35 ribu mega watt. Tetapi sekaligus menjadi tantangan, bagaimana penyelenggara pendidikan, pemerintah ataupun swasta menyiapkan tenaga-tenaga terampil di sektor industri itu. Dilansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2016, menunjukkan tingkat pengganguran terbuka mencapai 5,50 persen. Lulusan SMK menempati urutan tertinggi mencapai 9,84 persen. Dari 12,6 ribu SMK, 500 di antaranya mengajarkan keahlian ketenagalistrikan. Sementara 159 SMK lain fokus khusus ketenagalistrikan. Namun ilmu yang mereka peroleh di bangku sekolah, sering kali tak cukup agar langsung diserap dunia kerja.   Lulusan SMK bidang tenaga listrik memang perlu mendapatkan kompetensi tambahan. Untuk meningkatkan daya saing mereka, menghadapi kebutuhan dan tantangan industri. Dosen Politeknik Manufaktur (Polman) Bandung, Nuryanti ST MSc mengungkapkan, lulusan SMK masih perlu diberikan pemahaman. Terutama spesifik kepada teknologi pembangkit listrik batu bara bersih. Dengan kelas vokasi seperti ini, ia yakin dapat membidani lahirnya SDM ketenagalistrikan yang andal. Memiliki kompetensi. Mampu menjawab tantangan  industri. “Fenomena fisika. Khususnya pada pembangkit tenaga uap. Dari mulai cair sampai dengan ke arah super heat. Itu perlu pemahaman sendiri. Spesifik. Lulusan SMK perlu memiliki kompetensi dari vokasi seperti ini,” ujar Nuryanti yang ditemui di Pusat Vokasi Cirebon Power. Dosen politeknik di bawah Kementerian Perindustrian tersebut mendukung penyelenggaraan kelas vokasi ketenagalistrikan. Dengan kompetensi yang dimiliki, ia yakin lulusannya bisa terserap di berbagai pembangkit yang tersebar di Indonesia. Direktur Teknik Cirebon Power, Jin Soo Chon mengatakan, 20 peserta vokasi tersebut adalah siswa terpilih. Mereka akan dapat kesempatan pelatihan dari tenaga-tenaga ahli di Indonesia dan Korea Selatan. Diharapkan peserta memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Soo Chon juga meminta para peserta, untuk disiplin, ulet dan bersemangat menjalani program selama 6 bulan. Program vokasi Ketenagalistikan untuk operasional dan perawatan pembangkit listrik berteknologi batu bara bersih ini adalah yang pertama di Indonesia. Kerja sama antara Cirebon Power, Kementerian Perindustrian dan Korea Midland Power (Komipo). Head of Vocational Training Cirebon Power, Towip, menjelaskan, program vokasi ini akan menjembatani lulusan-lulusan SMK agar memiliki kompetensi untuk bekerja di pembangkit listrik berteknologi batubara bersih. “Dengan kemampuan dan kompetensi yang kelak dimiliki, lulusan vokasi layak bekerja di pembangkit listrik manapun,” tandasnya. Kelas vokasi akan berlangsung sampai awal tahun depan. Peserta tidak hanya mendapat bekal materi di dalam kelas, tapi praktik langsung dengan beragam mesin dan instrumen pembangkit. Praktik ini bertujuan memberikan pengalaman. Agar lulusan vokasi ini siap kerja. Selama pelatihan, mereka akan on job training selama 4.800 jam. Sedangkan materi di kelas dan pembinaan mental porsinya kurang lebih 200 jam. Sementara itu, dalam launching kelas vokasi beberapa waktu lalu, Presiden Direktur Cirebon Power, Heru Dewanto mengungkapkan, program ini adalah langkah kecil dari sebuah lompatan besar. Ia mengapresiasi jajaran Cirebon Power yang merealisasikan mimpinya. Menjadikan Cirebon sebagai pusat vokasi ketenagalistrikan nasional. Seperti diketahui, Cirebon Power adalah konsorsium pengembang listrik di Kabupaten Cirebon, yang saat ini mengoperasikan PLTU berkapasitas 660 MW. PLTU ini merupakan salah satu pelopor dalam penggunaan teknologi batubara bersih, yaitu super critical. Saat ini tengah membangun pembangkit kedua berkapasitas 1.000 MW dengan teknologi ultra super critical. Proses pembangunan pembangkit ini sudah 16 persen dan diproyeksikan beroperasi pada tahun 2022. (*/bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait