Kontrol Agen Elpiji,Disperindag Kecele

Sabtu 04-05-2013,08:23 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Siap Layangkan Surat Permintaan Penambahan Kuota ke Pertamina SUMBER- Dugaan penimbunan gas elpiji oleh para agen, sehingga mengakibatkan kelangkaan di masyarakat, direspons oleh Disperindag Kabupaten Cirebon. Mereka mendatangi sejumlah agen untuk kontrol dan pengawasan, sayangnya Disperindag kecele karena sulit bertemu dengan para agen. Kasi Perdagangan Dalam Negeri Disperindag, Dini Dinarsih SIP mengatakan, berdasarkan hasil survei di lapangan, kelangkaan gas elpiji diakibatkan adanya rencana pertamina mengganti gas elpiji bersubsidi ukuran 12 kg ke nonsubsidi 14 kg. Imbasnya, pengguna gas elpiji 12 kg ramai-ramai pindah ke elpiji 3 kg. “Gas 12 kg memang disubsidi, hanya saja subsidi tersebut dari pertamina (BUMN, red) bukan pemerintah. Nah di sini, pihak pertamina tidak mau rugi. Jadi sekarang subsidinya dicabut. Lihat saja gas ukuran 12 kg sudah mulai berkurang di lapangan. Jadi bukan karena ada penimbunan,\" kata Dini kepada Radar, Jumat (3/5). Untuk mengatasi kelangkaan gas tersebut, lanjutnya, pihaknya sudah mempersiapkan berkas untuk mengajukan usulan tentatif (penambahan) gas elpiji ukuran 3 kg ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Tapi proses itu tidak semudah apa yang kita bayangkan, karena alokasinya ditentukan menteri ESDM. Karena barang bersubsidi itu tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih,” terangnya. Kenapa demikian? Karena dikhawatirkan jika barang bersubsidi tersebut berlebihan, maka akan dimanfaatkan dan permainkan oleh spekulan untuk mencari keuntungan dengan berbagai macam cara. “Intinya, tidak sembarangan menambah barang bersubsidi,” paparnya. Dikatakannya, jumlah alokasi gas elpiji 3 kg yang sekarang ini di Kabupaten Cirebon, bertambah dari tahun sebelumnya. “Tahun kemarin per harinya 90 delivery order (DO) tapi kini jadi 100 DO. Dari situ seharusnya sudah terpenuhi,” tandasnya. Adapun rencana pencabutan gas ukuran 12 kg oleh pertamina, Dini menjelaskan, sasaran dari pertamina itu masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke atas, seperti industri, rumah makan besar dan sebagainya. Namun, dari kebijakan pertamina dampaknya cukup dirasakan di seluruh lapisan masyarakat. \"Bayangkan saja biasanya masyarakat menengah ke atas menggunakan gas 12 kg, kini banyak berpindah ke 3 kg, karena peredaran gas 12 kg perlahan dicabut,\" terangnya. Ditambah lagi, ukuran 12 kg akan digantikan dengan gas elpiji nonsubsidi dan pertamina memberikan dua opsi yakni ukuran 9 kg dan 14 kg, dengan harga Rp165 ribu secara gratis. Sementara, Kadisperindag Drs Haki MM meminta pertamina untuk menambah kuota gas elpiji 3 kg, sehingga kelangkaan yang terjadi saat ini bisa diatasi. \"Ya harusnya ada penambahan,\" katanya saat dihubungi Radar via ponsel, kemarin (3/5). Pihaknya akan menyurati Pertamina terkait permintaan penambahan kuota gas, khususnya ukuran 3 kg. Hal ini sebagai respons terhadap keluhan masyarakat mengenai kelangkaan gas tersebut. \"Dalam waktu dekat kita akan surati Pertamina,\" imbuhnya. Pihaknya mengakui, akibat permintaan gas 3 kg yang sangat banyak, menyebabkan pasokan menjadi terganggu. Antrean pembelian gas terjadi di mana-mana. Jika hal itu tidak segera diatasi, akan mengganggu sektor usaha khususnya mikro, seperti pedagang bakso kelililing, warung nasi dan lainnya. \"Ini jelas mengganggu stabilitas ekonomi warga,\" ucapnya. Pihaknya berharap, masalah kelangkaan gas bisa diatasi. Dia juga mengimbau masyarakat untuk bersabar serta menghemat penggunaan gas. \"Kita akan upayakan masalah ini bisa dicarikan solusinya,\" pungkasnya. (sam/jun)

Tags :
Kategori :

Terkait