Tanaman Mangrove Terganggu Ombak dan Sampah, Harus Ada Breakwater

Senin 19-08-2019,12:30 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIREBON-Setahun terakhir luasan kawasan mangrove Mundu tidak bertambah. Padahal tahun ini, tidak kurang dari 15 ribu bibit mangrove sudah ditanam dalam tiga kesempatan. Sayangnya, lebih dari setengahnya hilang tersapu ombak dan terbawa gelombang. Saat ini, luasan kawan mangrove di Mundu tersebut sekitar 5,5 hektar. Target penambahan tiap tahun yang diwacanakan pun sulit tercapai, karena ombak besar dan gelombang air laut yang datang menghantam kawasan tersebut, langsung berhadapan dengan pohon mangrove yang masih muda. “Kita tidak ada breakwater. Mangrovenya yang masih muda-muda langsung bertemu dengan ombak besar. Akibatnya, ya ada yang kesapu ada yang terbawa dan akhirnya mati,” ujar Ketua Pokmaswas Darma Samudra Mundu Pesisir, Nursin Subroto saat ditemui Radar Cirebon, kemarin( 18/8). Menurutnya, pengembangan kawasan mangrove di Mundu tidak punya pilihan lain selain terus menuju sisi laut dan semakin ke tengah. Hal ini dilakukan karena di sisi darat lahan yang ada sudah berebut dengan masyarakat. “Pengembangan kawasannya ke tengah, makanya kendalanya ombak. Selain itu, sampah juga jadi masalah karena kerap menutupi bibit mangrove. Dan membuat pertumbuhan mangrove tidak maksimal dan akhirnya juga mati,” imbuhnya. Hal tersebut bukan tanpa solusi. Menurut Nursin, di wilayah Gunung Jati terutama di Desa Grogol sudah dipraktikan pemasangan breakwater dari bambu. Sehingga, membantu pertumbuhan mangrove begitu cepat. “Di wilayah Gunung Jati sudah dicoba dan berhasil. Pakai breakwater dari bambu, kontribusi dari Kementerian Kelautan. Mudah-mudahan kita juga bisa dilakukan hal yang sama. Agar hasilnya cepat bisa dilihat,” jelasnya. Masalah yang saat ini dihadapi Pokmas menurut Nursin, masih tingginya angka ketidakberhasilan penanaman. Angka mangrove yang bisa bertahan dan tumbuh di bawah 40 persen. “Angka ketidakberhasilannya masih tinggi. Yang bertahan masih di bawah angka 40 persen. Kita sangat butuh breakwater ini. Bayangkan saja, setiap tahun kita tanam tak kurang dari 15 ribu. Yang bertahan kurang dari setengahnya. Mudah-mudahan, ini direspons oleh dinas terkait dalam upaya menjaga dan melestarikan kawasan mangrove,” ungkapnya. Terkait kegiatan yang digelar bertepatan dengan hari kemerdekaan, Nursin menyebut jika saat ini mangrove masih belum merdeka. Kawasan atau lahan mangrove kerap diserobot masyarakat ataupun pelaku industri yang membuat posisi mangrove semakin terdesak. “Oleh karena itu, sebagai bangsa yang merdeka, kita juga harus memerdekakan mangrove. Memastikan jika mengrove bisa tumbuh bebas dan sesuai habitatnya,” pungkasnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait