INDRAMAYU-Jagat media sosial dihebohkan dengan keluarga yang hidup di tenda dari karung pupuk berukuran 2x3 meter di Desa Leuwigede Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu. Orang tersebut adalah Karita (31). Ia tinggal bersama istrinya, Nurjanah (30), serta kedua anaknya Aulia (9) dan Atiah (1,5). Bagaimana ceritanya? Karita mengaku tinggal di tempat tersebut untuk membuka usaha. Awalnya, ia buka warung, termasuk jual bensin. Namun karena hasilnya kurang memuaskan, ia ganti usaha menjahit dan permak levis. Setiap hari, ia buka kios berukuran 3x2 meter di tanah milik Kastubi (55), warga setempat. Kastubi mengaku ikhlas membiarkan sebagian tanahnya ditempati Karita. Setiap pagi, Karita berangkat menuju kios, dan sore pulang ke kediamannya di Desa Bojongslawi Kecamatan Lohbener, atau tinggal bersama mertua. Hal itu ia lakukan setiap hari. Namun, sejak beberapa bulan lalu, Karita memilih untuk membuat bedeng atau semacam tenda, nyambung dengan kios tempat usahanya. Tenda yang terbuat dari karung bekas kemasan pupuk itu menjadi tempat tidur mereka. Di dalam tenda tampak tempat tidur dan kasur yang sudah lusuh. Serta sejumlah pakaian yang berantakan. Sementara di belakang tenda, terdapat kubangan air (kolam), yang ternyata digunakan untuk keperluan mereka mandi atau mencuci. Ditanya alasannya tinggal di tenda kumuh itu, Karita hanya berkata kalau dirinya ingin mandiri dan tidak ingin merepotkan orang lain. Ia juga tidak mau ngontrak rumah, dengan alasan tidak ada biaya. Namun informasi yang beredar, ia memilih tinggal di tenda karena sudah tak nyaman tinggal bersama mertua. Ketika ditanya tentang hal ini, Karita hanya mengatakan kalau dirinya ingin mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Selain membuka usaha menjahit, Karita ternyata juga memiliki aktivitas sebagai guru ngaji. Ia menjadi guru ngaji di sejumlah tempat, dengan bayaran seikhlasnya. “Seikhlasnya aja. Kalau ada yang ngasih ya saya terima, kalau tidak juga nggak apa,” ungkapnya. Karita pun mengaku sempat didatangi beberapa orang. Bahkan ada yang mengaku dari Jakarta mendatanginya. “Ada yang datang pake mobil ngakunya dari Jakarta. Lalu ia memotret saya, dan katanya akan ngasih bantuan,” tuturnya. Sementera, menurut Ninih, yang tinggal dekat dengan tempat Karita, ia mengenal Karita sebagai orang yang membuka kios untuk usaha menjahit. “Saya tahunya dia membuka usaha di atas tanah milik Pak Kastubi. Dulu setiap hari bolak balik ke rumahnya di Bojongslawi, tapi sekarang tinggal di krobongan (tenda) di belakang kios,” ungkapnya. Dikatakan Ninih, ia dan juga beberapa warga sebenarnya sering menawarkan kepada Karita dan keluarga, untuk mandi dan mencuci di dalam rumah. Tapi selalu saja menolak. Pihak Desa Leuwigede Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu, mengaku baru tahu kalau ada warga yang hidup di krobongan (tenda), setelah ramai di media sosial. Apalagi nama Karita juga tidak tercatat di Desa Leuwigede. “Dia itu orang Bojongslawi Kecamatan Lohbener, dan hanya membuka usaha disini. Dia juga tidak izin ke pihak desa,” kata Sekretaris Desa Leuwigede, Nani. Diungkapkan Nani, warganya sebenarnya juga banyak yang menawarkan agar Karita tinggal di rumah mereka. Namun Karita selalu menolak, lagi-lagi dengan alasan ingin mandiri. Nani juga menegaskan, apabila ada warganya yang tidak memiliki tempat tinggal pasti akan mendapatkan perhatian khusus. Apalagi Pemkab Indramayu juga ada program bantuan Rutilahu (rumah tidak layak huni). “Kalau dia warga Leuwigede, tentu kami akan perhatikan. Tapi karena dia warga desa lain, kami juga belum bisa mengambil sikap dan akan kita bicarakan dulu dengan kuwu dan perangkat desa,” ujarnya. (oet)
Cerita Karita yang Memilih Hidup “Mandiri” di Tenda Karung
Jumat 29-03-2019,06:00 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :