Mahasiswa Segel Gedung Dewan

Kamis 18-04-2013,07:31 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

KUNINGAN – Kecewa terhadap kinerja para wakil rakyat, puluhan mahasiswa Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) kembali mendatangi gedung dewan. Berbeda dengan aksi 11 April lalu, emosi para mahasiswa pada aksi kemarin (17/4) nampaknya sudah tak terbendung. Mereka berani menyegel gedung dengan memalang pintu masuk dengan potongan bambu. Aksi gabungan dari PC IMM Kuningan, PK IMM STKIP Muhammadiyah, PK IMM AKFAR Muhammadiyah dan PK IMM UNIKU berlangsung tegang. Setelah mereka membakar ban di halaman gedung, teriakan orasi terus dilakukan. Mereka kecewa atas ketidaksigapan pimpinan dan anggota DPRD terhadap aspirasi tempo hari terkait penolakan RUU Ormas. ”Janjinya surat penolakan RUU Ormas akan dilayangkan ke DPR RI pada hari aksi kita yang pertama, 11 April lalu. Tapi nyatanya sampai sekarang belum juga disampaikan. Kami sangat kecewa, ternyata aspirasi kami sama sekali tidak didengar,” teriak orator, Sadam Husen yang disambung oleh Sukadi. Sejak pukul 09.30 hingga 11.00, ketegangan tidak mereda. Ditambah tidak adanya seorang pun pimpinan dewan yang keluar menemui mereka. Emosi mahasiswa kian memuncak hingga tidak mau lagi menerima tawaran dialog. Mereka yang sudah menyiapkan potongan bambu, kertas segel dan paku, mencoba untuk menyegel gedung dewan. Upaya mahasiswa dihadang oleh satu kompi aparat kepolisian plus beberapa personel satpol PP. Kericuhan pun terjadi. Antara mahasiswa dan aparat terjadi aksi dorong persis di depan pintu masuk gedung. Lebih banyaknya jumlah aparat polisi membuat barisan mahasiswa tak mampu menerobos barikade. Pada saat itu, perwakilan dari wakil rakyat, Ma’mun Sofyan SAg keluar menemui mahasiswa. Dengan menggunakan megaphone, dia mengapresiasi aksi yang dilancarkan mahasiswa. Bahkan politikus PPP setuju atas penolakan RUU Ormas. Hanya saja, Ma’mun meminta agar mahasiswa bisa menahan diri. Sebab, secara kelembagaan DPRD telah melayangkan aspirasi dari mereka ke DPR RI. ”Kami sudah fax surat yang berisi aspirasi dari kawan-kawan mahasiswa,” tandas Ma’mun dengan menyelipkan beberapa ayat Alquran dalam ungkapannya itu. Kendati telah menerima penjelasan dari Ma’mun, mahasiswa tidak langsung diam. Mereka tetap kecewa lantaran pimpinan dewan ingkar janji. Saat itu, beberapa perwakilan anggota dewan menjanjikan bakal segera mengirimkan faximile sore hari pada aksi pertama. Teriakan orasi pun kembali disuarakan mahasiswa. Mereka bersiap-siap untuk menyegel gedung dewan. Namun usaha mereka tetap berbuah kegagalan. Barikade polisi dan satpol PP sulit untuk ditembus. Hingga emosi aparat pun terpancing. Guna mencegah baku hantam, korlap aksi menarik mahasiswa untuk mundur. Tidak lama kemudian mahasiswa melancarkan aksi pelemparan tomat dan telur busuk ke tembok bertuliskan DPRD. Itu sebuah simbol kekecewaan merereka terhadap wakil rakyat. Selang beberapa menit, rencana penyegelan mulai dilakukan kembali. Hanya saja mereka menggunakan cara lain. Tidak semua mahasiswa diturunkan untuk menembus barikade polisi. Melainkan hanya beberapa perwakilannya saja yang diajukan guna mencegah bentrokan. Sedangkan puluhan mahasiswa lain hanya menyaksikan dari kejauhan. Peralatan yang sudah dipersiapkan seperti potongan bambu, paku, batu pengganti palu serta kertas bertuliskan ’disegel oleh rakyat’ dibawa oleh beberapa perwakilan mahasiswa tersebut. Dalam waktu yang tidak lama, empat lembar segel berhasil ditempelkan pada kaca pintu masuk gedung. Mahasiswa juga memaku pintu dengan memalangkan potongan bambu. Kemudian mereka memasangkan spanduk bertuliskan ’peran, tugas dan fungsi wakil rakyat dipertanyakan’. Setelah sukses menyegel gedung dewan, puluhan mahasiswa tidak langsung membubarkan diri. Mereka masih meneriakkan yel-yel pembakar semangat. Hingga muncul pemandangan unik tatkala melintas sebuah kendaraan mewah milik salah seorang wakil rakyat yang baru saja tiba. Mobil tersebut dihentikan mahasiswa, tapi akhirnya mundur kembali meninggalkan kerumunan. Mahasiswa juga secara spontan menggelar aksi penggalangan dana ketika melihat ada seorang pemulung berkebutuhan khusus yang tengah memungut kemasan air mineral. Pemulung tersebut ditemani anaknya yang masih usia SD dengan memonggok karung. Di sela penggalangan dana tersebut, ketegangan mulai terjadi kembali. Muncul kesalahpahaman ketika salah satu aparat polisi mencoba mengamankan pemulung berkebutuhan khusus. Mahasiswa tidak terima dan bentrokan antara mahasiswa dan aparat nyaris terjadi lagi. Namun masing-masing mencoba menahan diri, hingga akhirnya massa meninggalkan gedung dewan. (ded)

Tags :
Kategori :

Terkait