SEJARAH mengenai sepak terjang Partai Komunis Indonesia seringkali diwarnai dengan kontroversi. Bicara mengenai partai berhaluan komunis ini, memang seperti masih tabu. Terutama untuk para “korban” PKI saat itu. Mereka yang sudah berusia senja, kuat menyimpan memori mengenai masalah ini. Dalam sebuah perbincangan dengan pengasuh blog da2ngkusnandar.blogspot.com, Dadang Kusnandar, mengakui, sempat dilanda kecemasan saat memposting tulisannya di blog bertajuk Rumah Impian itu. Kekhawatiran muncul lantaran cerita-cerita yang didapat dari rekan-rekannya, setelah membuat tulisan mengenai PKI, akan memancing kontroversi. Tentu semua masih ingat dengan dr Ribka Tjiptaning Proletariati dan bukunya yang berjudul Aku Bangga Menjadi Anak PKI yang dilarang beredar. Kisah Ribka ini juga menyumbang perasaan khawatir setelah Dadang memposting tulisannya. “Tapi, sampai hari ini saya nggak apa-apa. Nggak ada yang membuntuti,” tutur dia, saat ditemui di Griya Ciayumajakuning. Dalam blog-nya, Dadang memang memposting kisah beberapa orang yang di-PKI-kan. “Tetangga saya, mantan aktivis BTI pernah melihat orang yang “di-PKI-kan” ditembak di kebun kosong di suatu tempat di Kecamatan Arjawinangun. Ia berujar, Saya tidak kuat melihat bagaimana orang PKI ditembak, karena tidak seketika mati seperti biasa ditayangkan film-film dan televisi. Bung tahu, ayam yang disembelih, ya kira-kira seperti itu. Bergerak-gerak kesakitan saat meregang nyawa,” beber Dadang dalam blognya. Dia mengaku, sumber-sumber dalam blog-nya itu ditemuinya dan mereka menceritakan mengenai kejadian-kejadian yang dialaminya. Selain tulisan Dadang, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Labkesdam) Nahdatul Ulama, pernah melakukan penelitian mengenai keberadaan orang-orang yang di-PKI-kan. Beberapa narasumber dalam penelitian itu, saat ini memang sudah meninggal dunia. Tapi, sebagian masih ada juga yang hidup. Sekretaris Labkesdam, Marzuki Rais memaparkan, penelitian itu sebetulnya dilakukan sejak tahun 2000-an. Salahsatu peneliti saat itu adalah Akbarudin Sucipto dari Komunitas Amparan Jati. Penelitian itu kemudian dilanjutkan oleh Fahmina Institute, selanjutnya diserahkan kepada Labkesdam. Dari hasil penelitian itu, sedikitnya tercatat ada 15 orang yang di-PKI-kan di Kota dan Kabupaten Cirebon. “Tapi saya yakin masih banyak lagi yang belum terungkap,” ujar dia, saat ditemui di Bumi Perkemahan Cikole Kecamatan Cikalahang, Rabu (29/9) dini hari. Marzuki melanjutkan, beberapa orang yang di-PKI-kan itu, sampai saat ini masih berdomisili di wilayah Kota Cirebon. Marzuki menunjukkan, salahsatunya di Jl Kartini. Sayangnya, penelusuran wartawan koran ini tidak membuahkan hasil. Pencarian berbekal nama korban yang di-PKI-kan itu tidak cukup spesifik untuk menemukan rumah tinggal pria yang dimaksud. Sosiolog Universitas Swadaya Gunung Jati, Nuruzaman MSi menjelaskan, penelitian mengenai korban-korban yang di-PKI-kan menjadi penting dengan tujuan pemulihan hak-hak asasi manusia. Sebab, banyak dari mereka yang di-PKI-kan, tidak memiliki hak asasi seperti warga negara pada umumnya. Misalnya hak ekonomi, hak berserikat, atau mendapatkan pekerjaan. “Ini misi yang mesti diusung. Pemulihan nama baik mereka, dan kembali diterima oleh masyarakat,” katanya. (yud)
Benarkah Banyak Korban Di-PKI-kan?
Kamis 30-09-2010,07:33 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :