Suara Dentuman Misterius Dari Jawa Barat Hingga Sumatera Selatan, Dipastikan Bunyi Erupsi Anak Krakatau

Jumat 28-12-2018,23:04 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Beberapa hari setelah bencana tsunami menyerang Banten dan Lampung, masyarakat di sejumlah daerah diresahkan oleh suara dentuman misterius. Sebagaimana telah diberitakan radarcirebon.com, bertajuk Suara Dentuman Misterius Dari Jawa Barat Hingga Sumatera Selatan warga di Sukabumi dan Cianjur, Jawa Barat, serta Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan, mengaku mendengar suara tersebut. Kemudian informasi mengenai penyebab suara tersebut menjadi simpang siur di media. Berbagai teori bermunculan, termasuk kemungkinan terkaitnya dentuman tersebut dengan tsunami di Selat Sunda dan Anak Krakatau. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya desas desus dan hanya mempercayai sumber pemerintah. Dia merekomendasikan masyarakat untuk terus memantau situs dan media sosialBMKG serta aplikasi dari badan geologi untuk memantau kondisi Gunung Anak Krakatau. BMKG mengatakan dentuman berasal dari suara erupsi Gunung Anak Krakatau. Klaim ini dilontarkan oleh Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono. Tapi TNI mengatakan bahwa suara di Jawa Barat berasal dari uji coba peluncuran roket Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Dugaan tersebut lalu dibantaholeh Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin. Kasubbid Mitigasi Bencana Gunung Api Wilayah Barat PVMBG, Kristianto juga sempat menyatakan suara dentuman yang terdengar di Cianjur, Garut, Sukabumi, dan Palembang bukan dari aktivitas Gunung Anak Krakatau. “Kami sendiri heran karena kami yang berada pada jarak 42 km saja tidak mendengar dentuman yang keras malah gemuruh yang ada jika dibandingkan pada September dan Oktober yang aktifitasnya tinggi sangat berbeda,” jelas Kristianto saat on air di PRFM 107,5 FM News Channel, Selasa (25/12). Hingga pada akhirnya Daryono mengulang pernyataannya. Faktor mengapa suara tersebut bisa terdengar hingga ke daerah lain yang jauh diakibatkan arah angin. Saat muncul suara dentuman tersebut, sensor gempa BMKG juga mencatat getaran tanah.   Gunung berapi menghasilkan banyak jenis suara yang berbeda. Bentuknya bisa seperti ledakan keras, gelembung ledak, gemuruh, mendesis, atau menderu seperti mesin jet. Catatan sejarah letusan gunung berapi mengungkapkan bahwa suara ledakan keras bisa terdengar hingga ribuan kilometer jauhnya. Seperti ledakan Gunung Krakatau tahun 1883 yang menewaskan puluhan ribu orang. Suara ledakannya terdengar hingga 4.800 km jauhnya, menyeberangi Samudra Hindia sampai ke pesisir timur Afrika. Butuh empat jam bagi suara itu untuk sampai ke sana. Suara-suara dari proses vulkanik (dikenal juga sebagai akustik gunung berapi) yang terjadi sebelum erupsi utamanya berasal dari tekanan tubuh magma dalam retakan dan saluran, ledakan gelembung, dan sistem hidrotermal dipanaskan yang beresonansi di dekat permukaan gunung berapi. Saat magma naik bergerak menuju permukaan, gas membentuk tekanan di dalam magma, memaksa celah dan tanggul untuk membuka dan mengembang melalui batuan di atasnya. Tekanan tinggi yang terkait dengan magma kaya gas di dalam celah, pipa, dan saluran ini dapat menyebabkan volume beresonansi mirip dengan organ pipa. Berkat kemajuan teknologi, kini para peneliti membuka potensi baru dalam teknik yang ada untuk mendeteksi \"musik\" gunung berapi. Sesuatu yang dapat meningkatkan akurasi prediksi letusan. Ahli vulkanologi menggunakan sesuatu yang dikenal sebagai pemantauan infrasuara. Teknik ini dipakai untuk mendeteksi gemuruh dan ledakan di dalam gunung berapi dan mengambil nada frekuensi rendah yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Aktivitas vulkanik dapat merusak bentuk kawah, yang memengaruhi bentuk gelombang suara infrasonik yang berasal dari gunung berapi. Jeffrey Johnson, seorang ahli vulkanologi di Boise State University, Amerika Serikat, sekaligus penulis utama dua studi berjudul Infrasound Tornillos Produced by Volcán Cotopaxi\'s Deep Crater yang dipublikasi tahun ini, mengatakan bahwa dengan menggunakan \"musik\" infrasonik untuk melacak perubahan dalam struktur internal gunung berapi, para ilmuwan dapat menentukan sebelumnya kemungkinan kapan suatu gunung berapi akan meletus. Melacak gunung berapi aktif atas perubahan dalam musik internalnya dapat memberi sinyal kepada para ilmuwan kapan sebuah kawah berubah bentuk dan, dengan demikian, bisa memprediksi lebih tepat kapan gunung berapi akan meletus. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait