Milenial Rawan dengan Guncangan Finansial

Sabtu 03-08-2019,15:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Kondisi ekonomi tak menentu, tuntutan gaya hidup dan kebutuhan zaman kiwari, membuat milenial rawan mengalami guncangan finansial (financial shock).  Terutama bagi mereka yang hendak menjadi orang tua baru. Guncangan financial terjadi karena perbedaan kebutuhan antara sebelum dan sesudah menjadi orang tua. Sebabm menjadi orang tua artinya perlu menambah pengeluaran baru yang khusus untuk anak. Anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Moh Yudi Mahadianto SE MM menyarankan pasangan muda atau calon pasangan yang akan menikah untuk menghindari guncangan finansial. Kuncinya, perencanaan kebutuhan keuangan. Bahkan, seharusnya sudah dimiliki sebelum membangun rumah tangga. “Di era sekarang, calon pasangan baru harus merencanakan biaya dalam membina rumah tangga. Kebutuhan pra nikah, dalam perencanaan pasca nikah,” katanya. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk urusan pra-pasca nikah, mulai dari biaya resepsi, rumah, dan rencana kehamilan. Ketiga aspek ini memiliki budget yang memberi tekanan pada kondisi keuangan, terlebih bila tidak dipersiapkan. \"Intinya melihat kemampuan dan menekan ego. Perencanaan keuangan di pra nikah ini tentu menjadi hal yang penting,\" tuturnya. Perencanaan keuangan pra nikah juga mesti memperhatikan manakala harga kebutuhan naik. Dengan inflasi setiap tahunnya, biaya menikah dan kebutuhan tentu ikut terdampak. Saat sudah menikah, beberapa perencanaan pun tak luput disiapkan. Seperti biaya anak meliputi tabungan pendidikan dan kendaraan pribadi. Menjadi orang tua baru tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit, apalagi kebutuhan bayi ”zaman now” cukup tinggi. “Belum lagi saat anak tiba-tiba sakit, inilah yang harus diantisipasi agar tak terjadi financial shock,” tandasnya. Di masa ini pula kendaraan akan dibutuhkan oleh orang tua baru. Saat masih melajang atau menjadi pengantin baru, kendaraan roda dua dirasa cukup. Sebagian orang tua baru saat memiliki anak akan berfikir untuk membeli kendaraan roda empat demi mengakomodir kebutuhan keluarganya. \"Di fase ini biasanya ada yang memutuskan untuk menyicip kendaraan pribadi,\" jelasnya. Dalam mengambil cicilan, menurutnya sah-sah saja namun perlu diingat bahwa cicilan yang diambil idealnya sebanyak 2/3 gaji atau 10 hinggs 15 persen saja. Saat lebih dari ketentuan tersebut, financial shock hampir pasti terjadi. “Banyak kasus kredit macet karena tidak mampu bayar cicilan. Ini karena terlalu memaksakan,” katanya.

Tags :
Kategori :

Terkait